Salah satu rangkaian kegiatan rapat koordinasi kesiapsiagaan
erupsi gunung bromo di Probolinggo adalah mereview rencana kontijensi (renkon)
untuk kemudian diaktivasi menjadi rencana operasi (renop) tanggap bencana, jika
situasi memang mengharuskan, dan harus dibuat bersama-sama sama oleh
semua pihak (stakeholders) dan multi-sektor yang terlibat dan berperan dalam
penanggulangan bencana, meliputi unsur pemerintah, dunia usaha, organisasi
non-pemerintah (relawan), dan masyarakat .
Dalam hal menghadapi erupsi siklus lima tahunan yang kemungkinan
akan besar dampaknya, maka disusunlah renkon, yaitu Suatu proses identifik asi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada
keadaan kontinjensi atau yang belum tentu terjadi. Artinya, Suatu rencana kontinjensi mungkin
tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi.
Dengan kata lain,
renkon bisa diartikan sebagai proses yang mengarah pada kesiapan dan kemampuan untuk memperkirakan kejadian bencana sehingga
dapat: mencegah bencana, mengurangi dampak, menanggapi secara efektif, dan memulihkan diri dari
dampaknya. Prinsip renkon adalah, penyusunan renkon Proses penyusunan dilakukan
bersama, Skenario dan tujuan
disepakati bersama, Dilakukan secara terbuka, Menetapkan peran dan tugas setiap pelaku, Menyepakati
konsensus yang telah dibuat
bersama, Dibuat untuk menghadapi keadaan darurat , dan Mengutamakan sumberdaya lokal termasuk sumberdaya
daerah sekitar, Serta Tidak berorientasi penyusunan proyek.
Dalam kegiatan ini sudah semakin tampak siapa melakukan apa,
dimana dengan menggunakan sarana dan prasarana siapa. Masing-masing stakeholder
yang terlibat menginventarisir berapa personil yang akan dilibatkan, sarana
prasarana apa saja yang bisa digerakkan untuk mendukung operasi tanggap darurat.
Semuanya tercatat dan disepakati dalam sebuah dokumen yang disahkan oleh
masing-masing pimpinan lembaga.
Terkait dengan itu, untuk menyamakan langkah dan kesepahaman
dalam operasi tanggap bencana, bila sewaktu-waktu bromo erupsi, maka dalam kesempatan
itu juga diadakan table top exercise (TTX), yaitu metode latihan dimana unsur pimpinan yang memiliki fungsi komando dari
berbagai instansi terkait tanggap darurat bencana, melaksanakan rapat koordinasi untuk melakukan tinjauan kebijakan, strategi, prosedur, rencana dan teknis
pelaksanaan dalam menghadapi situasi darurat.
Bisa juga dikatakan bahwa TTX ini sebagai upaya kesiapan menghadapi kemungkinan terjadinya situasi darurat atau bencana di suatu
wilayah, dibutuhkan suatu kesiapsiagaan kedaruratan, dimana setiap pihak
berkepentingan terlibat sejak awal dalam merumuskan kebijakan, strategi,
prosedur, rencana dan teknis pelaksanaan dalam menghadapi situasi kedaruratan
bencana tersebut.
Tujuannya adalah : (1)- Memberikan gambaran dan
membangun pemahaman yang sama kepada para pimpinan dan
staf instansi terkait penanggulangan bencana tentang penyelenggaraan
latihan kesiapsiagaan penanggulangan bencana. (2)-Membangun komunikasi dan koordinasi terpadu lintas bidang dalam perencanaan
dan pengerahan sumberdaya untuk penanganan tanggap darurat, dan (3)- Sebagai pedoman para pimpinan dan staf tentang penyelenggaraan latihan
kesiapsiagaan penanggulangan bencana, sehingga dapat bertindak
cepat, tepat dan efektif dalam membangun kesiapsiagaan.
Tentu, masing-masing daerah terdampak gunung bromo, memiliki
gaya tersendiri dalam melihat siklus lima tahunan erupsi bromo. Karena,
masing-masing penguasa otonomi daerah itu mempunyai selera sendiri dalam
mensikapi permasalahan, termasuk masalah penanggulangan bencana gunung bromo.
Dibanyak kasus, ketika operasi tanggap darurat dimulai, ternyata
banyak sarana prasarana yang ternyata tidak siap, atau rusak, dana pendukungnya
belum cair, personilnya ada tugas lain, bahkan pimpinannya baru sehingga perlu
waktu untuk mempelajari segala sesuatu yang terkait dengan kesiapsiagaan yang
telah disepakati dalam renkon maupun renop. Hal-hal inilah yang perlu
diwaspadai.
Untuk itulah dalam TTX, disamping membangun komitmen antar
stakeholder, jika perlu dibuatkan regulasi yang mengikat, juga sekaligus
mengecek keberadaan sarana prasarana yang akan digunakan itu benar-benar siap
diterjunkan manakala siklus erupsi gunung bromo itu benar-benar terjadi dalam
skala besar. [eBas]