Kegiatan
bimbingan teknis kesiapsiagaan dan mitigasi bencana dilakukan oleh BPBD
Kabupaten Nganjuk itu sebagai upaya menyiapkan kader potensial yang
sewaktu-waktu bisa digerakkan untuk membantu BPBD pada saat tanggap bencana. Namun
demikian, sebagai masyarakat yang terlatih, mereka nantinya juga bisa
berkontribusi dalam kegiatan pra bencana maupun rehab rekon (pasca bencana).
Untuk
itu, dengan kegiatan semacam ini merupakan upaya BPBD meningkatkan kapasitas
masyarakat, khususnya yang hidup di daerah rawan bencana, agar tangguh bencana,
yaitu terbangun kesiapsiagaannya menghadapi bencana, sehingga korban yang
ditimbulkan oleh bencana bisa diminimalkan.
Ini
penting, karena senyatanyalah, seringkali respon dan koordinasi antar SKPD
(pemerintah) dalam menghadapi situasi tanggap bencana agak lambat, diantaranya
karena kendala birokrasi. Dengan kata lain, sampai sekarang yang namanya ego
sektoral masih lekat dimasing-masing SKPD dalam menghadapi bencana, sehingga
upaya sosialisasi untuk menyamakan langkah, membangun kesepahaman perlu terus
dilakukan tanpa lelah.
Sehingga
yang terjadi, dibanyak peristiwa bencana, masyarakat sendirilah (khususnya yang
telah terlatih), yang pertama kali memberi pertolongan, melakukan evakuasi
secepat mungkin sesuai kemampuan, sebelum pihak luar berdatangan membantu
dengan berbagai bantuannya.
“Melalui
kegiatan bimtek ini, nanti semua peserta akan mendapat piagam yang dapat
digunakan untuk mengikuti diklat penanggulangan bencana tingkat lanjut,” Kata
Kalaksa BPBD Kabupaten Nganjuk dalam sambutannya saat membuka kegiatan bimtek
yang dilaksanakan di lapangan Ngepeh, Berbek, Loceret, Kabupaten Nganjuk, pada
hari rabu (21/9) siang.
Konon
di lapangan inilah tempat lahirnya tokoh nasional, Dokter Soetomo, sehingga
oleh pemerintah, disitu dibangun patung Dokter Soetomo yang sedang duduk dengan
penuh wibawa, seakan sedang memperhatikan peserta bimtek yang terdiri dari
perwakilan siswa SMA/SMK, baik negeri maupun swasta, sebanyak 300 siswa.
Agus,
sebagai ketua panitia, mengatakan bahwa kegiatan ini penting, karena wilayah
Kabupaten Nganjuk rentan terhadap bencana banjir, longsor dan kebakaran hutan. Harapannya,
setelah kegiatan ini mereka sadar akan pentingnya pelestarian lingkungan dan
siap menghadapi kondisi tanggap darurat karena datangnya bencana yang tidak
terduga.
Dengan kata lain, melalui pelatihan
tersebut juga diharapkan menghasilkan Relawan yang memahami sekaligus dapat
mempraktekkan konsep kesiapsiagaan dan mitigasi bencana di daerahnya, sekaligus
sebagai agent of change di kelompok
sebaya dan masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana.berbasis
masyarakat.
Tentunya kegiatan semacam ini perlu
ditindak lanjuti dengan membentuk komunitas relawan dengan berbagai pembinaan untuk
meningkatkan kapasitas dan profesionalismenya secara berkala untuk memudahkan
menggerakkan apabila diperlukan. Salam Kemanusiaan,*[eBas]