Rabu, 20 Juli 2016

BPBD, DUNIA USAHA DAN RELAWAN PERLU JALIN KERJASAMA



“Perlu kerja sama antar BPBD, SKPD, LSM, masyarakat, dunia usaha dan relawan dalam rangka mempercepat pengurangan indek risiko bencana di jawa timur,” Kata Sudarmawan, Kepala Pelaksana badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur, dalam arahan penutupan Rapat Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Aparatur dalam Pengurangan Risiko Bencana di daerah tahun 2016.

Apa yang disampaikan oleh mantan sekretaris daerah Kabupaten Bangkalan ini sesuai dengan kondisi wilayah jawa timur yang memiliki beberapa potensi bencana yang harus diwaspadai agar tidak berdampak besar. Seperti diketahui di Jawa timur memilik Gunung Berapi masih aktif : Gunung Bromo, Semeru, Welirang, Kelud, Raung, Ijen, Arjuno & Gunung Lamongan). Beberapa sungai pun juga mengalir melintasi beberapa daerah. Seperti  Satuan Wilayah Sungai (SWS) Bengawan Solo, Brantas, Welang – Rejoso, Pakelan –Sampean, Baru - Bajul mati , Bondoyudo – Bedadung dan SWS Madura.

Keberadaan sungai dan gunung inilah yang menyimpan potensi bencana besar jika tidak diantisipasi dengan melakukan keiatan pencegahan (mitigasi) yang berkesinambungan dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Banjir, longsor, puting beliung, gempa, gelombang pasang dan rob juga sering melanda beberapa daerah di Jawa timur.

Pertanyaannya kemudian, apa bentuk kerjasama yang digagas Kalaksa BPBD Jawa timur itu?. Apakah melalui diklat, rapat koordinasi atau acara pertemuan rutin yang dikemas dalam bentuk sarasehan, misalnya?. Kiranya, semua itu perlu dibahas bersama. Karena, sesungguhnyalah, kerjasama yang baik dengan berbagai pihak akan memudahkan dalam pengelolaan dan penanggulangan bencana. Sehingga jumlah korban maupun kerugian yang ditimbulkannya bisa dikurangi.

Beberapa kegiatan yang bisa dikerjasamakan dengan berbagai pihak diantaranya, Gerakan Pengurangan Risiko Bencana (Bersih-Bersih Sungai), Penerapan Mitigasi Struktural Partisipatif yang melibatkan relawan dan dunia usaha, Sosialisasi Pengurangan Risiko Bencana (Sosialisasi Sekolah/Madrasah dari Bencana), Gladi Posko dan piket pusdalops yang melibatkan relawan, Rencana Aksi Terpadu Penanganan Bencana Kekeringan, dan temu relawan untuk meningkatkan kapasitasnya.

Sementara melalui kewenangannya, BPBD mengembangkan Desa Tangguh Bencana, yaitu desa/kelurahan yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi potensi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak-dampak bencana yang merugikan.
 
Adapun tujuan desa tangguh adalah: Melindungi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana; Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya dan pemeliharaan kearifan lokal; Meningkatkan peran serta masyarakat dalam  pengelolaan sumber daya; Masyarakat akan tanggap, tangguh dari ancaman bencana sehingga korban bencana yang berupa material maupun jiwa dapat diminimalisir. Dengan kata lain, Penguatan sumber daya dari berbagai elemen harus terus menerus ditingkatkan untuk mewujudkan masyarakat yang tangguh bencana (mampu mengantisipasi, menghindar, harmoni dengan bencana dan memiliki daya lenting).

Sekali lagi, peran BPBD membangun sinergitas antar berbagai elemen untuk bersatu padu dalam penanggulangan bencana, sangat ditunggu realisasinya. BPBD harus mampu memprogramkan saat penyusunan anggaran tahunannya, Sehingga ke depan BPBD benar-benar menjadi ujung tombak dalam penanganan bencana (the first responder for disaster), memberi komando dan memobilisasi berbagai elemen bangsa (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) untuk bersama menangani operasi kemanusiaan membantu sesama yang menjadi korban bencana, seperti gambar segitiga biru yang menjadi logo BNPB dan BPBD. Wallahu a’lam bishowab. [ebas/08123161763]