Selasa, 23 Mei 2023

FASILITATOR SPAB TANPA SERTIFIKAT KOMPETENSI

“Luurrr… yang mau serius belajar menjadi fasilitator SPAB, ditunggu kedatangannya nanti malam di Basecamp LC. Matur nuwun,” Begitulah undangan sederhana yang diposting Alfian di grup whatsapp Jamaah Lorong Education.

Ajakan belajar menjadi fasilitator SPAB ini merupakan upaya merealisasikan program Jamaah LC untuk meningkatkan wawasan dan kapasitas anggota. Salah satunya terkait dengan upaya pengurangan risiko bencana, lewat program SPAB.

Seperti diketahui, program SPAB (satuan pendidikan aman bencana) ini sebelumnya bernama SMAB {sekolah madarasah aman bencana), namun belum banyak diketahui, dipahami dan dilaksanakan oleh pihak dinas pendidikan, dengan berbagai alasan. Padahal sudah ada permendikbud nomor 33 tahun 2019.

Disisi lain, konon fasilitator SPAB yang dicetak pemerintah dengan diberikan sertifikat, jumlahnya masih sedikit dan belum semua fasilitator SPAB mendapat perintah menjalankan tugasnya sesuai sertifikat yang dipegangnya. Entah kenapa.

Dari situlah, awal mula munculnya gagasan dari Zaenal Fatah, salah seorang penggagas lahirnya Jamaah LC, sekaligus ketua KTGD, untuk mengadakan Ngobrol Bareng tentang SPAB. Termasuk belajar menjadi fasilitator SPAB secara mandiri tanpa sertifikat.

Ya, benar-benar tanpa sertifikat, karena dilakukan secara non formal. Materinya pun diambil dari berbagai sumber. Termasuk dari pengalaman relawan yang pernah berkesempatan membantu BPBD dalam melaksanakan program SPAB disekolah-sekolah yang ditunjuk.

Biasanya, acara Ngobrol Bareng itu digelar tanpa sarana memadai. Cukup saling melempar bercerita serta menangkap informasi dan pengalaman, yang bisa diadopsi dengan prinsip ATM (amati, tiru, dan modifikasi), sesuai dengan kearifan lokal.

Kali ini, Ngobrol Bareng dihadiri oleh Dhani, dari lembaga manajemen infaq (LMI), berkenan membawa LCD Proyektor, sehingga pembelajaran yang diampu oleh Alfian malam itu benar-benar fokus. Seperti pelatihan yang ada anggarannya.

Beberapa waktu, di grup whatsapp sebelah ada pertanyaan, apakah relawan yang memberikan materi SPAB harus bersertifikat ?. karena, konon bisa menaikkan reputasi sekolah sebagai satuan pendidikan yang telah menerapkan SPAB dengan didampingi fasilitator bersrtifikat,

Sementara program pelatihan fasilitator SPAB yang didanai negara atau lembaga donor, sangat jarang. Berangkat dari situlah, aktivis Jamaah LC mencoba menawarkan kegiatan Ngobrol Bareng tentang bagaimana menjadi fasilitator SPAB yang mumpuni walau tidak memegang sertifikat.

Malam itu Alfian mengupas isi buku SPAB. Diantaranya tentang apa itu PRB, SPAB, KRB, Rencana Aksi dan pembentukan tim siaga bencana sekolah., yang diserta contoh pengalamannya saat terlibat dalam pelaksanaan SPAB di berbagai sekolah di Jawa Timur.

Ditemani kopi, es sirup, dan tahu petis, mereka mencoba memahami penjelasan pria berkacamata. Gilang, dari  volunteer of humanity (VOH), berharap materi ini diulang-ulang agar semakin paham, dan siap tampil menjadi fasilitator tanpa sertifikat kompetensi.  

Begitu juga dengan Cak Bogank, dari relawan peduli bencana indonesia (RPBI), yang mengatakan bahwa tidaklah mungkin sekali disampaikan peserta langsung dapat memahami buku setebal 70 halaman ini.

