Rabu, 20 Desember 2023

JAMAAH LC BUKAN TEMPATNYA LADY COMPANEON

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan terlibat dalam kepanitiaan Annniversary FORMALITAS 2023 yang ke-5, bagian seksie keamanan. Pesertanya banyak, datang dari berbagai komunitas dengan segala gaya dan penampilan yang khas sebagai pecinta kegiatan di alam bebas. Walau terkesan sangar, tapi mereka sangat baik, grapyak semanak, saling sapa sambil tersenyum penuh keakraban.

Begitu pula saat saya di Mushola yang ada di kawasan Bernah de Vallei, lokasi yang dipilih untuk memeriahkan acara ulang tahun. Sambil nunggu giliran sholat, saya coba menyapa mereka.

“Kenalkan saya Ebas dari Jamaah LC Surabaya,” Kata Saya sambil mengulurkan tangan.

“Lho, memangnya LC ada jamaahnya to?,” Katanya penuh keheranan.

“Asik ini, LC nya cantik-cantik ya, bisa dibooking gak,”Tanya yang lain.

Lho, saya malah bingung dengan perkataan mereka. Kok gak nyambung ya, pasti ada yang salah dan perlu penjelasan agar tidak salah paham. Benar, ternyata mereka menganggap singkatan LC pada komunitas saya itu adalah sebuah profesi yang sangat melekat dengan dunia hiburan malam.

Mereka mengira LC merupakan singkatan dari ‘Lady Companion’. Yaitu, perempuan yang tugasnya menemani konsumen bernyanyi di tempat karaoke. Bahkan, jika keduanya merasa cocok, biasanya berlanjut ke hubungan yang pribadi sifatnya. Tidak jarang diteruskan ke ranjang setelah ber-karaoke-ria.

Waduh, bahaya. Ini harus dijelaskan agar mereka tidak beranggapan Jamaah LC sebagai tempat berhimpunnya para pemandu karaoke. Sungguh, tidak ada hubungannya sama sekali.

LC di sini singkatan dari “Lorong eduCation”. Jadi, secara singkat Jamaah LC merupakan tempat berkumpulnya berbagai pihak untuk ngobrol bareng sambil ngopi, penuh suka ria. Materi obrolan bisa apa saja tanpa ada batasan, yang penting tidak menyinggung SARA dan diminati bersama.

LC juga sebagai tempat mempererat tali silaturahmi sekaligus media memperluas jejaring kemitraan dan pertukaran gagasan. Masing-masing dipersilahkan melontarkan gagasan dengan bebas merdeka, disertai argumentasi dan solusi.

Jika lontaran gagasan itu dianggap menarik, maka akan dibahas bersama sampai muncul sebuah rencana kegiatan yang dapat diikuti oleh banyak pihak. Kegiatan itu, diantaranya dapat berupa aksi sosial santunan kepada kaum dhuafa, kerja bakti membersihkan sampah dan penaman pohon.

Juga mengadakan kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas relawan, sesuai minat dan kemampuannya. Bahkan juga terlibat membantu pihak lain dalam melaksanakan program kemanusiaan. Semuanya dilakukan dalam suasana riang gembira tanpa tekanan, tanpa utangan, karena dapat mengganggu stabilitas pertemanan.

Sementara, jika gagasan yang dilontarkan itu dianggap kurang menarik atau terlalu sulit untuk direalisasikan, maka gagasan itu hanya akan menjadi bahan obrolan saja tanpa kelanjutan, sekedar menambah wawasan.

Begitulah keberadaan Jamaah LC, yang sampai saat ini tetap istiqomah tanpa memiliki struktur organisasi yang jelas. Karena semua anggota Jamaah LC memegang prinsip, yang penting ikhlas dan saling menguatkan.

Jamaah LC sangat terbuka bagi siapa saja untuk membangun kegiatan kolaboratif, terkait upaya meningkatkan kapasitas relawan kemanusiaan (bidang penanggulangan bencana). Ya, siapa saja yang berkesempatan berkunjung ke basecamp Jamaah LC, diharapkan membawa stiker logo organisasinya. untuk ditempelkan sebagai kenangan yang indah.

Semoga dengan paparan singkat ini, semua pihak semakin paham tentang apa itu Jamaah LC dengan segala kiprahnya. Sekedar diketahui bahwa dunia perbankan juga memiliki istilah L/C (Letter of Credit).

Yaitu,  sebuah instrumen yang dikeluarkan oleh sebuah bank atas nama salah satu nasabahnya, yang menguasakan seseorang atau sebuah perusahaan penerima instrumen tersebut menarik wesel atas bank yang bersangkutan atau atas salah satu bank korespondennya bagi kepentingan, berdasarkan kondisi-kondisi/ persyaratan-persyaratan yang tercantum pada instrumen.

Percayalah, Jamaah LC tidak ada sangkut pautnya dengan masalah Letter of Credit  yang di beberapa kasus, dapat membuat kepala sakit karena dibelit urusan duit yang rumit. Salam Waras, seduluran sak lawase. [eBas/KamisLegi-21122023]  

 

 

Jumat, 15 Desember 2023

MUSIM HUJAN WAKTUNYA MENGHIJAUKAN HUTAN, GUNUNG DAN PANTAI

Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 11 Desember 2023, diperingati sebagai hari gunung internasional. Peringatan ini merpakan upaya menyadarkan kita semua akan pentingnya menjaga pelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati yang  ada di gunung (termasuk dihutan dan pantai).

Konon, tema hari gunung internasional tahun ini adalah "Memulihkan ekosistem pegunungan", yang harus didukung oleh kebijakan politik, penelitian ilmiah, dan dukungan dana operasional.

Hal ini sebagai upaya mempercepat penghijauan dan mencegah penggundulan gunung untuk usaha ekonomi dengan mengabaikan potensi bencana (termasuk rusaknya habitat flora fauna), yang akan muncul akibat perubahan tata guna lahan.

Dalam peringatan ini, berbagai komunitas di seluruh dunia diharapkan berkontribusi untuk menyelamatkan gunung dengan segala isinya. Salah satunya dengan melakukan penghijauan diawal musim penghujan.

