Tahun
2019, yang bertepatan dengan shio babi tanah ini, BP-PAUD dan DIKMAS Jawa timur
mempunyai terobosan baru dalam menggelar pelatihan untuk lembaga mitra. Kegiatan
yang bertema “Peningkatan Kompetensi SDM melalui Bimtek (LKP, PAUD, PKBM),
berlangsung di “Kampus Gebang Putih 10” Surabaya.
Terobosan
baru itu adalah dimunculkannya materi tentang pengurangan risiko bencana, yang
di dalamnya berisi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Sebuah materi
baru yang sebelumnya tidak pernah ada. Mengapa baru sekarang diadakan ?.
Seperti
diketahui, sejak terjadinya gempa di Pulau Lombok yang meluluh lantakkan
Kabupaten Lombok Utara, kemudian disusul gempa Palu (Sulawesi tengah) yang
diberengi dengan tsunami dan likuifaksi (jenis bencana baru yang belum
dimasukkan ke dalam UU 24 tahun 2007, sebagai salah satu jenis bencana).
Ke dua
bencana yang melanda daerah yang berbeda ini belum selesai ditangani, sudah
disusul gempa selat sunda yang memunculkan tsunami di pantai pangandaran dan
lampung. Di susul dengan berbagai bencana di daerah lain dengan korban harta
benda dan nyawa yang tidak sedikit.
Dari
situlah kemudian muncul ‘himbauan’
presiden dan mendikbud agar pendidikan mitigasi bencana diajarkan di sekolah.
Sayangnya himbauan itu kurang disambut serius dikarenakan ada anggapan materi
pelajaran di dalam kurikulum sudah padat.
Bagaimana
dengan satuan pendidikan nonformal (SKB, PKBM, PAUD, dan LKP) dalam menyambut
himbauan presiden dan mendikbud itu?. Sama saja, setali tiga uang. Bahkan
terkesan tidak ada yang peduli melakukan pengkajian untuk dijadikan program aksi sebagaimana yang dihimbaukan oleh presiden.
Padahal,
sesungguhnyalah peserta didik dari satuan pendidikan nonformal itu kebanyakan
berdomisili di desa yang masuk dalam kawasan rawan bencana. sehingga kalau
terjadi bencana mereka akan menjadi korban pertama, sekaligus sebagai orang
yang melakukan penyelamatan terhadap korban bencana, sebelum bantuan dari luar
datang.
Dari
situlah kemudian, sesuai dengan salah satu tugas BP-PAUD dan DIKMAS Jawa Timur,
melaksanakan pengembangan mutu pendidikan anak usia dini dan pendidikan
masyarakat. Sementara salah satu fungsinya adalah pengembangan program PAUD dan
DIKMAS.
Maka
pamong belajar BP-PAUD dan DIKMAS JATIM setiap tahun diwajibkan mengembangkan model. diantaranya model pembelajaran
mitigasi bencana pada pendidikan multikeaksaraan. Sasaran dari model ini adalah
masyarakat penyandang buta aksara yang baru menyelesaikan program keaksaraan
fungsional. Tujuannya adalah sebagai upaya menjaga kemampuan keberaksaraannya
agar tidak kembali buta aksara, sekaligus paham akan pentingnya melakukan mitigasi mandiri seperti dalam konsepnya pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat.
Kemudian
model lain yang masih bersinggungan dengan masalah kebencanaan adalah pengembangan
model pembelajaran sadar bencana untuk memperkuat karakter bagi peserta didik
LKP. Saat ini model ini masih dalam tahab ujicoba.
Harapannya,
setelah mereka menerima materi ini bisa memahami arti penting kesiapsiagaan
menghadapi bencana serta mampu melakukan mitigasi untuk mengenali potensi
bencana yang ada di daerahnya sebagai upaya mengurangi risiko bencana.
Seperti
diketahui, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Dengan kata laian, mitigasi bencana
merupakan suatu aktivitas yang berperan sebagai tindakan pengurangan
dampak bencana, atau usaha-usaha yang dilakukan untuk megurangi korban ketika
bencana terjadi, baik korban jiwa maupun harta.
Sedangkan Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna (UU RI No.24 Tahun 2007). Kegiatan yang termasuk
kesiapsiagaan itu seperti penyusunan rencana penanggulangan bencana,
pemeliharan dan pelatihan personil. Bisa juga dikatakan bahwa Kesiapsiagaan
adalah upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan
berubahnya tata kehidupan masyarakat.
Sementara,
untuk kegiatan bimbingan teknis kali ini, peserta diperkenalkan dengan konsep
SPAB, dalam rangka penguatan kapasitas sekolah termasuk kepala sekolah, guru
dan siswa tentang kesiapsiagaan agar mereka dapat selamat ketika terjadi
bencana.
Dengan
kata lain, SPAB sebagai bentuk antisipasi terjadinya bencana di lingkungan
sekolah guna mengurangi risiko serta memberi pemahaman kepada pendidik, tenaga
kependidikan dan peserta didik, terkait risiko bencana yang mengancam daerahnya
dimana sekolah itu berada.
Disamping
itu, melalui SPAB peserta dapat turut membangun budaya siaga, budaya aman dan
budaya pengurangan risiko bencana di sekolah, serta membangun ketahanan warga
sekolah dalam menghadapi bencana secara terencana, terpadu dan terkoordinasi
dengan pemanfaatan sumber daya yang tersedia dalam rangka memberikan perlindungan
kepada peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat di sekitar
sekolah dari ancaman dan dampak bencana.
Dengan
memahami SPAB itulah, diharapkan para pengelola satuan pendidikan nonformal
bisa menerapkan konsep SPAB di daerahnya, tentunya dengan beberapa modifikasi
sesuai dengan karakteristik budaya setempat. Paling tidak pengelolanya
membangun kerjasama dengan relawan setempat untuk mensosialisasikan masalah
kebencanaan kepada peserta didiknya.
Hal ini
mengingat bahwa upaya penanggulangan bencana itu bukan hanya urusan pemerintah,
namun urusan semua sesuai konsep pentahelix (pemerintah, masyarakat, akademisi,
dunia usaha, dan media), yang dikenalkan oleh Kepala BNPB beberapa waktu yang
lalu. Dalam UU 24 tahun 2007, ada pasal yang mengatur tentang hak masyarakat
untuk mendapat pelatihan tentang kebencanaan dan kewajiban untuk melakukan
upaya penanggulangan bencana.
Semoga apa
yang dilakukan oleh BP-PAUD dan DIKMAS Jawa timur bisa menginspirasi Balai
lainnya untuk turut serta menyisipkan materi kebencanaan dalam kegiatan diklat
maupun bimtek yang rutin dilaakukan dalam rangka upaya meningkatkan kompetensi
sumber daya manusia pengelola satuan pendidikan nonformal, dalam rangka
peningkatan dan penjaminan mutu program PAUD dan DIKMAS untuk mendukung jargon "menuju SDM unggul Indonesia maju" . Salam Literasi, terus menginspirasi,
[eBas/Sabtu wage-17/8]