Sementara itu, relawan juga
manusia yang memiliki tanggungjawab terhadap keluarga dan masyarakat di
sekelilingnya. Untuk itu dia harus mempersiapkan diri menghadapi masa depannya
agar keluarga dan masyarakatnya tidak terbebani karena ketidak berdayaannya.
Sebuah Langkah cerdas diambil
pengurus SRPB guna menjawab tantangan di atas. Mereka menggelar workshop
budidaya maggot sebagai upaya membuka peluang bisnis rumahan. Sebuah usaha yang
tidak banyak membutuhkan modal, namun hasilnya jelas untuk menghindari bencana
ekonomi akibat pandemi covid-19 yang belum ada obatnya.
Dengan adanya workshop ini
diharapkan masyarakat sekitar dan relawan penanggulangan bencana memiliki
alternatif usaha. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan nara sumber dari
INAVOR, bahwa budidaya maggot itu sangat
berguna untuk, Menumbuhkan Ketahanan Ekonomi Keluarga dengan budidaya maggot yang memiliki kandungan protein tinggi untuk makanan ternak, Mengembangkan
Usaha Ekonomi kerakyatan dengan membuat Komunitas Maggot, Bank Sampah maupun
Bank Maggot.
“Workshop budidaya maggot ini
sebagai upaya pemberdayaan dibidang ternak unggas dan perikanan. Dimana,
masalah pakan merupakan pengeluaran utama yang bisa ditekan hingga separuh, dengan
cara mancampurnya dengan maggot. Apalagi protein maggot yang mencapai 40%
sangat bagus untuk ternak,” Kata Dian Harmuningsih, koordinator SRPB Jawa
Timur.
Nah, disinilah peluang terjadi.
Kenapa? Karena pembesaran maggot siap pakai dari telur maggot membutuhkan 15
s.d 18 hari, tentunya peternak kewalahan jika harus membudidaya maggot sendiri.
Maka kawan-kawan relawan bisa menyuplai kebutuhan ini dengan menjual maggot
dewasa ke peternak.
“Harga satu kilo maggot dewasa
bisa mencapai tuju ribu rupiah. Jika grosir besar bisa sampai lima ribu rupiah
per kilo. Jika tiap relawan memiliki pembesaran maggot 10 bak saja,
penghasilan satu juta per minggu bisa
dicapai,” Ujarnya.
Materi workshop yang digelar di
Omah Pinggir Sawah ini, senin (28/06/2021), meliputi, Pengenalan morfologi
Maggot, dari Nama, anatomi, hingga Karakter Maggot, Mengenalkan dan
mempraktikkan proses Penetasan, Pembesaran, Panen Maggot, Pengembangbiakan,
hingga Panen Telur, serta Mengenalkan Peluang Pasar dan Perhitungan bisnis
Maggot.
“Maggot Dewasa dijual, baik
berupa Maggot Segar (fresh Maggot), dikeringkan atau pellets Maggot. Sedangkan telurnya
bisa dijual dalam bentuk telur segar. Jangan lupa, sebagian telur Maggot
Dewasa, disisihkan untuk di kembangbiakkan melalui proses Pre Puppa - Puppa -
Lalat - Kawin – bertelur,” Kata Nara sumber meyakinkan.
Di akhir acara, Inavor memberikan
bibit gratis 1 gram telur maggot untuk oleh-oleh peserta dan semua yang hadir.
Agar bisa langsung praktek di rumah masing-masing.
Sungguh kegiatan ini sangat menarik
untuk program pemberdayaan relawan. Sebuah peluang usaha yang sangat menjanjikan.
Sebuah Langkah kecil dari pengurus SRPB untuk memberdayakan relawan telah diayunkan.
Sangat elok sekali jika workshop ini ditindak lanjuti dengan peserta yang lebih
banyak lagi. Tentu dengan tetap mentaati protokol Kesehatan dan perkembangan pandemi
yang masih menebar aroma kematian.
“Sebenarnya saya sudah lama ingin
relawan itu punya ketahanan ekonomi mandiri. Termasuk Organisasinya. Tidak
melulu nunggu sumbangan dari Donatur/CSR. Cuma, sebaik-baiknya program kalau
tidak didasari dengan mental yang tangguh, sulit juga diterapkan menjadi sebuah
usaha alternatif,” Kata Bang Erick,
salah satu nara sumber dari INAVOR.
apa yang disampaikan pria
berkacamata, yang juga berprofesi sebagai pendidik ini sangat manusiawi. Perlu proses
panjang untuk menyadarkan relawan, disamping aktif melakukan
kerja-kerja kemanusiaan, relawan harus punya kemandirian financial demi kesejahteraan
keluarga dan di masa tuanya. Karena tidak selamanya relawan itu akan terus bermain di
lapangan. Faktor usia dan Kesehatan pasti akan menghentikan aktivitas semua relawan.
Salam Sehat, Salam Kemanusiaan. [eBas/SelasaLegi-29062021]