Kamis, 30 November 2023

ARISAN ILMU BERGULIR KEMBALI DI PENGHUJUNG TAHUN BERSHIO KELINCI 2023

Alhamdulillah, Arisan Ilmu Nol Rupiah (AINR) akan digelar kembali. Rencananya kegiatan ikonik SRPB Jatim ini akan menempati Ruang Siaga, Kantor BPBD Provinsi Jawa Timur, pada hari minggu pahing (17/12/2023). Pesertanya dibatasi, hanya 100 orang saja. Hal ini terkait dengan tempat.

Ya, ditengah kesibukan pengurus yang padat terkait dengan penghidupannya, mereka masih sempat menjalankan program gratisan sesuai kesepakatan. Ini pertanda bahwa pengurus tetap konsisten terhadap pelaksanaan program yang telah disepakati bersama secara terbuka, tidak slinthutan.

Disini pengurus yang membidangi program AINR patut diacungi jempol. Karena mereka tetap istiqomah melaksanakan AINR di setiap bulannya. Seperti diketahui, sejak kelahirannya, AINR memang dikerjakan secara mandiri dengan metode saweran antar pengurus dan anggota mitra berbasis SUSU TANTE (Sumbangan Sukarela Tanpa Tekanan). Semua ditanggung bersama semampunya. Saling menguatkan tanpa meninggalkan. Ya begitulah, AINR belum pernah mendapat cipratan proyek seperti yang lainnya.

Ya, sejatinya pengurus SRPB Jatim tidak hanya nggarap program yang ada duitnya saja. Namun juga tetap konsisten melaksanakan program gratisan secara bersama-sama dengan penuh keadilan. Alhamdulillah, selama ini semuanya belum ada yang terkontaminasi Virus Cuan. Sehingga tidak ada yang hanya nggarap program berduit saja, dan berusaha menghindari melaksanakan program gratisan dengan berbagai alasan. Semoga hal baik ini tetap terpelihara selamanya. Ingat kata orang bijak, gak usah rebutan rejeki. Karena rejeki tidak pernah tertukar. Tenang saja semua ada waktunya.

Untuk AINR #52 ini mengambil tema “Post Traumatic Stress Disorder”, yang akan diampu oleh Ahmad Guntur, seorang dosen yang baik hati dari STIKES Widyagama Husada Malang. Tentu, sesuai konsep nol rupiah, Pak Dosen ini tidak diberi honor serupiahpun. Bahkan dia harus mengeluarkan kocek sendiri untuk biaya transportasi dan akomodasi selama perjalanan Malang Surabaya pulang pergi.

Alhamdulillah, ternyata masih ada orang pandai yang bersedia berbagi ilmu secara gratisan dalam rangka peningkatan kapasitas relawan. Semoga menjadi ladang pahala yang mbarokahi untuk jenjang karier Pak Dosen.

Menurut literatur, Post Traumatic Stress Disorder atau gangguan stres pasca trauma adalah kondisi kesehatan jiwa yang dipicu oleh peristiwa traumatis. Misalnya, pelecehan seksual, bencana alam, peperangan, atau kecelakaan. Sungguh, pengetahuan ini sangat berguna bagi relawan yang sering ikut turun ke lokasi bencana mendampingi para korban (penyintas) dengan segala deritanya.

Paling tidak, materi ini akan menambah wawasan ketika melakukan Layanan Dukungan Psikososial. Hal ini seperti yang dikatakan oleh dokter Airi Mutiar, ahli anestesi RSUD, Dokter Soetomo Surabaya, bahwa materi ini dapat dijadikan bekal untuk mengedukasi masyarakat.  

Untuk itulah sangat rugi sekali jika para relawan melewatkan kesempatan ini. Ingat, kesempatan tidak mungkin datang dua kali. Karena AINR berikutnya, mungkin akan diisi oleh nara sumber lain, misalnya dari Forum PRB Jawa Timur, dengan materi yang tidak kalah menariknya. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/KamisKliwon-30122023]

 

 

 

 

  

 


Minggu, 26 November 2023

RELAWAN LITERASI AMAN BERKENDARAAN

Salah satu agenda dari komunitas volunteer of humanity (VOH) di akhir tahun yang bershio kelinci ini adalah  mengadakan Family Camp di Hutan Kota Balas Klumprik, Kecamatan Wiyung, Surabaya, sabu dan minggu, tanggal 25 – 26 November 2023.