Hari semakin malam, pertanda acara belajar menjadi fasilitator SPAB harus diakhiri. Makanan pun ludes, tinggal petis dan cabenya saja. Seperti biasa, sebelum meninggalkan basecamp, mereka mengamankan sampah ke tempatnya, dan membersihkan sisa petis yang tercecer di tikar. [eBas/SelasaWage-23052023]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Minggu, 21 Mei 2023

PEMBERDAYAAN RELAWAN DI ACARA ANNIVERSARY KOMUNITAS

 “Ayo dapatkan Kacamata Baca, Sungglas, Kacamata Minus, Kacamata Anak, Kacamata Safety, dan lainnya, dengan Harga 10 Ribu. Hanya ada di acara Anniversary JABRIK di Indreng Genitri, hari Ini Sampai Besok. Yuk … Berbondong-bondong Kita Camping. Ajak teman, sanak saudara, dan pasangan masing-masing untuk refreshing,” Kata Karyoganteng di grup whatsapp Formalitas Jatim.

 Apa yang dikatakan itu, ternyata benar adanya. Di bumi perkemahan PPKA Indreng Genitri, saat berlangsungnya Anniversary Jabrik ke-32, sabtu dan minggu, 20 - 21 Mei 2023, benar-benar ada lapak yang berjualan aneka kacamata dengan harga murah meriah. Dengan gayanya yang grapyak semanak, Cak Karyoganteng menyapa mereka yang kebetulan lewat di depan lapaknya.

 Banyak yang mampir untuk sekedar melihat-lihat. Ada juga yang hanya mencoba dan bertanya. Namun tidak sedikit yang membeli karena kebutuhan untuk menunjang penampilannya.

 Di sebelah lapak kacamata, juga ada lapak yang berjualan aneka pakaian untuk kegiatan di alam bebas. Diantaranya jaket dan topi lapangan. Kemudian juga ada warkop kecil-kecilan yang menjual kopi racik jenis robusta dan arabica, dari berbagai daerah. Semua harganya sangat berkawan, tidak menguras dompet.

 Apa yang dikerjakan Cak Karyo dan ke dua rekannya itu merupakan bentuk kepekaan menangkap peluang usaha. Yaitu kesempatan yang dimiliki seseorang untuk mencapai keuntungan dengan cara melakukan usaha yang memanfaatkan situasi dan  berbagai sumber daya yang dimiliki, dengan segala risikonya.

 Harper, ketua forum bersama lintas komunitas (formalitas), pada beberapa bulan yang lalu pernah bercerita tentang upaya memberdayakan anggotanya, dengan mengembangkan segala potensi yang dimilikinya, sebagai upaya pemandirian finansial anggota.

 Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah memberi kesempatan kepada anggotanya, untuk menawarkaan “dagangannya” lewat grup whatsapp. Gayung pun bersambut, beberapa anggota mencoba menawarkannya.

 Apa yang dikatakan oleh Harper, sangat positif. Tinggal bagaimana menjaga semanagat untuk berusaha yang penuh suka duka dalam berproses.

 Ya itulah makna pemberdayaan, sebagai upaya yang dilakukan untuk membuat anggota formalitas mampu membangun dirinya sendiri, dengan memanfaatkan potensi diri dan peluang yang ada, untuk kemudian ditindak lanjuti dalam bentuk usaha nyata. Tentunya sudah memikirkan segala risikonya.

 Seandainya setiap ada acara anniversary komunitas pecinta alam (juga komunitas sosial kemanusiaan lainnya), penyelenggara memberi kesempatan mengajak mereka yang memiliki usaha untuk buka lapak dengan menyediakan area khusus UMKM, pastilah akan sangat bermanfaat bagi para pelakunya. Tentu saja acara pun akan semakin meriah.

 Tinggal bagaimana mengelolanya, dengan aturan main yang disepakati, agar tidak mengurangi suasana kemeriahan anniversary dengan segala kekhasannya, sesuai kreativitas dan kemampuan  penyelenggaranya dalam mengemas acara. Salam Lestari. Salam Waras, Seduluran Sak la wa se. [eBas/SeninPon-22052023]

 

 

 

JABRIK BERULANG TAHUN

 Alhamdulillah saya berdua istri berkesempatan menghadiri kegiatan ulang tahun Jabrik (jalur bebas rintangan kabut), ke 32 tahun. Sebuah organisasi pecinta alam yang sudah malang melintang menggeluti dunianya. Anggotanya banyak dan tersebar dimana-mana. Tanda keberhasilan kaderisasi yang berkesinambungan.

 Berdua naik motor tua, menuju Pusat Pelatihan Konservasi Alam (PPKA) Indreng Genitri, sabtu legi (20/05/2023) sore hari. Lokasinya di lereng Gunung Welirang. Motor tua pun terengah-engah mendaki, menuju camping ground yang berada diatas ketinggian 1429 Mdpl. Berkat kuasa Tuhan, motor tua itu sampai di tempat parkir, dengan kondisi ban belakang bocor dihajar paku.

 Memasuki lokasi disambut udara pegunungan yang dingin semilir. Petugas registrasinya sangat ramah menyambut kami yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Indreng Genitri. Bahkan, saking baiknya, salah seorang anggota Jabrik dengan ikhlas meminjamkan tendanya kepada kami yang datang ke perhelatan tanpa membawa buah tangan.

 Malam itu, para undangan sibuk mendirikan tenda dan segala pendukungnya agar nyaman menikmati malam. Sambil mendengarkan hingar musik yang meneriakkan pesan kehidupan. Saling tegur sapa diantara sesama kelompok pecinta alam pun terpancar dari mereka, sebagai bentuk persahabatan dan kebersamaan.

 Salah satu acara seremonial ulang tahun Jabrik adalah pembacaan kode etik pecinta alam, sebagai upaya pengingat bahwa pecinta alam itu punya kode etik yang wajib ditaati dan dilaksanakan oleh mereka yang menamakan diri pecinta alam. Diantaranya, menjaga kebersihan alam demi kelestariannya.

 Juga ada sharing session untuk menambah wawasan bagi mereka yang senang berkegiatan di alam bebas, yang berlangsung interaktif. Bonus pun diberikan kepada mereka yang mengajukan pertanyaan maupun pendapatnya.

 Sungguh, Jabrik sebagai organisasi yang cukup “berumur” mampu membingkai acaranya dengan apik. Didukung sound system dan lighting yang memadai, membuat panggung menjadi semarak. Apalagi spanduk besar yang dipampang, sangat instagramable. Sehingga menggoda siapa saja untuk berswafoto disana untuk mengabadikan kenangan.

 Tentu, Jabrik bisa seperti ini, karena pengurusnya solid mengelola agenda kegiatan yang berkesinambungan, dan bermakna bagi internal organisasi, maupun pihak eksternal penerima manfaat.

 Ya, proses panjang dalam mengelola organisasi itu, tidaklah mudah. Jatuh bangun dalam berproses mencari bentuk, tentulah dialami oleh masing-masing personil pengurus Jabrik Disinilah dedikasi dan loyalitas anggota diuji oleh perjalanan waktu.

 Tiga puluh dua tahun sudah, Jabrik telah turut meramaikan jagat kepecinta alaman di Jawa timur, dengan segala kiprahnya. Hal ini tercermin dalam gelaran ulang tahunnya yang dihadiri banyak pihak. Sehingga malam itu, Indreng Genitri tampak meriah.

 Termasuk acara potong tumpeng dan kue ulang tahun, yang diiringi lagu selamat ulang tahun dari Jamrud.

