Sungguh, sebagai warga Surabaya yang
berdomisili di seputaran Keputih, Sukolilo, ikut bangga membaca berita tentang
prestasi yang baru saja diraih oleh Kecamatan Sukolilo. Pertanda kinerja staf
Kecamatan semakin baik. Paradigma yang selama ini terbangun sudah mulai ditinggalkan.
Berubah semakin professional.
Biasanya, warga yang berurusan dengan
pihak Kecamatan (juga Kelurahan) harus sabar menunggu dan menuruti perintah
(permintaan) yang terkesan mengada-ada. Seperti, berkasnya kurang, perlu difoto
kopi lagi beberapa lembar, besuk saja pimpinan tidak ada di tempat, dan
sebagainya. Intinya warga harus sabar harus bolak balik datang dan menunggu. Kini
perilaku semacam itu sudah semakin berubah, berganti dengan layanan yang ramah
dengan “Salam, Sapa, dan Senyum”.
Mungkin yang perlu ditingkatkan
adalah layanan parkirnya. Selama ini tukang parkirnya terkesan seenaknya,
penampilan lusuh tanpa seragam dan tanpa senyum kala menerima uang parkir (apalagi
kepada kaum wanita). Mungkinkah tukang parkir ditiadakan, bebas dari tarikan
tukang parker. Kiranya perlu kajian yang mendalam.
Sekali lagi sebagai warga Kecamatan
Sukolilo, turut bangga atas prestasi yang dicapai dengan semangat tinggi. Walau
sebagai warga tidak tahu bidang apa saja yang dinilai baik dan indikatornya. Tapi
itu tidak penting bagi warga. Karena warga hanya ingin mendapat pelayanan yang
baik sesuai aturan. Jika warga harus membayar, hendaknya dijelaskan secara
terbuka. Sukur–sukur dipasang tarifnya, bukan dengan cara bisik-bisik,
menggunakan gaya tubuh dan ujaran yang mengandung arti pasemonan (guyon parikeno), yang intinya minta uang.
Misalnya, “Isuk-isuk durung ngopi”, atau sambil memeriksa berkas, berteriak
entah kepada siapa, “Hoi…Gak ngajak
sarapan aku ta?”, dan sejenisnya. Sehingga warga menjadi serba gak enak,
rikuh.
Ada baiknya jika prestasi itu juga
ditularkan kepada warganya, yaitu dengan mengajak berpartisipasi mensukseskan
program Kecamatan, juga Kelurahan. Seperti sosialisasi taat bayar pajak,
meningkatkan siskamling, mengingat tren kejahatan menjelang romadhon dan
lebaran, cenderung meningkat.
Tak kalah pentingnya adalah
menumbuhkan rasa ‘melu handarbeni’
terhadap fasum dan fasos yang telah dibangun oleh pemkot Surabaya, dan
bermanfaat bagi warga. Sayangnya, dibeberapa tempat, banyak fasum dan fasos
yang dibiarkan merana rusak dan kumuh karena tidak adanya rasa ikut memiliki,
menjaga dan merawatnya. Sementara anggaran
pemeliharaan dari pemkot harus melalui prosedur yang memakan waktu.
Kemudian, agar warga benar-benar merasakan
prestasi yang telah dicapai, tidak ada salahnya jika pihak Kecamatan
(Kelurahan) secara berkala mengikuti kegiatan senam pagi yang dilakukan oleh
masyarakat, baik di Lapangan Kampung setempat, di perumahan dan di halaman
pertokoan sebagai bentuk perhatian sekaligus memberikan motivasi kepada
inisiatif warganya.
Secara berkala pula mengadakan acara
cangkruk’an temu warga untuk menangkap aspirasinya. Sebagai pimpinan yang
berprestasi diharapkan bisa mengajak warganya untuk peduli kebersihan dan ikut
memelihara taman-taman yang berguna sebagai kawasan terbuka, seperti Taman
Harmoni (ada juga yang menyebut Taman Sakura) di Kelurahan Keputih. Tepatnya di
belakang Terminal, sebelahnya Puskesmas dan Pos Pemadam Kebakaran.
Sebagai ikon Kelurahan Keputih, tidak
terlalu salah jika partisipasi warganya ditumbuhkan, agar peduli terhadap
keasrian taman eks tempat pembuangan sampah. Perlu gerakan kerja bakti massal yang
melibatkan masyarakat dan pelajar sebagai media pembelajaran hidup bersih, cinta
lingkungan asri, gotong royong dan berlatih bermasyarakat.
Semua ini bisa berjalan jika unsur pimpinannya
memberi contoh. Semoga prestasi ini bisa berimbas kepada kecamatan yang lain di
wilayah Surabaya, termasuk keberadaan Karang Taruna, Remaja Masjid, PKK, Majlis
Taklim, FKPM dan kelompok lain yang ada, terpacu untuk berprestasi dengan aksi
nyata yang bermanfaat bagi sesama. [eBas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar