Minggu, 30 April 2023

HALAL BIHALAL RELAWAN LINTAS KOMUNITAS

“Saya pikir kegiatan hala bihalal yang digelar Jamaah LC, pada hari minggu legi (30/04/2023), merupakan prestasi tersendiri. Karena berani memulai, walau dengan sangat sederhana. Apalagi kegiatan ala kadarnya ini dihadiri oleh puluhan komunitas relawan yang ada di Surabaya,” Kata temannya Prayogi, yang enggan disebutkan jati dirinya.

Ya, kegiatan ini memang spontan tanpa persiapan panjang. Berawal dari acara buka bersama anggota Jamaah LC, pada hari kamis kliwon (19/04/2023). konon, sambil guyon menikmati buka puasa, muncul gagasan mengadakan halal bihalal, dengan mengundang komunitas relawan mitra Jamaah LC. Karena takut konsumsinya tidak mencukupi. Mohon dimaklumi.

Secara spontanitas, panitia pun terbentuk dengan penunjukan langsung tanpa bisa ditolak. Menu nasi kotak pun disepakati. Cemilan pun seadanya hasil sumbangan dari anggota. Termasuk pengadaan bahan baku dan beberapa peralatan dapur, juga hasil meminjam. Untuk tempat menggunakan Balai RT 01, Perumahan Bumi Marina, Keputih, Sukolilo. Surabaya bagian timur.

Sebenarnya panitia todongan ini sudah berusaha mengundang beberapa SKPD Kota Surabaya yang pernah bersama menjalankan tugas-tugas sosial kemanusiaan. Namun entah mengapa mereka tidak bisa hadir. Namun panitia memahami ketidakdatangan mereka.

Namun ada untungnya juga mereka tidak datang, karena jika datang, pasti panitia akan “kisinan setengah malu” karena hidangan yang jauh dari standar selera SKPD. Meskipun mereka dari golongan bawah sekalipun.

Ternyata, tanpa kehadiran mereka, acara berlangsung meriah penuh canda. Hidangan ala kadarnya pun dinikmati dengan rahap tanpa rebutan. Semua kebagian. Terutama kucur yang kenyal kenyil dan kacang godognya yang meduk.

Beberapa dari mereka yang hadir, berkesempatan menceritakan pengalamannya serta harapannya. Sementara yang lain menyimak sambil berfikir kemungkinan apa yang diseritakan itu bisa diadopsi ke dalam program komunitasnya. Atau bisa menjadi usulan program bersama lintas komunitas.

Ada juga yang mencoba usul agar diadakan sarasehan lintas komunitas relawan dimana hasilnya nanti dirupakan rekomendasi yang dilaporkan ke BPBD, dengan harapan mendapat respon positif, dalam rangka upaya peningkatan kapasitas relawan.

“Alangkah eloknya jika kita dapat mendorong BPBD mengadakan peningkatan kapasitas gabungan antara relawan dengan ‘pasukannya’ BPBD. Sehingga keberadaan keduanya dapat bekerja sama saat melakukan tugasnya secara proporsional tanpa egosektoral,” Kata teman Prayogi lainnya.

Makanya, perlu sering “ngopi bareng” agar terbangun kesepahaman bersama akan keberadaan masing-masing dalam melaksanakan tugasnya. Dimana, yang satu berdasar panggilan jiwa yang disesuaikan UU 24 tahun 2007 dan Perka/Perban pendukung. Sementara yang lain melaksanakan tugas sesuai kebijakan pimpinan. Perbedaan inilah yang perlu disadari dan diketahui bersama.

Bahkan, ada yang bilang, sudahlah, biarkan BPBD dengan pasukan yang banyak itu biar bekerja sesuai aturan mainnya. Sedang relawan berkegiatan sendiri sesuai panggilan nurani, tanpa merepotkan mereka.

Jika perlu, kalau ada kejadian, relawan tidak usah turun membantu, cukup melihat saja, sambil menunggu jika diperlukan. Karena, sesungguhnyalah relawan itu bukan pemain utama, tetapi hanya membantu sesuai kemampuan. "Kuat dilakuni, ora kuat ditinggal ngopi".