“Bahagialah kamu, kuberi doa setulus hati. Semoga Tuhan melindungi kamu, serta tercapai semua angan dan cita-citamu,”.

 Makanannya, cemilannya, dan kopinya, sangat diperhatikan oleh Jabrik. Sehingga para undangan tidak sampai kecewa karena kelaparan. Termasuk menu makan pagi yang digelar lesehan, dinikmati bersama-sama yang mengedepankan kebersamaan tanpa rebutan. Sungguh tampak sekali nilai-nilai guyub rukunnya sebagai sesama pecinta alam.

 Sungguh, malam itu, usai acara formal, berlanjut ke informal. Masing-masing jagongan di depan tenda saling bercerita tukar pengalaman dan informasi. Sambil ngopi mereka melepas kangen, bersulang kenangan dan menyulam berbagai gagasan dalam sebentuk rencana.

 Entah bisa diwujudkan atau sekedar wacana malam yang tidak ada kelanjutannya. Itu sah-sah saja, yang penting malam yang didukung cuaca yang bersahabat itu menjadi pelepas kangen diantara mereka yang lama tidak bertemu berbagai kesibukan menjalani rutinitas kehidupan.

 Malam semakin larut, waktu terus bergulir menuju dini hari. Satu persatu mulai merebahkan diri, rehat sejenak menikmati dinginnya alam pegunungan Welirang. Namun , tidak sedikit yang sengaja begadang bercengkerama dengan koleganya, juga dengan alam.

 Sementara, saya terlelap di tenda yang dipinjami oleh anggota Jabrik. Ada mimpi yang menyelinap, dimana saya sedang membelai musang dan ular yang dibawa oleh kawan-kawan penggemar satwa, di acara ulang tahun Jabrik ke 32 tahun. [eBas/seninPon dini hari-22052023]

 

  

 

 

 

 

Rabu, 17 Mei 2023

USAI SUDAH GELARAN HKB 2023 DI LAMONGAN

Gegap gempita kemeriahan pagelaran hari kesiapsiagaan bencana (HKB) tahun 2023 telah usai. Satu persatu tamu telah meninggalkan pendopo Kecamatan Karang Binangun, Kabupaten Lamongan, yang menjadi episentrum kegiatan di tahun politik ini.

Semua undangan, telah pulang membawa dengan sejuta kenang tentang pentingnya mitigasi (penjinakan) potensi bencana di daerah aliran sungai bengawan solo. Panitia pun kini sibuk melunasi semua transaksi yang mendukung kegiatan, sesuai plafon anggaran, sekaligus membuat laporan.

Sementara warga Karang Binangun pun sibuk membersihkan daerahnya, setelah didatangi berbagai elemen masyarakat yang ikut meramaikan peringatan HKB, untuk kemudian berangsur kembali ke rutinitas kehidupan sehari-hari. Kini Karang Binangun pun kembali sibuk dengan permasalahannya sendiri.

Pertanyaannya kemudian, mungkinkan perayaan yang menelan anggaran tidak sedikit itu berakhir begitu saja, tanpa ada tindak lanjutnya ?. apakah fasilitator bersertifikat dan agen bencana akan menindak lanjuti ?. Atau, apakah cukup hanya dengan acara evaluasi untuk bahan kegiatan serupa tahun depan, untuk kemudian sibuk dengan program lain yang harus dilaksanakan ?.

Jawabnya sederhana. Jika ada anggaran untuk tindak lanjut acara peringatan HKB, ya tentu akan ditindak lanjuti. Namun jika tidak ada, ya jelas tidak ada kelanjutannya. Memangnya ada pihak yang berkenan mendanai kegiatan dengan uang pribadi ?.

Jadi, ya jangan terlalu berharap terjadi pembelajaran pasca sarasehan masyarakat sungai yang dihadiri oleh para praktisi dan pakar. Dimana kehadiran mereka itu tentu tidak gratisan, dalam rangka memeriahkan pagelaran rutin di setiap tahunnya.