Kegiatan yang baru pertama digelar ini banyak diminati berbagai komuitas relawan. Panitianya ramah, lokasinya indah alami, dipenuhi aneka pohon yang perawatannya perlu ditingkatkan. Khususnya kebersihan lingkungan. Jika memungkinkan VOH dapat membuat acara kerja bakti "merawat" Balas Klumprik.

Materinya pun menarik, sangat bermanfaat untuk bekal pengetahuan saat berkegiatan di alam bebas. Tentang bagaimana cara menangani gigitan ular agar korban terselamatkan. Termasuk merawat korban yang tersengat lebah atau tawon vespa affinis (tawon ndas).

Begitu juga materi water rescue yang disampaikan oleh Tim Rescue dari SAR-MTA. Walaupun hanya materi kering (teoritis), namun mampu menyihir peserta untuk memperhatikan dengan penuh seksama. Bagi mereka yang berminat, syaratnya adalah dapat berenang dan sehat, kuat dan tenang tidak grusa grusu (dapat mengendalikan emosi).

Semoga, pengurus VOH segera mengagendakan latihan water rescue yang sesungguhnya. Praktek langsung bermain air basah-basahan. Pasti seru dan menyenangkan dalam rangka meningkatkan kapasitas relawan untuk terlibat dalam upaya penyelamatan korban kecelakaan di sungai.

Sementara materi etika berkomunikasi dengan radio komunikasi, kiranya juga perlu dipahami oleh relawan yang biasa membawa Handy Talky (HT) untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Baik yang tergabung dengan ORARI maupun RAPI, untuk menyampaikan informasi penting yang perlu ditindak lanjuti.

Acara ini, disamping mendapat kunjungan dari Ketua RW dan Babinsa koramil setempat dalam rangka “Pengkondisian” wilayah. Kapolsek Wiyung, didampingi Babinkamtibmas dan seorang intel, berkesempatan ngopi bareng sambil ngobrol santai tenang masalah narkoba dan kebencanaan.

Kapolseknya ganteng, cerdas, full senyum dan ramah, tidak seperti oknum polisi yang suka mencari rejeki di pinggir jalan. Dari obrolan itu, muncul gagasan menarik dari Kapolsek. Yaitu perlunya ada relawan literasi safety riding, sesuai UU nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Safety riding diartikan sebagai bentuk perilaku berkendraan yang anam dan nyaman bagi dirisendiri maupun pengendara lain.

Gagasan ini muncul karena rasa keprihatinan Kapolsek tentang Salah satu penyebab angka kematian tinggi di dunia selain adanya penyakit menular adalah karena kecelakaan lalu lintas. Bahkan menurut badan kesehatan dunia (WHO) angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas mencapai 1.35 juta. Dan rata-rata yang mengalami kecelakaan lalu lintas ini adalah usia 5 sampai 29 tahun.

Berdasar data yang entah diambil tahun berapa, yang jelas keprihatinan ini, menurutnya perlu ditindak lanjuti dengan upaya pencegahan. Jika pemda dapat membentuk jumantik (juru pemantau jentik) di setiap Desa/Kelurahan. Tentunya pembentukan relawan literasi safety riding perlu juga dicoba. Tinggal ada tidaknya political will dari para penguasa setempat.

Paling tidak Kapolsek Wiyung dapat mengawali membumikan gagasanya dengan memanfaatkan pramuka saka bayangkara untuk dilatih (semacam TOF). Kemudian diadakan uji coba dengan menerjunkan mereka ke sekolah-sekolah, yang ada di wilayah Kecamatan Wiyung untuk mengkampanyekan safety riding.

Dari hasil uji coba itulah, dijadikan bahasan dalam acara jagong bareng untuk melihat kebermaknaannya dari berbagai aspek. Ini penting, agar upaya melahirkan relawan literasi aman berkendaraan benar-benar bermanfaat bagi masyarakat, khususnya dalam upaya menurunkan korban kecelakaan lalu lintas.

pertanyaannya kemudian, mungkinkan Kapolsek penerusnya nanti mau melanjutkan gagasan cerdas tentang perlunya relawan literasi safety riding ?. mengingat rotasi jabatan itu selalu ada dan masing-masing pejabat punya cara dan selera sendiri dalam menjalankan tugasnya.