Ya, mereka tidak  hanya menghujaukan gunung saja. Namun  juga menghijaukan area hutan dan lahan kosong untuk mengurangi terjadinya kekeringan (kekurangan air) dan bahaya banjir longsor. Serta menanami pantai dengan mangrove, cemara udang, waru, sono laut, dan tumbuhan lain yang cocok di area pesisir,

Salah satu contoh adalah komunitas sahabat giri wana (SGW), yang bermarkas di Surabaya barat. Di awal musim penghujan ini, mereka telah memulai ”merawat” alam bekerja sama dengan berbagai pihak, menanam pohon untuk ‘melestarikan’  kehidupan. Tidak lupa mereka juga mendiskusikannya sambil nyruput kopi dan menikmati semilirnya malam di alam terbuka.

Jika memungkinkan, mereka juga dapat melakukan upaya memahamankan masyarakat melalui edukasi dan promosi tentang pentingnya upaya pelestarian lingkungan hidup untuk mengurangi risiko bencana. Seperti, upaya mengatasi deforestasi, mempromosikan praktik pertanian yang berkelanjutan, serta mengurangi dampak aktivitas manusia yang merugikan ekosistem gunung, hutan dan pantai.

Dengan demikian, setiap orang dapat menjadi bagian dari upaya melindungi keanekaragaman hayati serta ekosistem di gunung, hutan, dan pantai. Termasuk melestarikan kehidupan sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya.

Sementara, Cak nDan dengan komunitasnya di Kota Malang, yang telah mendedikasikan diri untuk ‘merawat’ alam dengan caranya sendiri. Konon, hasilnya juga mulai dirasakan oleh berbagai pihak.

Begitu juga dengan komunitas lain yang tidak disebut disini. Mereka, dengan kemampuannya, juga berbuat untuk pelestarian alam.

Ya, mereka adalah pekerja sunyi yang luput dari pemberitaan media. Bahkan kelakuan mereka yang memberi manfaat bagi kehidupan, enggan dipublikasikan. Semua itu, konon untuk menjaga keikhlasan sebagai ladang mencari pahala-NYA.

Musim hujan telah datang di penghujung tahun 2023, waktunya para pegiat alam dan pecinta lingkungan beraksi dengan penuh dedikasi dan loyalitas tanpa batas, menghijaukan gunung, dan hutan yang beberapa waktu lalu kering kerontang, meranggas dan terbakar oleh panasnya kemarau.

Mereka juga merawat pohon bakau  yang menjadi tempat hidup biota laut sekaligus penahan ombak alami agar tidak terjadi banjir rob, abrasi serta intrusi, yang membahayakan kehidupan. Bismillah, mari kita bersama merawat lingkungan alam sesuai dengan kemampuan masing-masing. Salam Lestari. [eBas/JumatKliwon-15122023]  




Senin, 11 Desember 2023

YANG TERCATAT DARI ACARA ANNIVERSARY FORMALITAS KE-5 TAHUN 2023

Seperti tahun tahun yang lalu, forum bersama lintas komunitas (FORMALITAS) selalu mengadakan acara “slametan” agar keberadaan forum sebagai wadah berbagai komunitas yang bergerak di bidang sosial, dan kemanusiaan semakin kompak dalam menjalankan programnya. Termasuk meningkatkan kapasitas anggotanya, agar dapat berdampak positif bagi sesama.

“slametan” itu dikemas dalam acara anniversary formalitas ke-5. Ditangani oleh sebuah kepanitiaan yang terdiri dari berbagai komunitas. Ketuanya Silvia, dari komunitas pecinta kopi ketinggian. Dibawah arahannya, semua panitia yang ditunjuk bekerja sesuai arahan. Inilah (mungkin), yang menjadikan acaranya sukses luar biasa tanpa friksi yang berarti.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari, sabtu dan minggu, tanggal 9 – 10 Desember 2023, diikuti oleh berbagai komunitas dengan mengibarkan bendera kebanggaannya. Sekitar 600 peserta datang dari berbagai daerah, penuh sukacita turut memeriahkan acara yang dikemas apik oleh panitia. 

Ada penampilan tari remo, tari kreasi baru, dan permainan gitar akustik. Gelaran ini sebagai upaya menggali bakat dalam berkesenian. Ada juga acara khas para pegiat alam ini yang wajib ada dalam setiap acara. Yaitu makan bersama beralaskan daun pisang. Sebagai bentuk paseduluran, kebersamaan dan rasa senasib sepenanggungan.

Tidak lupa komunitas Famili Satwa Sidoarjo, ambil bagian memamerkan beberapa hewan piaraannya. Diantaranya, Ular, Musang, Tokek, Iguana, dan burung hantu. Pameran satwa ini dalam rangka mengedukasi khalayak untuk menumbuhkan rasa cinta fauna. 

Begitu juga Arul Lamandau dari Komunitas Petarung Kehidupan. Didukung oleh Komunitas Leewung (Lelaku endah elok wong urip jelajah gunung) dan Arra Outdoor, menggelar program dulkelas dengan sasaran anak-anak dengan metode belajar sambil bermain. Sehingga anak-anak punya kesan tersendiri mengikuti orang tuanya hadir dalam acara rutinan ini. Alangkah baiknya jika program dulkelas dikolaborasikan dengan family satwa sidoarjo dalam sebuah kegiatan.

Konon, acara yang digelar di camping ground Bernah de Vallei, Pacet, Mojokerto, dengan jargon “guyub rukun sak lawase” ini tergolong istimewa. Acaranya tidak hanya kumpul bersama melepas kangen 'bersulang cerita' pengalaman, sambil menikmati hiburan semata. Namun juga diisi dengan kegiatan donor darah, pemberian santunan kepada anak yatim hasil donasi anggota FORMALITAS, serta kehadiran Yayasan PANNA yang memberikan sosialisasi tentang bahaya narkoba dan pemeriksaan urine secara gratis.

Termasuk pemberian kesempatan kepada beberapa komunitas membuka lapak, menjadikan acara ini semakin ramai penuh warna. Apalagi ada yang membagikan minuman gratis. Belum lagi pembagian door prize yang jumlahnya banyak, dengan hadiah utama sebuah kulkas. Sungguh, perayaan yang digelar dipenghujung tahun  bershio kelinci air ini sangat istimewa. 

Ya, baru tahun inilah ada door prize berupa kasur busa  dan sebuah kulkas. Apa ini karena ketua pelaksananya seorang ibu yang mumpuni, seperti tokoh wayang Srikandi, yang trengginas dalam segala hal. Sat set, wat wet, bras bres beres. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/SelasaPahing-12122023]

Kamis, 30 November 2023

ARISAN ILMU BERGULIR KEMBALI DI PENGHUJUNG TAHUN BERSHIO KELINCI 2023

Alhamdulillah, Arisan Ilmu Nol Rupiah (AINR) akan digelar kembali. Rencananya kegiatan ikonik SRPB Jatim ini akan menempati Ruang Siaga, Kantor BPBD Provinsi Jawa Timur, pada hari minggu pahing (17/12/2023). Pesertanya dibatasi, hanya 100 orang saja. Hal ini terkait dengan tempat.

Ya, ditengah kesibukan pengurus yang padat terkait dengan penghidupannya, mereka masih sempat menjalankan program gratisan sesuai kesepakatan. Ini pertanda bahwa pengurus tetap konsisten terhadap pelaksanaan program yang telah disepakati bersama secara terbuka, tidak slinthutan.

Disini pengurus yang membidangi program AINR patut diacungi jempol. Karena mereka tetap istiqomah melaksanakan AINR di setiap bulannya. Seperti diketahui, sejak kelahirannya, AINR memang dikerjakan secara mandiri dengan metode saweran antar pengurus dan anggota mitra berbasis SUSU TANTE (Sumbangan Sukarela Tanpa Tekanan). Semua ditanggung bersama semampunya. Saling menguatkan tanpa meninggalkan. Ya begitulah, AINR belum pernah mendapat cipratan proyek seperti yang lainnya.

Ya, sejatinya pengurus SRPB Jatim tidak hanya nggarap program yang ada duitnya saja. Namun juga tetap konsisten melaksanakan program gratisan secara bersama-sama dengan penuh keadilan. Alhamdulillah, selama ini semuanya belum ada yang terkontaminasi Virus Cuan. Sehingga tidak ada yang hanya nggarap program berduit saja, dan berusaha menghindari melaksanakan program gratisan dengan berbagai alasan. Semoga hal baik ini tetap terpelihara selamanya. Ingat kata orang bijak, gak usah rebutan rejeki. Karena rejeki tidak pernah tertukar. Tenang saja semua ada waktunya.

Untuk AINR #52 ini mengambil tema “Post Traumatic Stress Disorder”, yang akan diampu oleh Ahmad Guntur, seorang dosen yang baik hati dari STIKES Widyagama Husada Malang. Tentu, sesuai konsep nol rupiah, Pak Dosen ini tidak diberi honor serupiahpun. Bahkan dia harus mengeluarkan kocek sendiri untuk biaya transportasi dan akomodasi selama perjalanan Malang Surabaya pulang pergi.

Alhamdulillah, ternyata masih ada orang pandai yang bersedia berbagi ilmu secara gratisan dalam rangka peningkatan kapasitas relawan. Semoga menjadi ladang pahala yang mbarokahi untuk jenjang karier Pak Dosen.

Menurut literatur, Post Traumatic Stress Disorder atau gangguan stres pasca trauma adalah kondisi kesehatan jiwa yang dipicu oleh peristiwa traumatis. Misalnya, pelecehan seksual, bencana alam, peperangan, atau kecelakaan. Sungguh, pengetahuan ini sangat berguna bagi relawan yang sering ikut turun ke lokasi bencana mendampingi para korban (penyintas) dengan segala deritanya.

Paling tidak, materi ini akan menambah wawasan ketika melakukan Layanan Dukungan Psikososial. Hal ini seperti yang dikatakan oleh dokter Airi Mutiar, ahli anestesi RSUD, Dokter Soetomo Surabaya, bahwa materi ini dapat dijadikan bekal untuk mengedukasi masyarakat.  

Untuk itulah sangat rugi sekali jika para relawan melewatkan kesempatan ini. Ingat, kesempatan tidak mungkin datang dua kali. Karena AINR berikutnya, mungkin akan diisi oleh nara sumber lain, misalnya dari Forum PRB Jawa Timur, dengan materi yang tidak kalah menariknya. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/KamisKliwon-30122023]

 

 

 

 

  

 


Minggu, 26 November 2023

RELAWAN LITERASI AMAN BERKENDARAAN

Salah satu agenda dari komunitas volunteer of humanity (VOH) di akhir tahun yang bershio kelinci ini adalah  mengadakan Family Camp di Hutan Kota Balas Klumprik, Kecamatan Wiyung, Surabaya, sabu dan minggu, tanggal 25 – 26 November 2023.

Kegiatan yang baru pertama digelar ini banyak diminati berbagai komuitas relawan. Panitianya ramah, lokasinya indah alami, dipenuhi aneka pohon yang perawatannya perlu ditingkatkan. Khususnya kebersihan lingkungan. Jika memungkinkan VOH dapat membuat acara kerja bakti "merawat" Balas Klumprik.

Materinya pun menarik, sangat bermanfaat untuk bekal pengetahuan saat berkegiatan di alam bebas. Tentang bagaimana cara menangani gigitan ular agar korban terselamatkan. Termasuk merawat korban yang tersengat lebah atau tawon vespa affinis (tawon ndas).

Begitu juga materi water rescue yang disampaikan oleh Tim Rescue dari SAR-MTA. Walaupun hanya materi kering (teoritis), namun mampu menyihir peserta untuk memperhatikan dengan penuh seksama. Bagi mereka yang berminat, syaratnya adalah dapat berenang dan sehat, kuat dan tenang tidak grusa grusu (dapat mengendalikan emosi).

Semoga, pengurus VOH segera mengagendakan latihan water rescue yang sesungguhnya. Praktek langsung bermain air basah-basahan. Pasti seru dan menyenangkan dalam rangka meningkatkan kapasitas relawan untuk terlibat dalam upaya penyelamatan korban kecelakaan di sungai.

Sementara materi etika berkomunikasi dengan radio komunikasi, kiranya juga perlu dipahami oleh relawan yang biasa membawa Handy Talky (HT) untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Baik yang tergabung dengan ORARI maupun RAPI, untuk menyampaikan informasi penting yang perlu ditindak lanjuti.

Acara ini, disamping mendapat kunjungan dari Ketua RW dan Babinsa koramil setempat dalam rangka “Pengkondisian” wilayah. Kapolsek Wiyung, didampingi Babinkamtibmas dan seorang intel, berkesempatan ngopi bareng sambil ngobrol santai tenang masalah narkoba dan kebencanaan.

Kapolseknya ganteng, cerdas, full senyum dan ramah, tidak seperti oknum polisi yang suka mencari rejeki di pinggir jalan. Dari obrolan itu, muncul gagasan menarik dari Kapolsek. Yaitu perlunya ada relawan literasi safety riding, sesuai UU nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Safety riding diartikan sebagai bentuk perilaku berkendraan yang anam dan nyaman bagi dirisendiri maupun pengendara lain.

Gagasan ini muncul karena rasa keprihatinan Kapolsek tentang Salah satu penyebab angka kematian tinggi di dunia selain adanya penyakit menular adalah karena kecelakaan lalu lintas. Bahkan menurut badan kesehatan dunia (WHO) angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas mencapai 1.35 juta. Dan rata-rata yang mengalami kecelakaan lalu lintas ini adalah usia 5 sampai 29 tahun.

Berdasar data yang entah diambil tahun berapa, yang jelas keprihatinan ini, menurutnya perlu ditindak lanjuti dengan upaya pencegahan. Jika pemda dapat membentuk jumantik (juru pemantau jentik) di setiap Desa/Kelurahan. Tentunya pembentukan relawan literasi safety riding perlu juga dicoba. Tinggal ada tidaknya political will dari para penguasa setempat.

Paling tidak Kapolsek Wiyung dapat mengawali membumikan gagasanya dengan memanfaatkan pramuka saka bayangkara untuk dilatih (semacam TOF). Kemudian diadakan uji coba dengan menerjunkan mereka ke sekolah-sekolah, yang ada di wilayah Kecamatan Wiyung untuk mengkampanyekan safety riding.

Dari hasil uji coba itulah, dijadikan bahasan dalam acara jagong bareng untuk melihat kebermaknaannya dari berbagai aspek. Ini penting, agar upaya melahirkan relawan literasi aman berkendaraan benar-benar bermanfaat bagi masyarakat, khususnya dalam upaya menurunkan korban kecelakaan lalu lintas.

pertanyaannya kemudian, mungkinkan Kapolsek penerusnya nanti mau melanjutkan gagasan cerdas tentang perlunya relawan literasi safety riding ?. mengingat rotasi jabatan itu selalu ada dan masing-masing pejabat punya cara dan selera sendiri dalam menjalankan tugasnya.

Untuk itulah, gagasan cerdas dari seorang Kapolsek Kecamatan Wiyung ini perlu segera di tindak lanjuti oleh komunitas relawan dalam bentuk jagong bareng untuk membulatkan gagasan di atas.

Akan lebih elok lagi jika jagong bareng ini “di kawal” langsung oleh Kapolsek sebagi pemilik gagasan, agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam menterjemahkannya. Salam Tangguh, Salam Satu Aspal. [eBas/SeninPahing-27112023]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kamis, 23 November 2023

PENANGGULANGAN BENCANA HENDAKNYA MELIBATKAN MASYARAKAT

Konon, diakui atau tidak, setiap terjadi bencana, masyarakatlah yang menjadi korban pertama sekaligus menjadi penolong pertama sebelum pihak luar datang membantu. Untuk itulah upaya melibatkan masyarakat dalam urusan kebencanaan harus diupayakan.

Hal ini sesuai dengan pasal 27, UU 24 tahun 2007, yang mengatakan bahwa  Setiap orang berkewajiban: a. menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup; b. melakukan kegiatan penanggulangan bencana; dan c. memberikan informasi yang benar kepada publik tentang penanggulangan bencana.

Agar masyarakat dapat berperan dalam upaya penanggulangan bencana, maka mereka perlu mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. (pasal 26, ayat 1 poin b).

Terkait upaya membangun ketangguhan masyarakat, komunitas relawan diharapkan dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana, dengan memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang ada di lingkungan setempat, agar dapat “berbuat sesuatu” (mengantisipasi, beradaptasi, memproteksi, dan daya lenting) dalam menghadapi potensi ancaman bencana yang mungkin akan terjadi, secara mandiri.

Beberapa literatur mengatakan bahwa penanggulangan Bencana adalah serangkaian kegiatan baik sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, menghindari dan memulihkan diri dari dampak bencana.

Dari devinisi di atas, tidak terlalu salah jika upaya penanggulangan bencana itu koordinator utamanya adalah pemerintah (dalam hal ini BNPB/BPBD). Sementara, elemen pentahelix lainnya mengambil peran sesuai kapasitasnya. Baik itu di saat pra bencana, tanggap bencana, dan pasca bencana.

Pada saat pra bencana, kegiatan yang dilakukan mencakup pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini. Langkah-langkah persiapan yang dilakukan dalam menghadapi bencana ataupun upaya memperkecil dampak bencana yang akan terjadi.

Bentuk kegiatannya diantaranya, belajar membuat peta rawan bencana, menyusun dokumen kajian risiko bencana dan lainnya, pembuatan rambu evakuasi, menyiapkan tempat pengungsian, dan pembuatan tanda peringatan dini.

Kegiatan saat terjadi bencana mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan, seperti kegiatan search and rescue (SAR), penyelamatan korban dan harta benda, serta evakuasi, bantuan darurat dan pengungsian

Pada saat terjadinya bencana akan banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril material secara spontan, baik dari lingkungan wilayah tersebut maupun dari luar. Bantuan sumbangan yang masuk sebenarnya merupakan tabungan yang harus dikelola dengan baik, tepat guna, tepat sasaran, dan bermanfaat.

Kegiatan pasca bencana pada dasarnya mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Kegiatan saat setelah terjadinya bencana, dilakukan proses perbaikan kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula.

Tentunya proses-proses di atas itu harus tetap dalam “pengawasan” BNPB/BPBD. Termasuk ketika harus melibatkan masyarakat di semua fase penanggulangan bencana. Semua ini penting agar tidak terjadi kesalahan administrasi yang dapat berurusan dengan BPK dan KPK di kemudian hari.

Yang jelas, pelibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana itu merupakan langkah cerdas. Ada destana, katana, kencana, dan SPAB. Juga ada KSB milik Kemensos. Bahkan beberapa kantor/lembaga juga punya program sejenis yang numpuk di Desa dengan segala variasinya. Semua program bergengsi itu hendaknya dapat berjalan dalam arti sebenarnya dan didukung dana tindak lanjutnya, agar budaya tangguh itu dapat segera terwujud. Bukan sekedar program seremonial tanpa kelanjutan, hanya mengejar daya serap anggaran semata.  [eBas/JumatWage-24112023]

 

 

 

 

 

 

Selasa, 21 November 2023

GERAKAN CABUT PAKU DI POHON

Konon, peringatan hari pohon se dunia (World Tree Day) diadakan setiap tahun pada tanggal 21 November. Tujuannya untuk membangun kesadaran akan pentingnya upaya pelestarian pohon, serta sebagai wujud kepedulian terhadap pelestarian  lingkungan hidup.