Begitulah, berbagai suara kritis dan gagasan liar yang cukup menarik itu bersahutan secara demokratis. Semua bebas berpendapat. Walaupun semuanya belum tentu bisa diwujudkan dalam sebuah aksi nyata.

Bahkan bisa juga semua lontaran gagasan itu tertolak karena berbagai alasan. Misalnya, dianggap tidak sesuai dengan kebijakan yang berlaku selama ini. Disamping itu, sesungguhnyalah kita masih enggan ngopi bareng untuk membangun kesepahaman bersama.

Alhamdulillah, acara halal bihalal yang digelar serba nekat itu tanpa kehadiran pejabat itu diakhiri dengan foto bersama, saling merapat penuh semangat.

Beberapa gagasan sempat muncul sebagai rencana tindak lanjut yang perlu dibahas lebih mendalam lagi agar dapat terwujud. Bisa dijadikan bahan diskusi di grup whatsapp, maupun saat kopi darat dalam rangka acara “anniversary” masing-masing komunitas. Salam Waras, selamat Hari Buruh. [eBas/SeninPahing-01052023]

 

 

 

 

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

 

 

   

Kamis, 27 April 2023

BPBD PROVINSI JAWA TIMUR ULANG TAHUN

Ucapan terimakasih kepada Kalaksa BPBD Provinsi Jawa Timur, Gatot Subroto, yang telah memberitahu kami, Komunitas Relawan, tentang hari jadi BPBD Provinsi Jawa timur yang ke-14. Hal ini berdasarkan Perda nomor 2 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Lembaga Lain Provinsi Jawa Timur, tanggal 27 April 2009.

Masih kata Gatot, diktum pendirian BPBD Jatim tertera, pada Bab II Pasal 2, yang berbunyi: Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk lembaga lain Provinsi Jawa Timur, terdiri dari: a. Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Ya, mohon maaf kami atas nama Komunitas Relawan yang tidak “mangayu bagyo” hari ulang tahun BPBD Jatim, dikarenakan selama ini kami memang tidak pernah tahu dan belum pernah mendengar BPBD Jatim menggelar pesta kelahirannya.

Sungguh, jika kami tahu jauh hari, tentu kami bisa menyiapkan kejutan yang layak dikenang, untuk memeriahkannya, sebagai tanda cinta kami kepada BPBD Jatim yang telah banyak melakukan pembinaan kepada relawan dalam rangka peningkatan kapasitas, serta melibatkan kami dalam pelaksanaan program membangun ketangguhan masyarakat menghadapi bencana.

Dalam instagram yang beredar di grup whatsapp, dikatakan bahwa hari Kamis (27/4/2023), menjadi hari yang istimewa bagi segenap karyawan BPBD Jatim. Karena, untuk pertama kalinya Hari Jadi BPBD Jatim diperingati secara internal, dalam suasana lebaran pasca cuti bersama.

Gatot yang selama ini akrab menjalin komunikasi dengan komunitas relawan, mengibaratkan bahwa usia 14 tahun itu mamun keberadaan BPBD selama ini telah mampu dirasakan oleh masyarakat banyak. Termasuk jalinan koordinasi dalam membangun sinergi yang kolaboratif dengan para pihak, dalam hal upaya PRB dan PB, sangat harmonis.

Kepada seluruh stafnya, pria murah senyum ini berharap terjadi peningkatan profesionalisme kerja dan menambah keguyuban, serta memperkuat loyalitas dan dedikasi diantara karyawan, sehingga benar-benar tangguh melaksanakan tupoksinya terkait dengan penanggulangan bencana..

Sementara, kami, sebagai salah satu elemen pentahelix mohon maaf jika tidak bisa menghadiri acara ulang tahun yang baru pertama kali dimeriahkan di tahun bershio kelinci air ini.

Kami, hanya berharap, semoga jalinan koordinasi yang selama ini sudah terbangun bisa semakin akrab bersahabat di semua bidang yang ada di BPBD Provinsi Jawa Tmur, sehingga semua elemen pentahelix bisa berkontribusi dalam program-program BPBD Jatim. Salam Tangguh. [eBas]

 

 

 

 

Rabu, 26 April 2023

MUKIDI MEMPERINGATI HKB 2023

    Halo #SahabatTangguh! Kamu juga bisa turut mendukung Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2023, dengan cara menggunakan twibbon berikut ini https://twb.nz/harikesiapsiagaanbencana2023. Mari kita sukseskan HKB 2023. Kita siap untuk selamat!.

