Di era milenial ini, bencana alam
semakin sering melanda berbagai daerah dengan dampak yang merugikan kehidupan
masyarakat yang terdampak. Sehingga diperlukan upaya bersama untuk menangani
bencana. Paling tidak bisa mengurangi dampak yang ditimbulkan. Dengan kata
lain, diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat untuk mendorong gerakan sadar
bencana, hal ini mengingat bahwa bencana itu bukanlah urusan pemerintah semata.
Tapi menjadi urusan bersama seluruh masyarakat untuk menanggulangi bencana.
Salah satu upaya yang coba
diperkenalkan adalah konsep satuan pendidikan aman bencana (SPAB). Sekolah aman
bencana adalah sekolah yang menerapkan standar sarana dan prasarana serta
budaya yang mampu melindungi warga sekolah dan lingkungan di sekitarnya dari
bahaya bencana. Sementara fasilitas sekolah aman itu merupakan fasilitas gedung
sekolah dan halaman sekitar memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, dan
kemudahan. Termasuk kelayakan bagi anak berkebutuhan khusus, kenyamanan dan
keamanan.
Sekolah aman ini merupakan bagian
dari materi satuan pendidikan sekolah aman (SPAB), sebagai upaya pengurangaan
risiko bencana secara mandiri oleh komunitas sekolah. Mereka itu terdiri dari
unsur kepala sekolah, staf tata usaha,
pendidik, wakil peserta didik (anggota OSIS) dan anggota komite sekolah.
Sehingga mereka dapat melakukan upaya penyelamatan sendiri sebelum bantuan
datang.
Kegiatan ini juga sebagai upaya
menemukenali potensi bencana yang ada di daerahnya. Hal ini penting, karena ada
banyak ancaman bencana yang tersebar di seluruh wilayah jawa timur. Diantaranya
seperti bencana banjir, tanah longsor, gempa, erupsi gunung berapi, kekeringan,
kebakaran, angin puting beliung. Tentu penanganannya berbeda antara bencana
satu dengan lainnya.
Bagaimana dengan satuan pendidikan
nonformal (PAUD, PKBM, LKP) ?. Dengan banyaknya ancaman bencana, kiranya perlu
membekali para pengelola dan pendidik satuan pendidikan nonformal dengan materi
pengurangan risiko bencana sebagai upaya membangun ketangguhan dalam menghadapi
bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Apalagi kebanyakan lembaga nonformal melayani
perseta didik yang berdomisili di daerah rawan bencana. Sehingga punya
kewajiban untuk mengingatkan adanya potensi bencana dan cana menanggulanginya.
“Paling tidak, dengan materi ini,
peserta bisa mengimbaskan kepada sasaran didiknya agar mereka mengerti akan
pentingnya sadar bencana,” Kata Mochamad Rosi, nara sumber dari Muhammadiyah
Disaster Management Center (MDMC).
Untuk itulah BP-PAUD dan DIKMAS Jawa
Timur, dalam kegiatan peningkatan kompetensi PTK PAUD DIKMAS melalui bimbingan
teknis/orientasi bagi pengelola PAUD, memasukkan materi satuan pendidikan aman
bencana yang dikaitkan dengan upaya mitigasi untuk mengurangi dampak bencana.
Ini merupakan sebuah terobosan baru yang belum pernah dilakukan oleh BP-PAUD
dan DIKMAS lainnya. Mungkin saja Balai lain juga melakukan tapi dalam bentuk
lain. Harapannya semoga semua Balai juga melakukan sosialisasi pengurangan
risiko bencana sebagai bentuk sumbangsihnya kepada upaya penanggulangan
bencana.
Kegiatan ini diikuti oleh 60 peserta
pengelola PAUD di seluruh Jawa timur, untuk menambah wawasan tentang upaya
membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana. Harapannya, sepulang dari kegiatan
bimbingan teknis ini, peserta bisa mensosialisasikan satuan pendidikan aman bencana
yang membahas tentang konsep sekolah aman bencana, manajemen bencana di
sekolah, dan pendidikan pencegahan bencana.
Penyampaian materi SPAB ini disambut
antusias oleh peserta. Apalagi saat nara sumber mengajak praktek membuat matrik
jenis dan ragam ancaman di daerah, menentukan karakter ancaman dan penilaian
risiko bencana, membuat rencana aksi untuk kesiapsiagaan sekolah menghadapi
bencana serta membuat peta sekolah yang dilengkapi jalur evakuasi dan titik
kumpul.
“Saya baru kali ini menerima materi
kebencanaan. secara pribadi, saya senang
menerima materi satuan pendidikan aman bencana, karena ternyata penting mengenali
potensi bencana yang ada di daerah saya, sehingga saya bisa mengurangi risiko
bencana seminim mungkin,” Kata Ajeng Puspita, peserta dari Mojokerto.
Masih kata ibu berputera tiga ini,
dirinya akan memberikan usulan kepada pengurus himpaudi kabupaten mojokerto
agar melakukan sosialisasi tentang satuan pendidikan aman bencana kepada
lembaga PAUD yang kebetulan di daerahnya ada potensi bencana yang bisa merusak
bangunan PAUD beserta sara prasarana pendukungnya.
“Semuanya bisa dikurangi risikonya
jika kita telah siap. Agar kita siap, maka upaya pengurangan risiko bencana
harus menjadi gerakan massif agar masyarakat tumbuh kesadarannya akan
pentingnya mengenali potensi bencana yang ada di daerahnya sekaligus bisa bergotong
royong melakukan mitigasi secara mandiri. Ingat pesan nara sumber, kenali
bahayanya, dan kurangi risikonya,” Katanya sambil membenahi tugas kelompoknya
untuk dipresentasikan. [edibasuki/08123161763]