Konon pula, pada hari itu dihimbau agar warga mendukung gerakan menanam satu jiwa satu pohon. Jenisnya tidak ditentukan. Pohon apa saja boleh, dan ditanam di lahan terbuka, di tepi jalan, lahan kosong, hutan, gunung, dan lain tempat dalam rangka menghijaukan lingkungan agar rindang, asri dan nyaman.

Namun, dikarenakan musim kemarau yang lumayan panas di atas rata-rata. Maka menanam pohon tampaknya hanyalah kesia-siaan, karena cuaca yang tidak mendukung. Mungkin, nanti ketika musim hujan tiba, gerakan menanam pohon digencarkan oleh semua pihak yang peduli pelestarian alam.

Dalam rangka memperingati hari pohon tahun ini, ada komunitas peduli lingkungan yang sering berkegiatan di alam bebas, melakukan kegiatan kreatif yang masih ada hubungannya dengan cinta lingkungan. Yaitu melakukan gerakan cabut paku di pohon, di sepanjang jalan raya yang telah ditentukan.

Konon, mereka melibatkan berbagai komunitas melakukan gerakan cabut paku ini secara berkala, bekerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja. Mereka melaksanakan gerakan ini sesuai Peraturan wali kota Surabaya nomor 19 tahun 2014, tentang Perlindungan Pohon.

Pada BAB III tentang penyelenggaraan perlindungan pohon, pasal 3 ayat 3 mengatakan bahwa Masyarakat berperan serta dalam penyelenggaraan perlindungan pohon pada area yang menjadi milik atau dikuasai oleh masyarakat yang bersangkutan dan/atau area yang dimiliki atau dikuasai oleh Pemerintah Daerah.

Apa yang dilakukan oleh komunitas peduli lingkungan itu merupakan perwujudan dari peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan pohon, diantaranya melalui kegiatan: a. penanaman pohon; b. pemeliharaan pohon; c. tidak melakukan kegiatan yang dapat merusak atau mematikan pohon.

Cukup melalui flaiyer ajakan berpartisipasi yang disebar melalui berbagai media sosial, khususnya grup whatsapp, berbagai komunitas di kota Surabaya berbondong-bondong berkumpul bersama untuk memulai kegiatan gerakan cabut paku dengan penuh suka cita.

Begitu juga dengan pasukan Satpol PP, berbaur saling bahu membahu mensuksesnya acara cabut paku. Artinya, disini Satpol PP tidak hanya mengawasi saja, tapi benar-benar berjalan mencari dan mencabut paku yang menancap di pohon, untuk menjalankan pasal 13. yang mengatakan bahwa setiap orang dan/atau badan diantaranya, dilarang: a. memaku pohon; b. menempelkan iklan/poster/sejenisnya pada pohon; c. membakar pohon.

Dalam peraturan yang menjadi payung hukum gerakan ini, dikatakan bahwa pohon memiliki peranan yang penting dalam rangka menjaga kelangsungan hidup bagi seluruh makhluk hidup, sehingga keberadaannya perlu dilindungi dan dilestarikan, untuk peneduh jalan dan memperindah wilayah pemukiman. 

Sungguh, gerakan sederhana namun berdampak luar biasa pada pelestarian pohon peneduh jalan. Alangkah eloknya jika gerakan ini semakin banyak yang mengikuti. Sukur-sukur ada yang menduplikasi di daerah lain.

Gerakan sederhana lain yang ada hubungannya dengan cinta lingkungan adalah bersih-bersih sampah di got atau sungai, serta menabur biji buah-buahan di lahan atau hutan saat musim hujan, yang sebentar lagi akan datang. Salam Lestari. [eBas/RabuPahing-22112023]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SRPB DIPERCAYA BPBD GELAR SPAB

 Alhamdulillah Tim Fasilitator SRPB Jatim kembali digandeng BPBD Provinsi Jawa Timur untuk membantu melaksanakan program SPAB ke beberapa sekolah menengah atas (dan rencananya juga menyasar pondok pesantren) di beberapa Kabupaten/Kota di Jawa Timur.

 Kegiatan ini didukung anggaran yang cukup memadai dari BPBD Provinsi Jawa Timur tahun 2023. Dengan demikian laporan pertanggungjawabannya harus dibuat pengurus SRPB sesuai aturan dari BPBD, agar lancar semuanya.

 Sementara Tim Fasilitatornya benar-benar mumpuni. Semuanya bersertifikat. Termasuk anggota tim yang baru lulus pelatihan juga mulai diterjunkan secara proporsional. Begitu juga materinya menggunakan standar Seknas SPAB. Mungkin metodenya yang boleh variatif sesuai kearifan lokal setempat.

 Sebenarnya, sudah beberapa kali SRPB digandeng terkait pelaksanaan program SPAB dengan hasil yang menggembirakan. Sehingga wajar jika BPBD tidak meragukan dan bahkan percaya sepenuhnya kepada SRPB Jatim.

 Ya, kepercayaan inilah yang harus dijaga oleh pengurus SRPB Jatim. Semua personil yang terlibat harus 'on the track' sesuai nilai- nilai profesionalisme, seperti yang tersurat dalam Perka BNPB nomor 17 tahun 2011.

 Alhamdulillah pengurus SRPB Jatim tetap istiqomah menjalankan perannya. Walaupun pengurusnya sudah berganti personil, namun tim fasilitator SPAB tetap solid sesuai kesepakatan awal, yaitu dibawah kendali pengurus SRPB. Dengan demikian pelaksanaan program SPAB  berjalan lancar, tidak menimbulkan friksi terkait dengan pembagian tugas fasilitasi yang berimplikasi rejeki.

 Ya, diakui atau tidak, bahwa pengelolaan rejeki organisasi itu sangat peka dan mudah membuat anggota khilaf, sehingga tidak mau berbagi dan enggan diganti, bahkan jika perlu akan terus mengangkangi itu rejeki.

 Disinilah kehebatan pengurus SRPB Jatim yang benar-benar saling menguatkan tanpa meninggalkan. Sambil merangkul memberi kesempatan kepada mitranya untuk mengambil peran. Sehingga tidak muncul fragmentasi yang saling menenggelamkan. Semua diberi kesempatan dalam kesetaraan.

