Dengan semakin seringnya
bencana datang menyapa berbagai daerah di Indonesia, maka upaya mitigasi wajib
dilakukan, bahkan harus bisa mewarnai kebijakan pembangunan (masuk dalam RPJMD).
Sesungguhnyalah sampai saat ini kegiatan sosialisasi pengurangan resiko bencana (PRB) kepada masyarakat yang berdomisili di daerah rawan bencana belum dilakukan
secara optimal. Kalaupun ada masih sekedar seremonial menghabiskan anggaran
tanpa tindak lanjut.
Untuk itulah kemendikbud,
melalui program pendidikan masyarakat (dikmas) mencoba mengupayakan pembuatan
model pembelajaran tentang kebencanaan. Model ini bernama Pembelajaran Mitigasi
Bencana Pada Pendidikan Multikeaksaraan, yang diselenggarakan oleh pusat
kegiatan belajar masyarakat (PKBM), sebagai upaya membantu pemerintah
(BNPB/BPBD) membangun budaya tangguh menghadapi bencana.
Kegiatan sosialisasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakat yang
mengikuti programnya PKBM, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat akan risiko bencana di wilayahnya, serta menjaga kemampuan
membaca dan menulis pasca mengikuti Pendidikan Multikeaksaraan, agar tidak buta
aksara kembali.
Pada hari selasa kliwon,
tanggal 2 Oktober 2018, pamong belajar BP-PAUD dan DIKMAS JATIM melaksanakan
kegiatan sosialisasi pengurangan risiko bencana menggunakan media beberan
kebencanaan, di PKBM “LESTARI”, Jln. Raya Cepu 279, Desa Ngulaman Rt 06, Rw 01,
Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro.
Dalam kegiatan ini narasumber
memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat tentang pengurangan
risiko bencana terkait ancaman bencana banjir. Dimana, sebagian besar daerah
Bojonegoro selalu menjadi langganan banjir akibat dari meluapnya sungai
bengawan solo dan pendangkalan badan sungai karena sampah.
“Setiap banjir datang,
masyarakatlah yang menjadi korban pertama sekaligus yang melakukan evakuasi
terhadap harta bendanya dan masyarakatnya secara mandiri, sebelum datangnya
bantuan dari pihak luar.” Kata, Basuki, Nara Sumber sekaligus anggota tim
pengembang model mitigasi bencana melalui pendidikan multikeaksaraan.
Model literasi kebencanaan
ini diharapkan bisa membangun semangat kebersamaan dalam melakukan
kesiapsiagaan berbasis komunitas dalam upaya mengenali ancaman, kerentanan, dan
kapasitas. Dalam khasanah kebencanaan, fase pra bencana ini meliputi kegiatan
pencegahan, mitigasi, peringatan dini, dan kesiapsiagaan.
Pencegahan dapat diartikan
sebagai upaya yang dilakukan ketika belum ada potensi bencana. Sedangkan
mitigasi itu adalah upaya yang dilakukan ketika sudah ada potensi bencana dalam
rangka mengurangi dampak bencana.
Tujuan mitigasi bencana, Mengurangi dampak
yang ditimbulkan, khususnya bagi penduduk setempat, Sebagai pedoman untuk
perencanaan pembangunan, Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi
serta mengurangi dampak/resiko bencana, melalui pelatihan kesiapsiagaan
menghadapi bencana, serta menggali dan mempelajari kearifan lokal yang ada.
Dalam kesempatan itu,
Sumarno, Ketua PKBM “LESTARI” berharap, hendaknya setelah pemberian materi
mitigasi bencana ini selesai, perlu dilanjutkan dengan kegiatan simulasi penanganan
bencana. Ini penting, agar masyarakat memiliki pengalaman dalam menangani
bencana banjir yang sesuai dengan kegiatan mitigasi. Seperti perencanaan partisipatif penanggulangan
bencana, dan pengembangan budaya sadar bencana.
Kiranya, apa yang diharapkan Sumarno itu perlu
dikomunikasikan dengan pihak BPBD Kabupaten Bojonegoro agar bisa ditindak
lanjuti. Baik melalui program sosialisasi PRB maupun simulasi penanggulangan
bencana banjir.
Syukur-syukur jika di Desa
Ngulaman ini, nantinya bisa di beri program desa tanggap bencana (DESTANA),
baik yang didanai oleh APBN maupun APBD, sebagai upaya membangun ketangguhan
masyarakat menghadapi bencana.
Dimana, ciri dari masyarakat
tangguh itu adalah memiliki akses informasi, memiliki daya antisipasi, mampu
memproteksi saat bencana datang, mampu beradaptasi terhadap bencana, dan mampu
bangkit kembali (kehidupan soseknya) dengan cepat pasca bencana. Semoga. [eBas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar