Belum
hilang rasa lelah, belum terobati capeknya, bahkan belum sempat pulang untuk bertemu keluarga yang menunggu dirumah, setelah ditinggal sekitar 1 (satu) bulan, mereka harus mampir dulu ke sebuah Desa di kabupaten
Nganjuk.
Ya, mereka, Tim Relawan dari Daarul Tauhid Peduli (selanjutnya disingkat DT Peduli), langsung
menuju ke lokasi yang sangat membutuhkan jembatan untuk menyeberangi Sungai
Kuncir, di Desa Cepoko, Kecamatan
Berbek, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur,
untuk pengamatan awal.
Seperti
berita yang sempat dimuat di beberapa
media lokal, beberapa waktu yang lalu, bahwa di Desa tersebut ada 2 (dua) Dukuh/Dusun yang terputus oleh
sungai, dan tidak ada jembatan
penghubung. Yaitu Dukuh Bayeman dengan Dukuh Tahunan.
Masyarakat
Dukuh Tahunan harus menyeberangi sungai dengan susah payah untuk berinteraksi dengan daerah lain. Termasuk ketika
harus Sholat Jum’at ke Dukuh Bayeman. Bukan hanya itu, mereka juga harus
memikul keranda mayat dengan menyeberangi sungai jika akan
memakamkan jenasah warga yang meninggal dunia.
Artinya, keberadaan jembatan sangatlah dibutuhkan oleh
warga setempat. Bukan hanya untuk mobilitas ekonomi warga saja yang diuntungkan
dengan adanya jembatan. Beberapa oknum pun juga turut menikmati keberadaan
jembatan untuk melancarkan aksinya.
Berita
tentang kondisi ini sampai juga ke teman-teman relawan DT Peduli cabang
Surabaya, sehingga dimasukkan menjadi rencana program Jembatan Peduli Negeri
berikutnya. Ketika rencana ini sedang dalam pembahasan, ternyata bertepatan
dengan kepulangan Tim Jembatan Peduli Negeri dari Samarinda, Kalimantan Selatan
setelah menyelesaikan program yang sama yaitu Jembatan Peduli Negeri disana.
Tanpa
menunggu lama-lama, rencana ini langsung disampaikan kepada relawan yang dalam
perjalanan pulang dari Kalimantan menuju ke Jawa Barat, yang kebetulan
rencananya menyeberang ke Tanjung Perak, Surabaya.
“Jangan
pernah lelah untuk berbuat baik”, rupanya semangat ini masih tetap melekat di jiwa teman-teman relawan, ini dibuktikan dengan
mengabulkan permintaan dari Relawan DT Peduli Surabaya untuk mampir ke Nganjuk,
melakukan survey lokasi yang sangat membutuhkan jembatan penghubung antar 2
(dua) dukuh/dusun tersebut.
Sabtu (21/8/2021) malam, sekitar pukul 22:00 WIB,
kabar rencana survei lokasi di Nganjuk ini disampaikan juga kepada penulis, yang kebetulan juga relawan kebencanaan dan
sering bersinergi dengan mereka, di
beberapa lokasi bencana alam di Indonesia.
Tanpa
pikir panjang penulispun
menyanggupi untuk menemani survei besuk pagi, sekaligus ajang temu kangen
diantara kami para relawan untuk
mempererat tali silaturahmi, sambil ngopi berbagi informasi.
Minggu
(22/8/2021), pukul 10:15 WIB rombongan Relawan DT Peduli yang berjumlah 10 (sepuluh) orang yang
terdiri dari 5 (lima) orang yang dari Kalimantan, ditambah 5 (lima) orang dari
Kantor Cabang Surabaya.
Sesampai di Balai Desa Cepoko, langsung menghubungi Kepala Desa Cepoko, untuk
menyampikan rencana-rencana tersebut. Bapak Kholid Iskandar sebagai Kepala Desa
sangat terkejut, sekaligus
senang mendengarkan rencana yang disampaikan oleh Kepala Bagian Program DT
Peduli Cabang Surabaya, Mas Bayu.
“Kok
tidak ada pemberitahuan sebelumnya pak,
sungguh kami sangat senang dan sekaligus kaget...” Ujar Pak Kades.