Padahal, Kepala BNPB, seperti yang dimuat Indonews, selasa (16/5), mengatakan bahwa serangkaian acara yang digelar dalam rangka HKB diharapkan menjadi edukasi dan realisasi kesiapsiagaan bencana serta mitigasi bencana.

Masih kata indonews, acara puncak HKB yang berpusat di Lamongan ini diisi dengan simulasi bencana banjir yang dilakukan secara serentak di 7 (tujuh) kabupaten pada dua provinsi. Adapun kabupaten tersebut meliputi Kabupaten Sragen, Blora dan Ngawi di Jawa Tengah dan Kabupaten Lamongan, Bojonegoro, Gresik dan Tuban di Jawa Timur.

Simulasi ini dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah yang berada ada sepanjang kawasan Sungai Bengawan Solo. Lokasi tempat simulasi merupakan tempat aktivitas utama masyarakat, yaitu sekolah, pasar dan rumah sakit.

Kegiatan dilanjutkan dengan penanaman pohon yang dilakukan secara serentak di 7 kabupaten sebagai bentuk kontribusi mitigasi vegetasi dalam pelestarian area Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo.

Menilik dari harapan Kepala BNPB itu, harusnya memang ada tindak lanjutnya. Karena, yang namanya membangun kesadaran itu, ya harus dilakukan berulang-ulang, agar menjadi kebiasaan dalam hidupnya (internalisasi) untuk mewujudkan katangguhan.

Pertanyaan selanjutnya, mungkinkah komunitas relawan (yang dananya senin kamis), khususnya yang tersebar di 7 Kabupaten sepanjang kawasan sungai bengawan solo, bisa berkiprah secara mandiri melakukan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) kepada masyarakat pinggiran bengawan ?.

Alangkah eloknya jika harapan Kepala BNPB itu dijadikan kerja kolaboratif antar elemen pentahelix (termasuk melibatkan fasilitator destana, katana, kencana dan fasilitator spab), dalam berbagai bentuk kegiatan. Baik itu sarasehan, diskusi, pelatihan, maupun gerakan bersih-bersih sungai.

Tentu, kerja-kerja kolaboratif itu bisa terlaksana jika ada pihak donor yang membiayai. Entah itu perusahaan dengan  dana corporate social responsibility (CSR), atau pun lembaga donor yang beroperasi di Indonesia, seperti Siap Siaga dari Australia.

kalau hanya mengandalkan dana saweran dari anggota komunitas relawan, yang relatif kecil, maka gerakannya hanya sporadis dan bersifat lokalitas yang terbatas. Tidak seperti perayaan HKB 2023 yang menasional gaungnya.

Kini, semua pihak yang terlibat dalam pagelaran HKB 2023 di Lamongan sedang melepas lelah. Mungkin dalam istirahatnya mereka sedang berbagi cerita tentang suka duka selama di pendopo Kecamatan Karang Binangun.

Selanjutnya (mungkin) mereka mulai mencatat apa saja yang layak dijadikan bahan evaluasi dan laporan pertanggungjawaban. Yang jelas, usai sudah pagelaran HKB yang menyita waktu dan tenaga. Tinggal kenangan terindah yang akan menjadi bahan cerita selanjutnya.  Salam Tangguh. [eBas/RabuPon-17052023]

 

 

 

 

 

Kamis, 04 Mei 2023

DIALOG IMAGINER ANTARA MUKIDI DAN TEMANNYA

 Malam itu Mukidi nongkrong di Angkringan yang menjadi langganan berbagai komunitas relawan untuk “kopi darat” berbagi informasi dan merencanakan kegiatan bersama. Diantaranya membahas rencana Anniversary komunitas tertentu atau merencanakan pelatihan untuk peningkatan kapasitas relawan.