    Begitulah woro-woro yang diposting di beberapa grup whatsapp, tentang ajakan mensukseskan peringatan HKB tahun 2023. diharapkan semua pihak berkenan memasang fotonya yang paling mbois di twibbon yang dibuat BNPB.

    Mukidi, dengan antusias, memasang fotonya yang paling keren. Baik foto sendirian dengan gaya khasnya, maupun foto bersanding dengan tokoh lokal, regional, maupun nasional. Sengaja Mukidi memasang foto tersebut dengan harapan yang melihat akan terpesona dan menganggap Mukidi sahabatnya sang tokoh atau pejabat tersebut.

    Sebagai fasilitator destana, Mukidi juga sibuk mendorong anggota destana untuk berpartisipasi memeriahkan HKB dengan melakukan upaya mitigasi dan simulai mandiri, yang ditandai dengan memukul kentongan, sebagai Early Warning System tradisional. Konon, memukul kentongan itu sebagai salah satu indikator masyarakat yang sudah sadar bencana.

    Hal ini sejalan dengan slogan HKB, siap untuk selamat, dengan mengusung tema, tingkatkan ketangguhan desa, kurangi risiko bencana, berusaha mengajak para pihak untuk membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana. Khususnya mereka yang bedomisili di kawasan rawan bencana.

    Gatot Subroto, Kalaksa BPBD Provinsi Jawa Timur, dalam pernyataannya yang dimuat di jejakindonesia.id, rabu, 26/04/2023, mengatakan bahwa pihaknya ingin mengingatkan kepada masyarakat, bahwa ancaman bencana bisa terjadi kapan saja.

    “Apapun jenis ancamannya, masyarakat harus mengenali. Setelah mengenali, harus disiapkan strategi untuk selamat. Termasuk mengetahui rute atau jalur evakuasi, tempat evakuasi dan cara atau alat apa yang digunakan untuk evakuasi,” ujarnya.

    Untuk mewujudkan harapan Kalaksa BPBD Provinsi Jawa Timur itu, Mukidi yang juga anggota Forum PRB aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya budaya tangguh.

    Dimana ketangguhan itu tampak pada kemampuan masyarakat mengakses informasi terkait dengan kebencanaan dari sumber yang terpercaya. Kemudian, memiliki kemampuan mengantisipasi, kemampuan memproteksi diri, kemampuan beradaptasi, serta memiliki daya lenting pasca bencana.

    Mukidi juga memotivasi pengurus desa tangguh bencana, pengurus kecamatan tangguh bencana, dan mendampingi anggota PKK yang tergabung dalam dasa wisma tangguh bencana, untuk mengkaji kembali materi yang pernah dipelajari. Diantaranya menyusun peta rawan bencana, menyusun rencana aksi komunitas dan melakukan simulasi sesuai potensi bencana yang ada di daerahnya.

    Ini penting dalam rangka upaya meningkatkan kapasitas, wawasan dan kekompakan dalam upaya mewujudkan ketangguhan masyarakat menghadapi bencana.

    Sungguh, Mukidi telah melakukan tugasnya sebagai fasilitator destana dengan sekuat tenaga. Termasuk upaya mengajak masyarakat untuk mensukseskan HKB tahun 2023 yang bershio kelinci air. Pengalamannya pun telah dibagikannya melalui sosial media. Begitu juga dengan fasilitator yang lain, sebagai success story.

    Dari situlah Mukidi mempunyai gagasan untuk mengajak teman sesama fasilitator destana untuk membukukan pengalamannya, sebagai bukti otentik bahwa mereka pernah berbuat untuk masyarakat. [eBas/RabuPahing-26042023]

 

 

 

 

 

 

Senin, 17 April 2023

KETIKA ITU APRIL 2017

Dulu, seingat saya bulan april tahun 2017, mereka yang ditunjuk menjadi panitia pelaksana pertemuan akbar di Kota Malang sudah bersibuk diri. Mereka adalah panitia mubes pemilihan Sekjen FPRB Jawa Timur, bertempat di Hotel Pelangi, dan kongres pembentukan SRPB Jawa Timur di Hotel Regent Park. Keduanya di Kota Malang.

Ya, kala itu, panitia masing-masing organisasi sibuk menyusun agenda pertemuan agar kegiatannya sukses. Sibuk menyiapkan ubo rampe rapat, menata ruang pertemuan, menyebar undangan agar pesertanya dari komunitas yang merata dan dianggap bisa mewakili daerahnya dan golongan.

Juga ada panitia yang menyiapkan kamar peserta beserta konsumsinya agar mereka merasa nyaman dalam mengikuti seluruh agenda yang telah disiapkan. Beberapa peserta pun juga ada yang ikut membantu kesibukan panitia yang agak keteteran.

Termasuk melakukan lobi sana lobi sini, menggalang dukungan untuk memilih siapa yang dianggap layak menahkodai organisasi yang menjadi mitra BPBD Provinsi Jawa Timur dalam upaya pengurangan risiko bencana dan penanggulangan bencana sesuai kapasitas masing-masing.

Seingat saya, banyak pihak dari berbagai daerah di Jawa Timur yang diundang untuk mensukseskan perhelatan yang direstui oleh BPBD Provinsi Jawa Timur, sesuai azas keterwakilan dari masing-masing daerah dan golongan. Konon di Jawa Timur itu ada kultur mataraman, kultur pedalungan, dan kultur arek, yang memiliki karakter yang berbeda.

Dengan menu Hotel berbintang, seluruh peserta aktif berdiskusi, sambil kenalan. Karena banyak juga yang baru bertemu di ajang ini. Mereka berdebat untuk meloloskan jagonya, dan bersilat lidah menawarkan program-program yang akan dilakukan selama 3 tahun ke depan.

Ketika semua secara aklamasi menentukan pimpinannya, maka diharapkan dalam menyusun kepengurusan hendaknya memperhatikan keterwakilan daerah dan golongan. Bahkan ada yang mengusulkan adanya koodinator daerah untuk mempermudah bertukar informasi.

Sekarang sudah masuk tahun 2023, yang konon disebut sebagai tahun politik. Bulan april pun segera berganti, namun kesibukan ke dua organisasi, untuk mengadakan rapat pergantian pengurus belum tampak. Kasak kusuk pun tidak terdengar. Hal ini terjadi, mungkin karena kesibukan personilnya.

Atau mungkin karena bertepatan dengan bulan suci ramadhan, sehingga semua personil dari kedua organisasi sedang serius menjalankan ritual ramadhan dalam rangka menggapai pahala yang melimpah sesuai janji-NYA. Wallahu a’lam bishowab. Selamat menyambuh HKB tanggal 26 april dengan memukul kentongan sebagai tanda kesiapsiagaan menghadapi bencana. [eBas/ndleming dewe di malam 27]

 

 

 

 

 

Selasa, 11 April 2023

MUKIDI JADI KETUA FORUM FASILITATOR DESTANA

 Kemarin, setelah tarawih saya ngopi di warkop langganan bersama Mukidi. Sungguh, ngopi bersama Mukidi itu sangat menyenangkan, dan selalu ada hal baru yang diceritakan dengan gaya yang seru.

 Kali ini Mukidi bercerita tentang adanya rencana mengkoordinir seluruh fasilitator destana (fasdes) dalam sebuah wadah formal, agar mudah berkomunikasi dan memobilisasi antar fasdes. Dimana, sampai saat ini keterlibatannya dalam membangun ketangguhan masyarakat belum merata. Masih didominasi oleh pihak tertentu yang mengedepankan kedekatan.

 Konon, Sejak tahun 2012, sudah terdata sebanyak 752 Fasilitator yang tersebar di 33 Provinsi, 218 Kabupaten Kota dan 330 Desa di Seluruh Indonesia. Inilah yang akan di data ulang agar keberadaannya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk upaya pengurangan risiko bencana.