 Semoga di penghujung tahun bershio kelinci air ini, membawa keberkahan bagi tim fasilitator SPAB yg berada dibawah bidang pengembangan sumber daya manusia SRPB Jatim.

 Semoga BPBD nantinya juga merasa puas dengan kinerja tim fasilitator yang akan menunaikan tugas sekaligus menyiapkan laporan kegiatannya, sehingga memperlancar proses daya serap anggaran tahun 2023.

 Tentunya, banyak pihak yang berharap agar pengurus SRPB, khususnya bidang pengembangan SDM semakin giat mengajak anggota mitranya  untuk meningkatkan kapasitasnya, sehingga dapat terlibat membantu pelaksanaan program BPBD, diantaranya menjadi fasilitator. Wallahu a'lam bishowab. [eBas/SelasaLegi-21112023]

Minggu, 05 November 2023

KOMENTAR KECEWA

 Perhelatan gerak jalan tradisional mojokerto - suroboyo (mojosuro) tahun 2023 telah usai. Giat yang diselenggarakan sabtu (5/11/2023), bolehlah dibilang sukses. Walau tidak banyak instansi pemerintah yang berpartisipasi dengan berbagai alasan.

 Gerak jalan yang dimeriahkan oleh komunitas bersepeda onthel dan kirab bendera raksasa sepanjang 200 meter yang dibawa oleh 60 peserta dari berbagai komunitas, benar-benar ramai sehingga lalu lintas agak tersendat. Alhamdulillah tidak terjadi gesekan antar pengendara, peserta, dan penonton.

 Terkait dengan kamtibmas, kegiatan yang sempat vakum 3 tahun karena pandemi covid-19, terpantau tidak terjadi perbuatan melawan hukum. Tidak ada bentrok antar peserta, tidak ada gegeran antar peserta dan penonton, tidak terlapor adanya peserta dan penonton yang mengkonsumsi miras dan pencurian/pembegalan ranmor. Alhamdulillah.

 Namun, dibalik kesuksesan penyelenggaraan yang konon masuk muri karena jumlah peserta terbanyak itu, ternyata peserta ada yang kecewa karena perlakuan panitia. Khususnya di seputaran tempat finish, dimana panitia “penyambutan” kurang bersemangat di tempat.

 Hal ini seperti yang dialami Sodik, salah seorang peserta pembawa bendera raksasa, yang merasa kecewa karena tidak ada sambutan yang signifikan saat tiba di garis finish.

 Sayangnya, Kita sangat, sangat, dan sangat kecewa Mas, justru Kirab Merah Putih Mojo Suro yang jadi IKON, masuk finish malah gak ada yang menyambut. Gak ada satu pun panitia yang ada di lokasi,” Begitu komentarnya di grup whatsapp.

 Dia juga berkomentar bahwa, kita hanya di jadikan obyek untuk kepentingan tertentu dari instansi terkait, dalam hal ini DISPORA untuk mendapat keuntungan tertentu dari event ini di depan Gubernur. Tau gitu setelah start, jalan sebentar, kita gulung, kita bawa ke Surabaya, jelang finish kita jalan lagi.

 Terlepas dari benar tidaknya kinerja panitia yang dianggap kurang siap, ada baiknya rasa kecewa yang ditumpahkan Sodik menjadi bahan pembelajaran yang berharga agar ke depan tidak muncul kecewa yang sama.

 “Betuuuuull..…, padahal sekelas instansi pemerintah, namanya panitia pelaksana walaupun dua hari dua malam gak tidur ya harus tetep siap di TKP sampai benar-benar selesai. (kan ada anggarannya, red),” Tulis Ma’min membenarkan komentar Sodik.

 Sementara, Mas udev, dengan komentarnya yang bijak, berharap, semoga  kedepan bisa jadi bahan evaluasi buat Dispora Jatim. Tidak ada drama lagi yang mengecewakan karena panitianya yang kurang bersemangat melaksanakan tugasnya.

 Menurut pantauan Mas udev, dari komunitas relawan, di sepanjang route gerak jalan, jarang terlihat panitia yang ‘menyambut’ peserta. Celakanya di garis finish juga begitu. Sehingga, tanpa penyambutan peserta gerak jalan balik kanan sendiri-sendiri tanpa applause yang memabanggakan dari panitia.

 “Teman saya bahkan setiap ikut gerak jalan mojosuro sampai hafal. Mankanya gak berharap finish di tugu pahlawan, kalau sekiranya capek, ya balik kanan, telpon saudaranya minta dijemput,” Ujarnya.

 Sejalan dengan Mas udev, Harper berkomentar bahwa, perlu dimaklumi, kegiatan ini sempat vakum 3 tahun sehingga saat menyelenggarakan lagi, panitianya agak kagok kaget bingung bagaimana cara mensukseskannya, termasuk mepetnya waktu pendaftaran peserta.

 Mungkin, lebih tepatnya ‘woro-woronya’ kurang gencar bersemangat, atau perhatian panitianya lebih tertuju pada panggung hiburan dengan artis kondang yang lagu-lagunya sedang naik daun, dan wajah artisnya yang kinyis-kinyis dibanding wajah peserta gerak jalan yang kumus-kumus.

 Kalo kegiatan apapun itu dilaksanakan rutin apalagi skala besar tapi sempat vakum beberapa tahun, pasti ketika dimulai lagi sudah berbeda kesiapannya. Seperti mulai dari nol lagi.

 Yang sudah biasa jadi panitia saja kadang masih ada kekurangan disana-sini, apalagi panitia baru yang minim pengalaman. Untuk itulah perlunya terus belajar dari pengalaman dan menjaga kekompakan, merupakan salah satu kunci keberhasilan acara.

 Tetap bersemangat, tetap ber positif thingking saja, anggap saja semua kejadian yang mengecewakan itu di luar rundown yang dibahas panitia dalam rapat-rapatnya. Termasuk pelibatan komunitas relawan yang membantu keamanan, kenyamanan dan kesehatan peserta gerak jalan mojosuro sebagai salah satu media untuk menanamkan rasa nasionalisme dan patriotisme kepada generasi muda, ditengah-tengah arus globalisasi yang serba ‘computerize’ yang canggih. Salam Tangguh, Salam Kemanusiaan. [eBas/SeninLegi-06112023]

 

 

 

 

 

  

Senin, 30 Oktober 2023

MENGAJAK WARGA BERGERAK ANTISIPASI BANJIR DI DESANYA

 Mukidi bersama anggota Komunitas Relawan Edukasi Bencana (KOREB), mendampingi warga Desa membangun ketangguhan mengadapi bencana berbasis kearifan lokal. Desa yang didampingi Mukidi merupakan langganan bencana setiap musim hujan tiba.