Untuk itulah, gagasan cerdas dari seorang Kapolsek Kecamatan Wiyung ini perlu segera di tindak lanjuti oleh komunitas relawan dalam bentuk jagong bareng untuk membulatkan gagasan di atas.

Akan lebih elok lagi jika jagong bareng ini “di kawal” langsung oleh Kapolsek sebagi pemilik gagasan, agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam menterjemahkannya. Salam Tangguh, Salam Satu Aspal. [eBas/SeninPahing-27112023]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kamis, 23 November 2023

PENANGGULANGAN BENCANA HENDAKNYA MELIBATKAN MASYARAKAT

Konon, diakui atau tidak, setiap terjadi bencana, masyarakatlah yang menjadi korban pertama sekaligus menjadi penolong pertama sebelum pihak luar datang membantu. Untuk itulah upaya melibatkan masyarakat dalam urusan kebencanaan harus diupayakan.

Hal ini sesuai dengan pasal 27, UU 24 tahun 2007, yang mengatakan bahwa  Setiap orang berkewajiban: a. menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup; b. melakukan kegiatan penanggulangan bencana; dan c. memberikan informasi yang benar kepada publik tentang penanggulangan bencana.

Agar masyarakat dapat berperan dalam upaya penanggulangan bencana, maka mereka perlu mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. (pasal 26, ayat 1 poin b).

Terkait upaya membangun ketangguhan masyarakat, komunitas relawan diharapkan dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana, dengan memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang ada di lingkungan setempat, agar dapat “berbuat sesuatu” (mengantisipasi, beradaptasi, memproteksi, dan daya lenting) dalam menghadapi potensi ancaman bencana yang mungkin akan terjadi, secara mandiri.

Beberapa literatur mengatakan bahwa penanggulangan Bencana adalah serangkaian kegiatan baik sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi, menghindari dan memulihkan diri dari dampak bencana.

Dari devinisi di atas, tidak terlalu salah jika upaya penanggulangan bencana itu koordinator utamanya adalah pemerintah (dalam hal ini BNPB/BPBD). Sementara, elemen pentahelix lainnya mengambil peran sesuai kapasitasnya. Baik itu di saat pra bencana, tanggap bencana, dan pasca bencana.

Pada saat pra bencana, kegiatan yang dilakukan mencakup pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini. Langkah-langkah persiapan yang dilakukan dalam menghadapi bencana ataupun upaya memperkecil dampak bencana yang akan terjadi.

Bentuk kegiatannya diantaranya, belajar membuat peta rawan bencana, menyusun dokumen kajian risiko bencana dan lainnya, pembuatan rambu evakuasi, menyiapkan tempat pengungsian, dan pembuatan tanda peringatan dini.

Kegiatan saat terjadi bencana mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan, seperti kegiatan search and rescue (SAR), penyelamatan korban dan harta benda, serta evakuasi, bantuan darurat dan pengungsian

Pada saat terjadinya bencana akan banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril material secara spontan, baik dari lingkungan wilayah tersebut maupun dari luar. Bantuan sumbangan yang masuk sebenarnya merupakan tabungan yang harus dikelola dengan baik, tepat guna, tepat sasaran, dan bermanfaat.

Kegiatan pasca bencana pada dasarnya mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Kegiatan saat setelah terjadinya bencana, dilakukan proses perbaikan kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula.

Tentunya proses-proses di atas itu harus tetap dalam “pengawasan” BNPB/BPBD. Termasuk ketika harus melibatkan masyarakat di semua fase penanggulangan bencana. Semua ini penting agar tidak terjadi kesalahan administrasi yang dapat berurusan dengan BPK dan KPK di kemudian hari.

Yang jelas, pelibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana itu merupakan langkah cerdas. Ada destana, katana, kencana, dan SPAB. Juga ada KSB milik Kemensos. Bahkan beberapa kantor/lembaga juga punya program sejenis yang numpuk di Desa dengan segala variasinya. Semua program bergengsi itu hendaknya dapat berjalan dalam arti sebenarnya dan didukung dana tindak lanjutnya, agar budaya tangguh itu dapat segera terwujud. Bukan sekedar program seremonial tanpa kelanjutan, hanya mengejar daya serap anggaran semata.  [eBas/JumatWage-24112023]

 

 

 

 

 

 

Selasa, 21 November 2023

GERAKAN CABUT PAKU DI POHON

Konon, peringatan hari pohon se dunia (World Tree Day) diadakan setiap tahun pada tanggal 21 November. Tujuannya untuk membangun kesadaran akan pentingnya upaya pelestarian pohon, serta sebagai wujud kepedulian terhadap pelestarian  lingkungan hidup.

Konon pula, pada hari itu dihimbau agar warga mendukung gerakan menanam satu jiwa satu pohon. Jenisnya tidak ditentukan. Pohon apa saja boleh, dan ditanam di lahan terbuka, di tepi jalan, lahan kosong, hutan, gunung, dan lain tempat dalam rangka menghijaukan lingkungan agar rindang, asri dan nyaman.

Namun, dikarenakan musim kemarau yang lumayan panas di atas rata-rata. Maka menanam pohon tampaknya hanyalah kesia-siaan, karena cuaca yang tidak mendukung. Mungkin, nanti ketika musim hujan tiba, gerakan menanam pohon digencarkan oleh semua pihak yang peduli pelestarian alam.

Dalam rangka memperingati hari pohon tahun ini, ada komunitas peduli lingkungan yang sering berkegiatan di alam bebas, melakukan kegiatan kreatif yang masih ada hubungannya dengan cinta lingkungan. Yaitu melakukan gerakan cabut paku di pohon, di sepanjang jalan raya yang telah ditentukan.

Konon, mereka melibatkan berbagai komunitas melakukan gerakan cabut paku ini secara berkala, bekerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja. Mereka melaksanakan gerakan ini sesuai Peraturan wali kota Surabaya nomor 19 tahun 2014, tentang Perlindungan Pohon.

Pada BAB III tentang penyelenggaraan perlindungan pohon, pasal 3 ayat 3 mengatakan bahwa Masyarakat berperan serta dalam penyelenggaraan perlindungan pohon pada area yang menjadi milik atau dikuasai oleh masyarakat yang bersangkutan dan/atau area yang dimiliki atau dikuasai oleh Pemerintah Daerah.

Apa yang dilakukan oleh komunitas peduli lingkungan itu merupakan perwujudan dari peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan pohon, diantaranya melalui kegiatan: a. penanaman pohon; b. pemeliharaan pohon; c. tidak melakukan kegiatan yang dapat merusak atau mematikan pohon.

Cukup melalui flaiyer ajakan berpartisipasi yang disebar melalui berbagai media sosial, khususnya grup whatsapp, berbagai komunitas di kota Surabaya berbondong-bondong berkumpul bersama untuk memulai kegiatan gerakan cabut paku dengan penuh suka cita.

Begitu juga dengan pasukan Satpol PP, berbaur saling bahu membahu mensuksesnya acara cabut paku. Artinya, disini Satpol PP tidak hanya mengawasi saja, tapi benar-benar berjalan mencari dan mencabut paku yang menancap di pohon, untuk menjalankan pasal 13. yang mengatakan bahwa setiap orang dan/atau badan diantaranya, dilarang: a. memaku pohon; b. menempelkan iklan/poster/sejenisnya pada pohon; c. membakar pohon.

Dalam peraturan yang menjadi payung hukum gerakan ini, dikatakan bahwa pohon memiliki peranan yang penting dalam rangka menjaga kelangsungan hidup bagi seluruh makhluk hidup, sehingga keberadaannya perlu dilindungi dan dilestarikan, untuk peneduh jalan dan memperindah wilayah pemukiman. 

Sungguh, gerakan sederhana namun berdampak luar biasa pada pelestarian pohon peneduh jalan. Alangkah eloknya jika gerakan ini semakin banyak yang mengikuti. Sukur-sukur ada yang menduplikasi di daerah lain.

Gerakan sederhana lain yang ada hubungannya dengan cinta lingkungan adalah bersih-bersih sampah di got atau sungai, serta menabur biji buah-buahan di lahan atau hutan saat musim hujan, yang sebentar lagi akan datang. Salam Lestari. [eBas/RabuPahing-22112023]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SRPB DIPERCAYA BPBD GELAR SPAB

 Alhamdulillah Tim Fasilitator SRPB Jatim kembali digandeng BPBD Provinsi Jawa Timur untuk membantu melaksanakan program SPAB ke beberapa sekolah menengah atas (dan rencananya juga menyasar pondok pesantren) di beberapa Kabupaten/Kota di Jawa Timur.