 Menurut Mukidi, fasilitator sebanyak itu, tidak sedikit yang sudah beralih profesi. Diantaranya ada yang menjadi konsultan BPBD dan BNPB, juga ada yang menjadi perangkat desa, serta fasilitator nasional kebencanaan yang menjadi mitranya BNPB. Bahkan ada juga yang menjadi karyawannya sebuah lembaga donor dari negara asing.

 “Namun, ada juga yang undur diri alih profesi karena merasa tidak pernah dipakai, merasa tidak memiliki kompetensi dan secara financial tidak menguntungkan,” Kata Mukidi sambil menggigit rondo royal kesukaannya.

 berdasar kenyataan itulah, masih kata Mukidi, BNPB Melalui Program Siap Siaga saat ini sedang membangun sistem Pengelolaan Fasilitator PRBBK/Destana/Program Ketangguhan Masyarakat. Sebagai tindak lanjut dari Temu Kangen Fasilitator Ketangguhan Masyarakat yang dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2023.

 Dalam undangan webinar yang mengambil tema Pengelolaan Fasilitator Membangun Ketangguhan Masyarakat terhadap Bencana dan Dampak Perubahan Iklim, BNPB mengajak semua pihak yang pernah terlibat  dalam Program Desa Tangguh Bencana, PRBBK dan Program Membangun Ketangguhan Masyarakat  untuk berpartisipasi dalam upaya mendata keberadaan fasdes.

 Saya melihat Mukidi sangat antusias menyambut program ini. Bahkan tampak sekali keinginannya untuk menjadi koordinator fasdes. Bahkan Mukidi sudah punya usulan nama dari wadah yang akan dibentuk. Yaitu Forum Fasilitator Desa Tangguh (F2DT).

 Tentu F2DT ini berbeda dengan FPRB yang mewadahi semua unsur pentahelix dalam pelaksanaan programnya. Juga sangat berbeda dengan SRPB yang berdirinya difasilitasi oleh mercycorp, atas restu Kalaksa BPBD Jawa Timur, waktu itu.

 Jika nanti Mukidi terpilih menjadi ketua F2DT, dia merencanakan menggelar rakor fasedes untuk menjalin silaturahmi, mengenal praktek baik gerakan pemberdayaan komunitas dalam rangka membangun ketangguhan masyarakat menghadapi bencana sesuai kearifan lokal.

 “Saya akan mendorong BNPB dan BPBD agar menyediakan anggaran khusus untuk operasionalisasi forum serta dana pembinaan untuk peningkatan kapasitas anggota. Karena, berdasarkan pengalaman, tanpa bantuan dana dari para pihak, maka keberadaannya bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau,” Kata Mukidi penuh keyakinan.

 Apa yang dikatakan Mukidi itu merupakan pengalaman yang didapat dari teman-temannya. Dia melihat bahwa jika sebuah komunitas tidak memiliki sumber dana sendiri (donatur tetap atau unit usaha mandiri), maka kegiatannya sangat terbatas dan tidak menyentuh semua anggota, yang ujungnya berdampak pada munculnya friksi yang kurang sehat.

 Saya hanya bisa manggut-manggut mendengar ambisi Mukidi yang begitu tinggi untuk merebut ketua F2DT. Padahal program ini masih rencana awal, yang perlu ditindak lanjuti dengan pertemuan selanjutnya. Baik itu daring maupun luring.

 Namun, bagaimanapun juga, keberanian Mukidi untuk bermimpi, penuh ambisi itu perlu diapresiasi. Karena sesungguhnyalah, untuk bermimpi saja dibutuhkan keberanian. Termasuk berani di paido berjamaah oleh teman seiring seperjalanan. Salam Waras. [eBas/Rabu-11042023-saat iktikaf malem selikur]

 

 

 

   

 

 

 

Senin, 10 April 2023

MUKIDI IKUT WEBINAR

     Kemarin, setelah tarawih, Mukidi tidak langsung pulang. Dia mampir ke warkop langganannya, yang selama bulan ramadhan ini hanya buka malam hari untuk menghormati bulan suci. Apalagi ada surat edaran dari Kampung tentang himbauan agar semua warkop tidak buka di siang hari.

     Seperti biasa Mukidi memesan kopi, sambil menikmati rondo royal kesukaannya. Disana juga ada Dalbo, dan Kaspo. Juga sedang ngopi setelah sehari berpuasa menahan hawa nafsu dan kopi.