 Bertepatan, malam itu ada acara halal bihalal antar relawan yang diikuti oleh puluhan relawan yang datang mewakili komunitasnya. Dengan wajah riang gembira mereka saling bersalam salaman dan berbagi informasi yang berhubungan dengan kegiatan alam bebas.

 Malam itu Mukidi bersua dengan sahabatnya, Supradin, dari komunitas pecinta alam. Mereka mengambil tempat di sudut sambil memesan kopi hitam panas sedikit gula. Istilahnya “kopi paitan”.

 Sambil mendengarkan sambutan pembukaan acara halal bihalal, Supradin mengatakan bahwa dirinya akan nonton sarasehan dan simulasi evakuasi mandiri, di Kantor Kecamatan Karang Binangun, Kabupaten lamongan, pada hari selasa, 16 Mei 2023.

 “Cak Di, sampiyan ingat tidak arahan Kepala BNPB saat peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) ?,” Ujarnya sambil nyruput Kopi pahit sebagai upaya mengurangi risiko diabet.

 Dimana, saat itu Kepala BNPB, mengatakan bahwa, kita harus  manfaatkan momentum HKB ini untuk melibatkan sebanyak-banyaknya partisipasi masyarakat, perangkat desa, segenap komponen pentaheliks, supaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana bisa menjadi budaya yang mengakar di masyarakat Indonesia.

 Mendengar cerita Supradin, Mukidi ingat kepada Kartomarmo yang menjadi fasilitator Destana. Tentunya saat ini dia sedang sibuk menyiapkan Desa binaannya, untuk melakukan simulasi mandiri, agar layak dipamerkan kepada para pejabat dan undangan peserta apel peringatan HKB.

 Termasuk fasilitator keluarga tangguh bencana, fasilitator kecamatan tangguh bencana, dan fasilitator SPAB, yang belum banyak dilakukan di sekolah, namun harus ditampilkan seolah-olah sekolah sudah tangguh bencana.

 Semua harus dilakukan, termasuk “menghimbau” kepada seluruh elemen pentahelix untuk datang ke Lamongan, dalam rangka mensukseskan HKB tahun 2023 yang mengambil tema “Tingkatkan Ketangguhan Desa, Kurangi Risiko Bencana”.

 Ya, konon, nanti di Lamongan pada hari Selasa pahing (16/05/2023) diselenggarakan apel peringatan HKB tahun 2023 dengan menggelar diskusi yang dihadiri oleh para tokoh kebencanaan, kesenian yang berisi pesan kesiapsiagaan menghadapi bencana. juga ada penjualan souvenir dan wisata kuliner khas Lamongan. Diantaranya Nasi boran dan tempe gimbal.

 Mukidi juga setuju dengan pernyataan yang mengatakan bahwa,  semua pihak harus paham bahwa edukasi, sosialisasi, pelatihan dan simulasi kesiapsiagaan bukanlah pelajaran sekali dalam hidup, tetapi pembelajaran dan upaya seumur hidup.

 “Kegiatan simulasi kepada masyarakat yang daerahnya memiliki potensi bencanalah yang harus diagendakan secara rutin, menggunakan anggaran Desa, dengan melibatkan agen bencana dan relawan lokal,” Kata Mukidi kepada Supradin.

 Sedangkan Supradin, mendapat informasi dari Kartomarmo, bahwa untuk menuju ke lokasi HKB, organisasi tidak memfasilitasi, seperti tahun  yang lalu. Yang ingin berangkat harus memiliki cukup sangu agar disana tidak galau. Nanti titik kumpulnya disisi barat lapangan saja, biar enak.

 “Lho, … Piye to kiiih….?. kok mlaku dewe-dewe…,”. Kata Mukidi kaget dengan penjelasan Supradin yang tidak seperti tahun-tahun yang lalu.

 “Lha yo emboh to, ojok maneh aku. Lha wong Kartomarmo sing dadi pengurus wae, ora tau diajak rapat babar blas terkait dengan penyelenggaraan HKB,” Ujarnya sambil nyakot rondo royal kesukaannya.