 Kegiatan ini didukung anggaran yang cukup memadai dari BPBD Provinsi Jawa Timur tahun 2023. Dengan demikian laporan pertanggungjawabannya harus dibuat pengurus SRPB sesuai aturan dari BPBD, agar lancar semuanya.

 Sementara Tim Fasilitatornya benar-benar mumpuni. Semuanya bersertifikat. Termasuk anggota tim yang baru lulus pelatihan juga mulai diterjunkan secara proporsional. Begitu juga materinya menggunakan standar Seknas SPAB. Mungkin metodenya yang boleh variatif sesuai kearifan lokal setempat.

 Sebenarnya, sudah beberapa kali SRPB digandeng terkait pelaksanaan program SPAB dengan hasil yang menggembirakan. Sehingga wajar jika BPBD tidak meragukan dan bahkan percaya sepenuhnya kepada SRPB Jatim.

 Ya, kepercayaan inilah yang harus dijaga oleh pengurus SRPB Jatim. Semua personil yang terlibat harus 'on the track' sesuai nilai- nilai profesionalisme, seperti yang tersurat dalam Perka BNPB nomor 17 tahun 2011.

 Alhamdulillah pengurus SRPB Jatim tetap istiqomah menjalankan perannya. Walaupun pengurusnya sudah berganti personil, namun tim fasilitator SPAB tetap solid sesuai kesepakatan awal, yaitu dibawah kendali pengurus SRPB. Dengan demikian pelaksanaan program SPAB  berjalan lancar, tidak menimbulkan friksi terkait dengan pembagian tugas fasilitasi yang berimplikasi rejeki.

 Ya, diakui atau tidak, bahwa pengelolaan rejeki organisasi itu sangat peka dan mudah membuat anggota khilaf, sehingga tidak mau berbagi dan enggan diganti, bahkan jika perlu akan terus mengangkangi itu rejeki.

 Disinilah kehebatan pengurus SRPB Jatim yang benar-benar saling menguatkan tanpa meninggalkan. Sambil merangkul memberi kesempatan kepada mitranya untuk mengambil peran. Sehingga tidak muncul fragmentasi yang saling menenggelamkan. Semua diberi kesempatan dalam kesetaraan.

 Semoga di penghujung tahun bershio kelinci air ini, membawa keberkahan bagi tim fasilitator SPAB yg berada dibawah bidang pengembangan sumber daya manusia SRPB Jatim.

 Semoga BPBD nantinya juga merasa puas dengan kinerja tim fasilitator yang akan menunaikan tugas sekaligus menyiapkan laporan kegiatannya, sehingga memperlancar proses daya serap anggaran tahun 2023.

 Tentunya, banyak pihak yang berharap agar pengurus SRPB, khususnya bidang pengembangan SDM semakin giat mengajak anggota mitranya  untuk meningkatkan kapasitasnya, sehingga dapat terlibat membantu pelaksanaan program BPBD, diantaranya menjadi fasilitator. Wallahu a'lam bishowab. [eBas/SelasaLegi-21112023]

Minggu, 05 November 2023

KOMENTAR KECEWA

 Perhelatan gerak jalan tradisional mojokerto - suroboyo (mojosuro) tahun 2023 telah usai. Giat yang diselenggarakan sabtu (5/11/2023), bolehlah dibilang sukses. Walau tidak banyak instansi pemerintah yang berpartisipasi dengan berbagai alasan.

 Gerak jalan yang dimeriahkan oleh komunitas bersepeda onthel dan kirab bendera raksasa sepanjang 200 meter yang dibawa oleh 60 peserta dari berbagai komunitas, benar-benar ramai sehingga lalu lintas agak tersendat. Alhamdulillah tidak terjadi gesekan antar pengendara, peserta, dan penonton.

 Terkait dengan kamtibmas, kegiatan yang sempat vakum 3 tahun karena pandemi covid-19, terpantau tidak terjadi perbuatan melawan hukum. Tidak ada bentrok antar peserta, tidak ada gegeran antar peserta dan penonton, tidak terlapor adanya peserta dan penonton yang mengkonsumsi miras dan pencurian/pembegalan ranmor. Alhamdulillah.