     “tadi siang sampiyan ikut webinar tentang kreativitas komunitas dalam upaya PRB,” Tanya Mukidi kepada Dalbo, yang merupakan ketua dari salah satu komunitas relawan penanggulangan bencana, yang ada di kampungnya.

     “Sebenernya pengen ikutan, tapi lupa ketiduran. Maklumlah badan lemas, semalam gak sahur,” Kata Dalbo, sambil tersenyum.

     Kemudian Mukidi bercerita tentang webinar yang mengupas praktek baik tentang kerja-kerja kreatif dari sebuah komunitas dalam rangka ikut membangun ketangguhan masyarakat di daerahnya yang memiliki potensi bencana bansor (banjir dan longsor).

     Konon, mereka benar-benar melibatkan masyarakat dalam melakukan mitigasi bencana di daerahnya. Melalui kegiatan arisan, PKK, dan Tahlilan, para aktor mencoba menyadarkan masyarakat tentang adanya potensi bencana, dan bersama-sama mencari solusi agar bisa selamat dari bencana, sesuai kearifan lokal.

     Terkait dengan praktek baik yang diceritakan Mukidi, Kaspo, yang aktif di forum relawan bencana, mengusulkan agar Mukidi bisa mengajak para relawan yang menjadi anggota grup whatsapp, untuk memanfaatkan whatsapp sebagai media diskusi tukar informasi dan pengalaman, terkait dengan penanggulangan bencana. Baik itu saat pra bencana, tanggap darurat, maupun pasca bencana.

     “Dengan diskusi yang membahas kebencanaan maka secara tidak langsung akan menambah wawasan, sekaligus memperluas pertemanan. Bukan membahas di luar kebencanaan. Jika itu bisa dilakukan, maka akan menarik banyak pihak untuk mencoba menduplikasinya,” Kata Kaspo sambil mempermainkan asap rokoknya membentuk bulatan-bulatan, yang kemudian hilang.

     Apa yang dikatakan Kaspo ini ada benarnya. Karena senyatanyalah masih banyak komunitas relawan yang karena kesibukannya, enggan datang jika diundang rapat merencanakan kegiatan, dengan berbagai alasan.

     “Maaf saya tidak bisa merapat karena kondisi tsedang tidak bersahabat. Saya ikut saja semua keputusan rapat,” itu alasan klasik yang sering terlontar ketika diajak rapat.

     Artinya, mereka ini masih ingin dianggap sebagai tamu undangan untuk ikut mensukseskan sebuah acara., tanpa mau ikut repot-repot menyiapkan acara. Bahkan ada yang hanya mau berkontribusi sarana prasarana dan dana saja, daripada ikut rebyek menyiapkan acara.

     Padahal, sesungguhnyalah mereka itu pasti memiliki gagasan yang cemerlang jika diberi kesempatan, mereka juga mempunyai pengalaman dan kapasitas yang mumpuni di bidang kebencanaan, khususnya di fase tanggap darurat.

      Anggapan Kaspo itu ada benarnya, dan harus dimaklumi. Untuk itulah, menurut Kaspo, perlunya mengoptimalkan keberadaan grup whatsapp untuk membahas kerja-kerja kemanusiaan. Baik itu yang berhubungan dengan lingkungan alam maupun kebencanaan.

     Senyatanyalah, keberadaan dan inisiatif komunitas relawan itu banyak, serta sangat bermanfaat membantu pemerintah dalam menangani masalah kemanusiaan di daerahnya. Seperti kecelakaan lalu lintas, kebakaran, bencana banjir dan masalah sosial lainnya, yang memerlukan penanganan cepat.

     Namun, apa yang mereka lakukan masih sering timbul kesalah pahaman dikarenakan “jarang ngopi bareng” diantara aktor. Hal ini dimungkinkan karena tersendatnya jalur koordinasi dan komunikasi serta (mungkin) belum jelasnya SOP di lapangan. Untuk itulah perlu ada agenda ngopi barenga diantara aktor.

     Apa yang telah dilakukan komunitas relawan itu, tentunya perlu di dokumentasikan sebagai kenangan yang indah sekaligus menjadi bahan pembelajaran untuk meningkatkan kapasitas.

