Maraknya bencana
yang terjadi di beberapa daerah dengan dampak korban harta, benda bahkan nyawa
yang tidak sedikit, mendorong presiden Jokowi menghimbau agar pendidikan
mitigasi bencana diajarkan di semua
jenjang pendidikan (termasuk pendidikan nonformal,red). Ini penting, agar
masyarakat luas semakin siap menghadapi bencana yang sulit ditebak
kedatangannya, juga dampaknya. Apa yang dikatakan pressiden itu sejalan dengan
jargon, Kenali bahayanya, kurangi risikonya.
Terkait dengan
himbauan presiden, pamong belajar BP-PAUD dan DIKMAS Jawa Timur mengadakan
diklat mitigasi bencana selama tiga hari. Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh
Sujarno, Kasie program balai yang terletak di jalan gebang putih, Surabaya. Bertempat
di ruang Agus Salim, rabu (23/1).
Dalam sambutannya,
pria kelahiran Pacitan ini mengatakan bahwa kesiapsiagaan dan mitigasi bencana merupakan hal baru yang
hendaknya dipelajari oleh pamong belajar agar bisa berperan serta membantu
pemerintah dalam upaya membangun ketangguhan masyarakat menghadapi bencana.
“Mengingat
Surabaya dilewati patahan bumi yang berpotensi terjadinya gempa, tidak ada
salahnya jika seluruh gedung yang ada di Balai dipasang rambu-rambu jalur
evakuasi. Tidak ada salahnya jika kita bersiap diri sebagai upaya antisipasi,”
Ujarnya.
Diklat yang
diselenggarakan atas inisiatif kelokpok kerja (pokja) Dikmas ini sepenuhnya
dilakukan secara mandiri tanpa dukungan anggaran Balai. Materi yang dipelajari
meliputi, Konsep penanggulangan bencana berbasis masyarakat, Prinsip dan
Karakteristik bencana, Trauma healing, Simulasi evakuasi korban gempa, Bongkar
pasang tenda, PPGD, dan Pengenalan water rescue.
“Kami
tidak berharap bencana datang, namun jika terjadi bencana kami paham harus
bertindak seperti apa dan bagaimana melakukan evakuasi mandiri untuk mengurangi
jumlah korban sebelum bantuan dari pihak luar datang,” Kata peserta diklat yang
enggan disebut jati dirinya.
Begitu juga
dengan masyarakat yang menjadi sasaran program paud dan dikmas. Dimana mayoritas
dari mereka banyak yang berdomisili di kawasan rawan bencana. mereka harus
disadarkan akan potensi bencana melalui pendidikan mitigasi yang diselipkan
dalam pembelajarannya.
Jika tidak
disiapkan melalui diklat dan simunasi, maka masyarakat tidak akan terlatih. Dampaknya
tentu akan banyak korban yang berjatuhan saat benar-benar terjadi bencana,
karena ketidaksiapan masyarakat menghadapi bencana.
Sementara,
Masduki, dari pokja dikmas, mengatakan bahwa diklat ini baik sekali, merupakan
pengalaman baru sehingga tahu tentang masalah penanggulangan bencana. untuk itu
perlu kiranya ditindak lanjuti dengan
melibatkan lembaga mitra Balai. Seperti tutor dan engelola PKBM, LKP, dan PAUD,
agar mereka juga memiliki kesadaran akan potensi bencana di daerahnya, dan bisa
mengintegrasikan pendidikan mitigasi ke dalam program pembelajarannya. Harapannya,
peserta didiknya menjadi paham akan bencana dan pentingnya pelestarian alam.
Santo,
salah seorang nara sumber dalam diklat ini, mengatakan bahwa lembaganya siap
bersinergi dengan Balai dalam rangka mensukseskan himbauan presiden terkait upaya mengenalkan mitigasi kepada masyarakat dalam rangka pengurangan
risiko bencana.
Kegiatan diklat yang berlangsung penuh semangat dan canda ini diakhiri dengan praktek PPGD dan foto bersama sebagai upaya mendokumentasikan
kegiatan yang baru pertama diselenggarakan oleh pamong belajar BP-PAUD dan
DIKMAS Jawa timur. [eBas]