 Namun, dibalik kesuksesan penyelenggaraan yang konon masuk muri karena jumlah peserta terbanyak itu, ternyata peserta ada yang kecewa karena perlakuan panitia. Khususnya di seputaran tempat finish, dimana panitia “penyambutan” kurang bersemangat di tempat.

 Hal ini seperti yang dialami Sodik, salah seorang peserta pembawa bendera raksasa, yang merasa kecewa karena tidak ada sambutan yang signifikan saat tiba di garis finish.

 Sayangnya, Kita sangat, sangat, dan sangat kecewa Mas, justru Kirab Merah Putih Mojo Suro yang jadi IKON, masuk finish malah gak ada yang menyambut. Gak ada satu pun panitia yang ada di lokasi,” Begitu komentarnya di grup whatsapp.

 Dia juga berkomentar bahwa, kita hanya di jadikan obyek untuk kepentingan tertentu dari instansi terkait, dalam hal ini DISPORA untuk mendapat keuntungan tertentu dari event ini di depan Gubernur. Tau gitu setelah start, jalan sebentar, kita gulung, kita bawa ke Surabaya, jelang finish kita jalan lagi.

 Terlepas dari benar tidaknya kinerja panitia yang dianggap kurang siap, ada baiknya rasa kecewa yang ditumpahkan Sodik menjadi bahan pembelajaran yang berharga agar ke depan tidak muncul kecewa yang sama.

 “Betuuuuull..…, padahal sekelas instansi pemerintah, namanya panitia pelaksana walaupun dua hari dua malam gak tidur ya harus tetep siap di TKP sampai benar-benar selesai. (kan ada anggarannya, red),” Tulis Ma’min membenarkan komentar Sodik.

 Sementara, Mas udev, dengan komentarnya yang bijak, berharap, semoga  kedepan bisa jadi bahan evaluasi buat Dispora Jatim. Tidak ada drama lagi yang mengecewakan karena panitianya yang kurang bersemangat melaksanakan tugasnya.

 Menurut pantauan Mas udev, dari komunitas relawan, di sepanjang route gerak jalan, jarang terlihat panitia yang ‘menyambut’ peserta. Celakanya di garis finish juga begitu. Sehingga, tanpa penyambutan peserta gerak jalan balik kanan sendiri-sendiri tanpa applause yang memabanggakan dari panitia.

 “Teman saya bahkan setiap ikut gerak jalan mojosuro sampai hafal. Mankanya gak berharap finish di tugu pahlawan, kalau sekiranya capek, ya balik kanan, telpon saudaranya minta dijemput,” Ujarnya.

 Sejalan dengan Mas udev, Harper berkomentar bahwa, perlu dimaklumi, kegiatan ini sempat vakum 3 tahun sehingga saat menyelenggarakan lagi, panitianya agak kagok kaget bingung bagaimana cara mensukseskannya, termasuk mepetnya waktu pendaftaran peserta.

 Mungkin, lebih tepatnya ‘woro-woronya’ kurang gencar bersemangat, atau perhatian panitianya lebih tertuju pada panggung hiburan dengan artis kondang yang lagu-lagunya sedang naik daun, dan wajah artisnya yang kinyis-kinyis dibanding wajah peserta gerak jalan yang kumus-kumus.

 Kalo kegiatan apapun itu dilaksanakan rutin apalagi skala besar tapi sempat vakum beberapa tahun, pasti ketika dimulai lagi sudah berbeda kesiapannya. Seperti mulai dari nol lagi.

 Yang sudah biasa jadi panitia saja kadang masih ada kekurangan disana-sini, apalagi panitia baru yang minim pengalaman. Untuk itulah perlunya terus belajar dari pengalaman dan menjaga kekompakan, merupakan salah satu kunci keberhasilan acara.

 Tetap bersemangat, tetap ber positif thingking saja, anggap saja semua kejadian yang mengecewakan itu di luar rundown yang dibahas panitia dalam rapat-rapatnya. Termasuk pelibatan komunitas relawan yang membantu keamanan, kenyamanan dan kesehatan peserta gerak jalan mojosuro sebagai salah satu media untuk menanamkan rasa nasionalisme dan patriotisme kepada generasi muda, ditengah-tengah arus globalisasi yang serba ‘computerize’ yang canggih. Salam Tangguh, Salam Kemanusiaan. [eBas/SeninLegi-06112023]