     Ingat bencana itu akan selalu berulang, bahkan semakin sering terjadi. Sehingga upaya peningkatan kapasitas menjadi hal yang wajib dilakukan secara mandiri, tanpa harus menunggu uluran tangan pemerintah maupun lembaga donor.

      Nah, dari cerita Mukidi yang ikut webinar tentang kreatifitas komunitas dalam upaya PRB itu, tentunya bisa diadopsi dengan membuat kegiatan yang memanfaatkan grup whatsapp untuk berkomunikasi, saling belajar, tukar informasi dan pengalaman sekaligus mempererat silaturahmi.

     Jika itu dapat berjalan, dan Mukidi dapaat “mengorkestrasi” anggota grup whatsapp, maka akan mempermudah koordinasi dan mobilisasi antar komunitas relawan dalam melakukan kerja-kerja kemanusiaan, sehingga kesalah pahaman yang selama ini sering timbul bisa dikurangi.

     “Namun gagasan si Kaspo itu tidak mudah terwujud karena berbagai sebab, diantaranya masih adanya ego sektoral diantara aktornya,” gumam Dalbo yang dari tadi hanya diam menyimak cerita Mukidi sambil nyeruput kopi. [eBas/SeninLegi-10042023]  

 

 

 

 

 

 

 

Minggu, 09 April 2023

TAKJIL MEMBAWA BERKAH BAGI SEMUA

 Walaupun ada larangan berbagi takjil menggunakan tas kresek, namun tidak menyurutkan niat baik dari berbagai komunitas peduli kemanusiaan untuk melakukannya. Tidak boleh  memakai tas kresek, ya dengan menggunakan bungkus kertas (paper bag), walaupun haus menambah dana ekstra. No problemo.

 Semua dilakukan demi menggapai remahan pahala ramadhan yang penuh berkah dan ampunan bagi hambanya yang ikhlas berbagi dengan sesamanya yang sedang menjalankan ibadah puasa.

 Setiap hari, melalui media sosial, mereka memposting kegiatannya yang terkait dengan pembagian takjil di berbagai tempat yang strategis. Bukan hanya sekedar memberikan kurma dan segelas air dalam kemasan. Namun, banyak juga yang membagikan nasi bungkus/kotak dengan lauk yang memenuhi standar gizi.

 Ya, mereka, antar komunitas seakan berlomba mengumpulkan remahan pahala ramadhan sebanyak-banyaknya, melalui kegiatan berbagi takjil. Sebuah kegiatan yang relatif mudah dan murah. Dengan catatan, semua elemen yang terlibat memiliki komitmen untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama.

 Disamping kegiatan berbagi takjil, mereka juga mengadakan buka bersama anak panti asuhan, juga dengan manula di Panti Jompo, serta acara Sahur On The Road. Tidak lupa, mereka juga menggelar acara buka bersama dengan lintas komunitas. Ya, semua tergantung dari kreativitas dan kesepakatan anggotanya serta dana yang tersedia.

 Pertanyaannya kemudian, mereka bisa berbuat seperti itu, dananya dari mana ?. ternyata mereka mengumpulkan dana secara mandiri dengan saweran antar anggota. Proses saweran bisa berjalan lancar karena semua anggota punya kepedulian terhadap suksesnya program komunitas yang telah disepakati.

 Besar kecilnya saweran tidak ditentukan, yang penting ikhlas berpartisipasi nyawer. Bentuknya tidak harus uang, namun bisa berupa barang atau tenaga.

 Disinilah dedikasi dan loyalitas anggota sangat diperlukan agar semua program yang direncanakan bisa berjalan sesuai harapan. Dampaknya, keberadaan komunitas diakui oleh berbagai pihak penerima manfaat.

 Tentu membangun sebuah komunitas yang solid dengan berbagai program yang disenangi anggotanya itu tidaklah gampang, tidak semudah membalik kedua tangan. Bahkan dengan penerapan teori yang hebat pun, belum tentu membuat anggotanya sepakat.

 Untuk itulah diperlukan kesepahaman bersama sebelum merancang kegiatan. Dengan kata lain, terlebih dulu menyamakan frekwensi sebelum membuat aksi. Termasuk kegiatan berbagi takjil. Agar membawa berkah bagi semua.  