 Awalnya Mukidi masuk melalui kegiatan Posyandu dan PKK yang sedang mendapat penyuluhan penanganan stunting dari relawan Dinas Kesehatan Kabupaten. Dari situlah Mukidi dipersilahkan Kepala Desa untuk mendampingi warga Desa yang tergabung dalam kader Desa, karang taruna, remaja masjid, PKK dan pengurus lembaga pemberdayaan masyarakat desa (LPMD), dalam sebuah pelatihan Warga Desa Tangguh Bencana.

 Dalam mendampingi warga Desa, Mukidi dan anggota KOREB memanfaatkan materi SPAB dan KATANA, DESTANA, dan KENCANA, serta API. Tidak ketinggalan materi tengang PRBBK juga di senggol.

 Itulah salah satu bentuk kreativitas relawan dalam upaya menumbuhkan kesadaran warga untuk membangun ketangguhan menghadapi bencana. Intinya bagaimana memahamkan warga bahwa di Desanya ada potensi bencana yang harus disikapi dengan bijak.

 Salah satu metode yang digunakan Mukidi adalah mengajak peserta pelatihan jalan-jalan untuk mencari tahu penyebab banjir. Mereka diajak melihat kondisi sungai yang kotor oleh sampah, juga melihat pendangkalan dan penyempitan luasan badan sungai akibat tumpukan sampah.

 Dari kegiatan jalan-jalan itu, peserta disuruh membuat laporan sekaligus usulan untuk tindak lanjutnya untuk mengatasi kondisi sungai agar terbebas dari sampah. Mereka juga diajari tentang bagaimana menyusun berbagai dokumen untuk memudahkan upaya penanggulangan bencana.

 Seperti diantaranya menyusun dokumen rencana penanggulangan bencana, kajian risiko bencana, dan  dokumen rencana aksi komunitas.termasuk bagaimana membuat peta kawasan rawan bencana.

 Pada bagian lain, peserta diperkenalkan dengan materi mitigasi, kesiapsiagaan, Manajemen Dapur Umum, Manajemen Posko, serta penanganan penyintas di tempat pengungsian. Termasuk pelayanan terhadapa kelompok rentan dan bagaimana mengatasi dampak yang ditimbulkan setelah banjir berlalu.

 Mukidi juga mengajari peserta tentang bagaimana upaya mengamankan barang-barang berharga dan dokumen penting ke dalam Tas Siaga. Semua disampaikan secara menarik diselingi fun game dan praktek bersama. Seperti praktek membuat berbagai dokumen, peta rawan bencana dan simulasi menghadapi banjir.

 Hari hasil penyusunan laporan jalan-jalan, peserta sepakat menindaklanjuti dengan mengadakan gerakan bersih-bersih sungai yang diikuti oleh seluruh warga Desa dan aparatnya. Disamping mengangkat sampah, juga mengembalikan luasan badan sungai dengan cara membuang endapan lumpur campur sampah, baik yang ditengah maupun yang di tepi sungai.

 Sampah yang kering dibakar sampai habis jadi abu. Sisanya dijadikan pupuk kompos atau dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir kejasama dengan Dinas lingkungan Hidup.

 Sungguh apa yang dikerjakan Mukidi dan KOREB di atas itu masih rancangan belaka. Sebuah angan-angan yang realisasinya menunggu anggaran. Entah dari mana. Pemerintah, swasta, lembaga donor, dan lainnya.

 Ya, karena tidak ada makan siang yang gratis. Semua perlu anggaran untuk menjalankan kegiatan, seperti kawan-kawan Mukidi yang selama ini rajin mendampingi warga untuk membangun resiliensi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Tanpa anggaran tampaknya sangat sulit terjadi sebuah kegiatan pendampingan yang memberdayakan.

 Artinya, semua komunitas relawan dapat dipastikan mau melakukan pendampingan untuk memberdayakan warga dibidang kebencanaan jika didukung anggaran yang menyenangkan sekaligus membanggakan untuk dipamerkan di media sosial. Masalah hasil itu nomor sekian, yang penting asik. Salam Waras. [eBas/SelasaKliwon-31102023]

 

   

 

 

 

 

Minggu, 29 Oktober 2023

ECENG GONDOK SALAH SATU SAMPAH DI SUNGAI SURABAYA.

Hari jumat Legi (27/10/2023), BPBD Kota Surabaya mengajak berbagagai pihak mengadakan bersih-bersih sungai yang melintas di wilayah Kecamatan Mulyorejo. Lokasinya dekat kampus ITS, di Surabaya timur.

Kepala BPBD Kota Surabaya, sesuai petunjuk salah satu pejabat di Pemkot Surabaya mengingatkan agar yang “nyemplung” ke kali hanya petugas dari Dinas Lingkungan Hidup dan BPBD saja. Ini dikarenakan sampah yang dibersihkan adalah tanaman eceng gondok yang memenuhi area sungai seluas kurang lebih 600 meter.

Sedangkan pihak lain yang terlibat, termasuk relawan, cukup membantu menarik eceng gondok yang ada di pinggir sungai, untuk dikumpulkan dan diangkut truck yang telah disediakan oleh Pemkot.

Ya, kali ini gerakan bersih-bersih sungai dikonsentrasikan pada eceng gondok. Dimana, jika sungai tidak dibersihkan dari tanaman ini akan berpengaruh pada terhambatnya aliran sungai yang dapat menimbulkan banjir jika musim penghujan.

Dalam berbagai literatur, Eceng gondok (Eichonia crassipe) hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 – 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung.

Apabila semakian banyak eceng gondok yang ada di sungai maka cahaya matahari akan menjadi susah untuk masuk ke dalam perairan, ikan akan kekurangan vitamin dari matahari dan mempersulit untuk ikan bernapas karena eceng gondok yang menutupi perairan tidak menyediakan ruang untuk ikan mengambil udara bebas.

Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian penelitian seputar eceng gondok oleh peneliti Indonesia antara lain oleh Widyanto dan Susilo (1977) yang melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni).

Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan. Disamping pendangkalan akibat dari sampah yang dibuang warga ke sungai.