Menurutnya, sudah beberapa kali mereka mengajukan ke pemerintah, dan sudah beberapa kali disurvei, tapi belum
direalisasi dengan berbagai alasan yang
tidak dipahami oleh warga.
Hal ini
juga dibenarkan oleh beberapa warga
yang sempat temui di tepi sungai, saat peninjauan lapangan.
“sudah
sekitar 20 tahun lebih jembatan disini rusak, terakhir ada sekitar tahun 1995,
itupun jembatan bamboo. Mudah-mudahan
bisa direalisasikan ya pak...” Kata warga dengan penuh harap.
Sekitar 2
jam Tim Relawan DT Peduli ditemani Kepala Desa Cepoko dan beberapa warga
melakukan pengecekan di bantaran
sungai, menyeberangi sungai ke Dukuh sebelah dan juga menerbangkan Drone untuk
mengecek kondisi sekaligus mengukur lebar sungai.
Perlu
diketahui bahwa jarak Balai Desa dan Kantor Desa Cepoko dengan sungai tempat
penyeberangan yang disurvei tadi hanya sekitar 500 meter.
Setelah
dirasa cukup data terkumpul, tim kembali ke Balai Desa Cepoko untuk sedikit membahas
hasil survei dan kemungkinan-kemungkinan realisasi jembatan bersama Kepala Desa
dan beberapa perangkat desa yang sudah menunggu di Balai Desa.
Kopi
Panas dan jajanan ala Desa telah terhidang. Suasana akrab bersahabat itu, memudahkan kedua belah pihak
membangun komunikasi untuk mencapai kesepahaman, bahwa jembatan itu perlu
segera diwujudkan.
“Mudah-mudahan
bisa segera dibuatkan jembatan ya pak...” ujar salah satu perangkat desa yang
tidak mau disebut namanya, sambil menyeruput kopi.
“Inshaallah...
mudah-mudahan pak” jawab Kang I’ip, salah satu relawan DT Peduli yang
juga komandan lapangan Jembatan Peduli Negeri yang asli orang Sunda, Bandung,
Jawa Barat. Nama
lengkapnya Saeful
tersebut.
“Aamiin...”
kompak semua menjawab seolah dikomando.
“Tergantung
menunggu keputusan Mas Bayu...” tambah Kang I’ip, sambil menengok ke Mas Bayu, selaku bagian program DT Peduli Cabang
Surabaya.
“Kami
susun Rencana Anggaran dulu, dan kami juga
sangat berharap jembatan ini segera bisa kami kerjakan” Tegasnya.
Obrolan
diakhiri dengan makan siang bersama diwarung pinggir sawah yang berjarak
sekitar 1 km dari Balai Desa Cepoko.
“Mohon
ma’af di sini adanya cuman warung begini...” kata Pak
Kholid, disela-sela kami menikmati Nasi Lodeh lauk Tahu dan Telur Ceplok.
“Sambelnya
kurang nih...” celetuk Kang I’ip yang asli Sunda dan terkenal suka sambel pedas
dan lalapan.
“Hati-hati
kang... salam buat temen-temen di Bandung” kata-kata penutup yang penulis
teriakan ke Kang I’ip dan kawan-kawan yang memang sudah sangat akrab dengan
kami.
“Siap...
CERIAKAN” Jawaban khas Kang I’ip yang selalu
terlontar dari mulutnya maupun postingannya di Media sosial.
Perpisahan itu pun memunculkan harap, agar Jembatan Peduli Negeri karya relawan sepanjang kurang lebih 70 meter, yang akan menghubungkan ke dua Dusun di Desa Cepoko,
Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk tersebut bisa cepat terealisasi. Aamiin.
Semoga apa yang digagas relawan kemanusiaan ini (tanpa
embel-embel kepentingan tertentu), tidak mendapatkan kendala yang berbau
kepentingan tertentu. Termasuk perijinan dan sejenisnya yang kemudian berujung
pada kompromi KUHP. Wallahu a’lam bishowab. [*]
Penulis : DD, PPWI (Persatuan Pewarta Warga Indonesia),
Relawan CORrE (Community Of Rapid Response Emergency).