 Alangkah eloknya jika diantara komunitas itu ada yang berkenan mengadakan semacam sarasehan untuk sharing session, berbagi pengalaman tentang kerja-kerja kemanusiaan yang selama ini telah mereka lakukan, termasuk kegiatan berbagi takjil yang dilakukan rutin setiap bulan ramadhan.

 Dari situlah antar komunitas akan saling belajar dalam rangka meningkatkan kapasitas, terkait dengan dedikasi dan loyalitas untuk memperbaiki kinerja komunitasnya. Wallahu a’lam. [eBas/SeninLegi-10042023]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Senin, 03 April 2023

KETIKA RELAWAN BERTAKJIL

 Konon acara berbagi takjil itu sudah lama ada. Bedanya adalah  cara penyajiannya, cara penyampaiannya, dan jenis makanan yang diberikan sebagai takjil. Salah satu makanan yang sering muncul dalam setiap acara berbagi takjil adalah kurma.

 Namun tampaknya saat ini kurma mulai kurang diminati, khusunya kurma yang bentuknya sudah mblenyek, berair dan lengket. Namun jika warna, rasa dan bentuknya yang menarik, masih sangat diminati dan tentu diharapkan, tapi itu mahal, sehingga menjadi sajian istimewa yang tidak semua orang bisa menikmati.

 Kebiasaan relawan berbagi takjil itu sesuai dengan perintah agama. Yaitu, selain ibadah puasa, juga mengeluarkan sedekah di bulan ramadhan. Konon, mereka yang berkenan memberikan takjil kepada orang yang berpuasa, niscaya ia akan mendapatkan pahala sama seperti pahala orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.

 Hal ini seperti yang ada di dalam Hadist riwayat Tirmidzi, "Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikit pun juga.".

 Dengan adanya janji limpahan pahala ramadhan, berbagai komunitas relawan dengan kemampuan dan caranya, mereka mengagendakan acara berbagi takjil. Biasanya dilakukan di jalanan yang ramai dilalui sepeda motor. Ada juga yang sengaja berbagi takjil setiap hari di basecampnya.

 Biasanya takjil itu diantaranya berupa kopi, es teh, kolak, es cao, air putih dan gorengan. Namun beberapa komunitas ada yang menyediakan makan berupa nasi kotak, nasi soto dan menu lain sesuai anggaran.

 Bahkan ada beberapa komunitas relawan yang berkolaborasi mengagendakan beberapa acara bersedekah. Tidak hanya berbagi takjil, buka bersama dan saur on the road saja, namun juga mengadakan kunjungan ke rumah jompo dan panti asuhan yatim piatu. Semua dilakukan dengan penuh gembira dalam rangka meraih pahala ramadhan sebanyak banyaknya.

 Mereka bisa menggelar acara secara simultan itu karena semua mitranya punya kesadaran tinggi tentang makna berorganisasi, bersinergi, dan berkolaborasi mensukseskan sebuah karya, sesuai bidang dan kemampuannya.

 Tentu membangun sebuah organisasi yang solid itu memerlukan proses panjang dengan mengedepankan partisipatory dan transparansi (istilah kerennya, tiada dusta diantara kita). Di beberapa kasus, ada organisasi yang solid secara instan, namun keberadaannya didukung sponsor dan adanya pihak donor yang memanjakan.

 Disinilah makna saling merangkul dan menguatkan itu terjadi. Bukan sebuah retorika belaka untuk tujuan tertentu. Ya, disinilah egosentris ditepis dengan rasa kebersamaan yang berbuah manis.

 Prosesi berbagi takjil di tahun 2023, yang sering disebut dengan politik ini, sedikit terkendala oleh larangan menggunakan tas kresek untuk mewadahi takjil. Sehingga ada tambahan dana untuk pengadaan wadah pengganti tas kresek. Namun demi mengharap pahala ramadhan, prosesi berbagi takjil pun tetap diagendakan oleh relawan dimana saja berada.. Wallaho a’lam bishowab. Semoga lelahmu menjadi lillah. [eBas/SeninWage-30342023]