“Kamu
yang sudah tua, apa kabarmu. Katanya baru sembuh, katanya sakit Jantung, ginjal,
dan encok, Pak Tua istirahatlah, di luar banyak angin……..”
Sungguh, pas
banget pesan Elpamas dalam lagunya buatku saat ini. Sebuah grup band era ’80an,
yang lahir di desa Pandaan, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Lagunya sarat
dengan kritik sosial dan pesan moral. Kini personilnya semua sudah tua, sudah
waktunya melakukan regenerasi sesuai kehendak jaman.
Ya, tanpa
terasa, usiaku bertambah terus seiring berjalannya sang waktu. Inilah pertanda
alam bahwa aku harus mengurangi aktivitas fisik. Harus sadar diri bahwa raga
ini sudah tidak muda lagi. Sudah saatnya bersikap legowo untuk digantikan oleh
para yunior yang masih lincah, sehat, terampil, dan mumpuni.
Ya, usia
yang semakin renta ini, ternyata penyakit mulai mendekat, semakin akrab dengan
rematik, encok pegel linu, masuk angin dan migren. Sesungguhnyalah penyakit ini
tidak mematikan, namun cukup menjengkelkan. Karena dapat mengganggu aktivitas
keseharian, termasuk kerja-kerja dibidang ke-sukarelawan-an, saling berbagi dan
saling peduli atas nama kemanusiaan.
Kata seorang relawan
senior yang telah banyak pengalaman, relawan itu tidak ada kata ‘pensiun’, selama hayat dikandung badan,
maka selama itu pula relawan ditunggu kiprahnya, mengabdi kepada negeri. Namun,
nyatanya tidak semua bisa begitu, faktor kesehatan itu tidak sama antar satu
individu dengan individu lainnya. Ada yang sudah tua namun masih perkasa. Ada pula
yang hasratnya tetap tinggi, namun raganya tidak mau kompromi, penyakit datang
silih berganti.
Ya,
seperkasa apapun, sekuat apapun, relawan itu adalah manusia, yang pada akhirnya
akan mengalami tua untuk kemudian sirna ke alam baka. Jadi tidaklah usah
memaksakan diri. Jika sudah waktunya, maka istirahatlah, biar digantikan oleh
yang lebih muda dan bergairah.
Masih ada
medan pengabdian yang lain yang tidak harus mengandalkan kekuatan okol semata. Sudah
saatnya yang tua mengabdikan diri melalui gagasan, saran dan pesan yang ditulis
dengan ‘menarik’ agar bisa
menginspirasi dan menjadi bahan penyusunan kebijakan, jika memang pesan-pesan
dalam tulisan itu sesuai dengan aturan main dan kebutuhan.
Dalam konsep
penanggulangan bencana, ada tiga fase yang harus mendapat perhatian. Yaitu fase
pra bencana, fase tanggap bencana , dan fase pasca bencana.
Dalam catatannya Dompet Dhuafa, dikatakan bahwa
siklus manajemen bencana itu, meliputi, 1). Pra bencana yang
mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini; Pencegahan
(prevension); upaya untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan timbulnya
suatu ancaman, Mitigasi (mitigation); yaitu upaya yang dilakukan untuk
mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman, dan Kesiap-siagaan (preparedness);
yaitu persiapan rencana untuk bertindak ketika terjadi(atau kemungkinan akan
terjadi) bencana. Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap
kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat dan identifikasi atas sumber daya
yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perencanaan ini dapat mengurangi
dampak buruk dari suatu ancaman.
2), Dalam
fase Tanggap Darurat (Emergency
Response), saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat
untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and
rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian.
3). Sedangkan
untuk fase Pasca bencana yang
mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Dimana, pemulihan
(recovery); adalah suatu proses yang dilalui agar kebutuhan pokok terpenuhi.
Proses recovery terdiri dari: Rehabilitasi : perbaikan yang dibutuhkan secara
langsung yang sifatnya sementara atau berjangka pendek. Kemudian Rekonstruksi,
yaitu perbaikan yang sifatnya permanen.
Dari ke
tiga fase yang ada, kiranya relawan yang usianya sudah semakin tua, bisa tetap
berkiprah di fase pertama dalam bentuk edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat
yang berdomisili di daerah rawan bencana, maupun melakukan kegiatan berbagi
ilmu dan pengalaman kepada relawan yunior sebagai bentuk ‘sodakoh non materi’, mengamalkan ilmu dan pengalaman kepada orang
lain sesama pegiat kemanusiaan.
Ya,
begitulah, (mungkin) cara Elpamas mengingatkan mereka yang semakin menua untuk
segera sadar melakukan regenerasi dan bersiap diri bahwa alam akan segera
memanggilnya menghadap Sang Pencipta. Pak tua, istirahatlah, di luar banyak
angin…………….[eB]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar