Para aktivis forum pengurangan risiko bencana provinsi (FPRB) Jawa Timur, pasti mengenal sosok satu ini yang kala itu “mengawal” proses berdirinya forum. Konon, bersama tim 9, mereka rajin mengkampanyekan betapa pentingnya berforum, membantu pemerintah dalam upaya pengurangan risiko bencana di tingkat Jawa Timur. Dialah Didik Mulyono. Dialah salah seorang sosok yang memperkenalkan penulis bagaimana asiknya berforum.
Jumat
(28/01/2022) malam, tetiba mas Didik, sapaan akrab penulis kepadanya, japri
menanyakan kabar sebagai pembuka keakraban diantara kami yang lama tidak
bersua.
“Pakdhe,
nek njenengan selo, mbok konco-konco
ingkang kelola relawan di Lumajang
diajak diskusi tentang keamanan dan keselamatan relawan, kulo prihatin banget
sampun wonten relawan ingkang berpulang karena kecelakaan,” Kata mas Didik.
Sebuah
gagasan yang menarik demi upaya mengurangi risiko kecelakaan bagi relawan yang
sedang melaksanakan tugas di lapangan. Syukur-syukur, masih kata pria yang masih
setia pada ududnya, nek hasil
dari jagongan, bisa disepakati
untuk dibuatkan SOP Keamanan
dan Keselamatan Relawan.
Tentunya,
SOP ini disusun bersama dengan para pengelola lembaga yang memobilisir relawan dan BPBD yang mempunyai kewenangan
mengkoordinasikan kegiatan yang terkait dengan kebencanaan.
Sungguh
ini sebuah gagasan yang perlu dibahas bersama sambil ngopi. Namun, karena
kesibukan yang padat dalam rangka percepatan penanganan penyintas dan warga
terdampak agar segera pulih untuk menjalani kehidupannya kembali, sehingga
gagasan ini tidak sempat terpikirkan. Atau, menunggu munculnya “pengampu” untuk
membicarakannya.
Nantinya,
masih kata pria berkacamata ini, di dalam SOP diatur tentang prasyarat
keamanan dan keselamatan kendaraan, kecepatan maksimal, jenis kendaraan dengan kondisi
jalan ketika mengendarai kendaraan dan
sebagainya. Semua ini
untuk meminimalisir
kelelahan relawan dalam berkendaraan.
Nggak usah
nunggu satgas atau BPBD, dorong
aja inisiatif dari Lembaga-lembaga yang mengelola relawan yang ditugaskan di Lumajang. Ini salah
satu bentuk perlindungan atas keamanan dan keselamatan relawan oleh Lembaga.
“Jangan sampai respon Semeru menjadi rekor di Indonesia
atas jumlah berpulangnya relawan karena mengalami kecelakaan di lapangan,” Ujarnya. Sementara penulis hanya diam
sambil bertanya dalam hati, mungkinkan itu bisa terjadi ?.
Sedangkan
masih banyak pekerjaan di lapangan yang belun teratasi. Apakah tidak hanya
menambah kesibukan relawan melalui rapat adu gagasan tentang SOP Keamanan dan
Keselamatan Relawan.
Dalam
japrinya, mas Didik juga memberi saran agar mengundang perwakilan
PMI yang mengelola relawan sebagai pemantik diskusi. Apa saja
hal-hal yang terkait dengan keamanan dan keselamatan relawan
yang diatur di internal PMI
“Apa saja
yang bisa diadopsi dan dijadikan prosedur bersama oleh relawan untuk
meminimalisir kejadian kecelakaan di masa mendatang,” Katanya.
Didik,
yang pernah aktif di AIFDR mempersilahkan jika gagasan ini di sampaikan ke BPBD Lumajang,
serta mendorong mBah Dharmo sebagai pengendali FPRB Jawa Timur, untuk
memfasilitasi diskusi agar ada kesepahaman berbagai pihak tentang pentingnya prosedur keamanan dan keselamatan
relawan.
Sungguh
gagasan ini menarik, namun juga banyak pertanyaan yang harus dijawab sebelum
gagasan ini disuarakan ke khalayak ramai. Atau, langsung saja gagasan ini
diserahkan ke mBah Dharmo agar ditindak lanjuti.
Mengingat
beliau langkahnya gesit, sat set wat wet dalam mengkomunikasikan sebuah gagasan
ke berbagai pihak. Ya, beliau ini memang seorang negosiator ulung. Apalagi jika
didampingi Gus Yoyok, mBak Ratna, dan mBak Anin, pasti semua akan berakhir
indah dalam menebar kebermanfaatan yang bermartabat.
“Mugi-mugi mboten wonten malih rencang-rencang relawan yang berpulang karena mengalami
kecelakaan karena
kelelahan atau menurunnya fokus habis berkegiatan,” Pungkasnya mengakhiri japrian dengan penulis tentang
gagasan membuat SOP Keamanan dan Keselamatan Relawan. Salam Tangguh, Salam
seduluran sak lawase. [eBas/SabtuKliwon-29012022]