 Dia menyarakan, jika sempat ya merepat. Kalau tidak sempat, cukup mengikuti lewat media yang meliput serta menunggu informasi dan foto-foto kegiatan yang diposting oleh mereka yang punya kemewahan waktu dan sangu untuk mengikuti acara secara langsung. [eBas/Jum’ad Legi-05052023]

 

 

Rabu, 03 Mei 2023

ANNIVERSARY SEBAGAI MEDIA SILATURAHIM ANTAR ORGANISASI

 Menurut Cambridge Dictionary, anniversary adalah suatu hari untuk merayakan sesuatu yang penting yang terjadi di hari tersebut. Anniversary identik dengan perayaan hari jadi (dari sebuah organisasi), yang ditunggu oleh banyak pihak untuk kangen-kangenan dn bersulang cerita.

Saking bermaknanya, hampir semua organisasi mengagendakan kegiatan anniversary di setiap tahunnya dengan berbagai agenda yang ditata sedemikian rupa dan dikabarkan lewat media. Dengan harapan semua organisasi yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan dan lingkungan hudup, turut “mangayubagyo”.

Seringkali kegiatan yang mengundang banyak puhak ini diselenggarakan di alam terbuka (camping ground). Biasanya di wana wisata pegunungan, namun ada juga yang menempati daerah pesisir pantai, sesuai kesepakatan internal organisasi untuk memeriahkannya.

Misalnya kegiatan anniversary diikuti dengan penghijauan ataupun penanaman mangrove sebagai upaya melestarikan limgkungan alam demi kehidupan flora dan fauna yang bisa dimanfaatkan oleh manusia dalam arti luas.

Terkait upaya penghijauan dengan menanam berbagai pohon produktif, hendaknya dikerja samakan dengan masyarakat dan pejabat setempat (termasuk aparat perhutani), agar terjamin bibit yang ditebar itu hidup sesuai harapan. Tidak layu sebelum berkembang.

Biasanya, agenda anniversary itu diisi dengan beberapa sambutan formal, untuk kemudian dilanjutkan refleksi dan evaluasi program kegiatan yang telah disepakati, untuk mengetahui pendukung dan kendala pelaksanaan program. Untuk kemudian mencari alternatif solusi agar keberadaannya semakin dirasakan oleh penerima manfaat.

Sambil menggelar pesta kecil dengan hidangan ala kadarnya, mereka menikmati acara spontanitas (biasanya mendengankan nyanyian bertemakan lingkungan dan protes sosial). Kadang kehadiran api unggun akan menambah suasana yang romantis. 

Acara bersulang cerita pengalaman yang tertuang dalam “sharing session” juga sangat menarik sebagai media solaturahim diantara mereka yang menyempatkan datang di arena anniversary. Apalagi jika dalam acara yang digelar penuh akrab bersahabat ini juga dibagikan door prize sebagai kenangan yang terindah. 

Tidak tertutup kemungkinan dalam acara itu muncul kegiatan bersama lintas komunitas. Misalnya mengadakan pendakian bersama, bakti sosial gabungan, dan sebagainya sesuai kesepakatan bersama. Termasuk mengadakan halal bihalal bersama.

Salah satu kegiatan Anniversary yang bisa dicontohkan disini adalah yang akan digelar oleh Sahabat Giri Wana (SGW) dalam rangka ulang tahunnya yang ke-10 sekaligus memperingati hari bumi, dengan gerakan penanaman mangrove, di kawasan kalimireng, Kabupaten Gresik.

Semoga gelaran Anniversary yang disisipi kerja-kerja kemanusian yang dilakukan oleh para natural volunteer, dapat menjadi media silaturahim dan ajang pembelajaran melalui “sharing session” bagaimana mencintai lingkungan alam untuk diwariskan kepada anak cucu. Salam Lestari. [eBas/RabuWage-03052023]