Sungguh, petugas dari DLH dan BPBD sangat terlatih menangani eceng gondok. Disamping ada yang menceburkan diri ke sungai, mereka juga diperkuat oleh dua Beghoe dan beberapa perahu karet, mereka mengumpulkan eceng gondok untuk kemudian di angkut oleh truck sampah ke tempat pembuangan.

Hasilnya, dalam waktu singkat, eceng gondok yang memenuhi area sekirta 600 meter sudah bersih. Termasuk sampah domestik, yang terdiri dari plastik, kayu, bantal, pampers, sandal japit, tas sekolah, dan styroform.

Terkait dengan sampah di sungai Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, saat mengudara di Radio Suara Surabaya, sabtu pahing (28/10/2023) mengatakan, sungai-sungai yang banyak ditumbuhi eceng gondok terindikasi sering dibuangi tinja.

“Sebenarnya eceng gondok itu juga indikator bahwa di situ (sungai) dibuangi tinja. Jadi misalnya warga, kalau ada yang biasanya sedot (WC) di kampung itu kan ada sedot WC yang geledekan (atau truck tinja, red) harusnya buangnya ke IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja), jangan buang ke badan air (sungai),” jelasnya.

Ya, begitulah nyatanya, Sungai yang melintasi Kota Surabaya masih dianggap oleh warga sebagai tempat yang praktis dan gratis untuk membuang aneka macam sampah. Jelas, dampaknya adalah, daya tampung badang Sungai akan berkurang dikarenakan luasan dan kedalaman Sungai yang semakin dipenuhi sampah. Banjir adalah salah satu akibat yang menyertainya.

Kalau sudah begini, alangkah eloknya jika Pemerintah Kota mengajak komunitas relawan peduli lingkungan yang banyak tumbuh di Kota Surabaya, untuk secara berkala mengadakan edukasi kepada warga yang berdiam di bantara sungai agar lebih peduli terhadap kebersihan sungai. Termasuk mengadakan gerakan bersaih-bersih sampah di seputaran sungai.

Tentunya, upaya ini perlu dibahas bersama antar pihak, dibawah kendali BPBD Kota Surabaya, dalam suasana guyub rukun tanpa tekanan dan ketakutan, serta dengan hati yang dingin tanpa emosi sambil nyruput kopi panas dan nyakoti “rondo royal” yang masih anget. [eBas/MingguPon-29102023]

 

 

 

 

 

 

Rabu, 25 Oktober 2023

ARISAN ILMU NOL RUPIAH PROGRAM IKONIK SRPB JATIM

 Gegara pandemi covid-19 dari Wuhan, China, yang menebar kematian di tahun 2020, maka program Arisan Ilmu Nol Rupiah (AINR) dihentikan oleh pengurus sebagai bentuk ketaatan kepada aturan social distancing, sebagai upaya memutus rantai covid-19.

 Kini, seiring perjalanan waktu, dimana ancaman covid-19 telah berlalu, pengurus SRPB Jatim yang baru terpilih, bersepakat untuk melanjutkan program AINR secara berkala, seperti dulu lagi. Sesuai pamflet (flyer) yang beredar, acara akan dilaksanakan pada hari minggu (28/10/2023). Tidak terasa AINR kali ini merupakan yang ke 51. Sebuah prestasi yang ditorehkan SRPB Jatim dalam upaya meningkatkan kapasitas relawan secara mandiri.

 Konon, untuk mengawali kegiatan ikonik ini, acara akan digelar di Joglo Kadiren (Joka), daerah Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Tempat lahirnya gagasan AINR pasca kongres SRPB Jatim yang pertama, April 2017, di Hotel Regent Park, Kota Malang. Acaranya dibarengkan dengan pisah kenal pengurus SRPB Jatim periode 2020 - 2023 dan 2023 - 2026.

 Ya, konon, awal mula disepakatinya program AINR menjadi salah satu program ikonik dari SRPB Jatim, adalah sebagai upaya membangun kebersamaan dan kesepahaman akan pentingnya belajar berorganisasi, berkoordinasi sekaligus sebagai media silaturahmi antar komunitas relawan.

 Namanya juga nol rupiah, maka semuanya ya serba mandiri berbasis BDD (bayar dewe dewe). Dimana, nara sumbernya tidak dibayar, peserta juga tidak ditarik kontribusi (HTM), dan konsumsi kegiatan merupakan hasil saweran seikhlasnya. Nyatanya acara ini sangat diminati para pihak. Diantaranya untuk menambah wawasan dan memperluas jejaring kemitraan.

 Adapun bahasan AINR yang pertama ini adalah tentang Manajemen Relawan Penanggulangan Bencana, dan Aplikasi E-Volunteer yang baru dikembangkan oleh BPBD Jatim, bersama Siap Siaga.

 Konon, E-Volunteer ini sebagai media pendataan keberadaan relawan dengan segala kapasitas yang dimiliki untuk mempermudah koordinasi dan mobilisasi. Dengan demikian diharapkan seluruh relawan mengisi aplikasi ini.

 Tentu, pengurus SRPB Jatim yang dipimpin Wawan Kim, telah menyiapkan beragam materi dengan nara sumber yang mumpuni dibidangnya untuk mengisi agenda AINR selanjutnya. Namun, seperti beberapa tahun yang lalu, jika ada nara sumber istimewa berkenan berbagi cerita di AIRN, maka akan diutamakan.

 Misalkan ada pejabat BNPB yang bertepatan tugas di Jawa Timur, maka pengurus SRPB akan mencoba berkomunikasi untuk meminta kesediaannya untuk ngobrol bareng di arena AIRN. Begitu juga dengan para pakar dan praktisi kebencanaan yang lain, sangat diharapkan kesediaannya untuk meramaikan program ikonik yang bernama arisan ilmu non rupiah.

 Jika SRPB Jatim mempunyai program AINR, pastilah komunitas lain juga punya program sejenis dengan nama yang berbeda sesuai kesepakatan. Itu sah sah saja sebagai wadah jagongan antar relawan untuk saling berbagi informasi, dan saling tukar cerita.

 Siapa tahu dari kegiatan itu muncul inspirasi untuk membuat aksi kolaborasi dengan berbagai pihak terkait dengan upaya pengurangan risiko bencana dan membangun ketangguhan masyarakat menghadapi bencana. Salam waras, sukseskan gerakan literasi agar tidak mudah emosi membaca komentar dari mereka yang tidak disukai. [eBas/KamisKliwon-26102023]