Senin, 30 Oktober 2023

MENGAJAK WARGA BERGERAK ANTISIPASI BANJIR DI DESANYA

 Mukidi bersama anggota Komunitas Relawan Edukasi Bencana (KOREB), mendampingi warga Desa membangun ketangguhan mengadapi bencana berbasis kearifan lokal. Desa yang didampingi Mukidi merupakan langganan bencana setiap musim hujan tiba.

 Awalnya Mukidi masuk melalui kegiatan Posyandu dan PKK yang sedang mendapat penyuluhan penanganan stunting dari relawan Dinas Kesehatan Kabupaten. Dari situlah Mukidi dipersilahkan Kepala Desa untuk mendampingi warga Desa yang tergabung dalam kader Desa, karang taruna, remaja masjid, PKK dan pengurus lembaga pemberdayaan masyarakat desa (LPMD), dalam sebuah pelatihan Warga Desa Tangguh Bencana.

 Dalam mendampingi warga Desa, Mukidi dan anggota KOREB memanfaatkan materi SPAB dan KATANA, DESTANA, dan KENCANA, serta API. Tidak ketinggalan materi tengang PRBBK juga di senggol.

 Itulah salah satu bentuk kreativitas relawan dalam upaya menumbuhkan kesadaran warga untuk membangun ketangguhan menghadapi bencana. Intinya bagaimana memahamkan warga bahwa di Desanya ada potensi bencana yang harus disikapi dengan bijak.

 Salah satu metode yang digunakan Mukidi adalah mengajak peserta pelatihan jalan-jalan untuk mencari tahu penyebab banjir. Mereka diajak melihat kondisi sungai yang kotor oleh sampah, juga melihat pendangkalan dan penyempitan luasan badan sungai akibat tumpukan sampah.

 Dari kegiatan jalan-jalan itu, peserta disuruh membuat laporan sekaligus usulan untuk tindak lanjutnya untuk mengatasi kondisi sungai agar terbebas dari sampah. Mereka juga diajari tentang bagaimana menyusun berbagai dokumen untuk memudahkan upaya penanggulangan bencana.

 Seperti diantaranya menyusun dokumen rencana penanggulangan bencana, kajian risiko bencana, dan  dokumen rencana aksi komunitas.termasuk bagaimana membuat peta kawasan rawan bencana.

 Pada bagian lain, peserta diperkenalkan dengan materi mitigasi, kesiapsiagaan, Manajemen Dapur Umum, Manajemen Posko, serta penanganan penyintas di tempat pengungsian. Termasuk pelayanan terhadapa kelompok rentan dan bagaimana mengatasi dampak yang ditimbulkan setelah banjir berlalu.

 Mukidi juga mengajari peserta tentang bagaimana upaya mengamankan barang-barang berharga dan dokumen penting ke dalam Tas Siaga. Semua disampaikan secara menarik diselingi fun game dan praktek bersama. Seperti praktek membuat berbagai dokumen, peta rawan bencana dan simulasi menghadapi banjir.

 Hari hasil penyusunan laporan jalan-jalan, peserta sepakat menindaklanjuti dengan mengadakan gerakan bersih-bersih sungai yang diikuti oleh seluruh warga Desa dan aparatnya. Disamping mengangkat sampah, juga mengembalikan luasan badan sungai dengan cara membuang endapan lumpur campur sampah, baik yang ditengah maupun yang di tepi sungai.

 Sampah yang kering dibakar sampai habis jadi abu. Sisanya dijadikan pupuk kompos atau dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir kejasama dengan Dinas lingkungan Hidup.

 Sungguh apa yang dikerjakan Mukidi dan KOREB di atas itu masih rancangan belaka. Sebuah angan-angan yang realisasinya menunggu anggaran. Entah dari mana. Pemerintah, swasta, lembaga donor, dan lainnya.

 Ya, karena tidak ada makan siang yang gratis. Semua perlu anggaran untuk menjalankan kegiatan, seperti kawan-kawan Mukidi yang selama ini rajin mendampingi warga untuk membangun resiliensi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Tanpa anggaran tampaknya sangat sulit terjadi sebuah kegiatan pendampingan yang memberdayakan.

 Artinya, semua komunitas relawan dapat dipastikan mau melakukan pendampingan untuk memberdayakan warga dibidang kebencanaan jika didukung anggaran yang menyenangkan sekaligus membanggakan untuk dipamerkan di media sosial. Masalah hasil itu nomor sekian, yang penting asik. Salam Waras. [eBas/SelasaKliwon-31102023]

 

   

 

 

 

 

Minggu, 29 Oktober 2023

ECENG GONDOK SALAH SATU SAMPAH DI SUNGAI SURABAYA.

Hari jumat Legi (27/10/2023), BPBD Kota Surabaya mengajak berbagagai pihak mengadakan bersih-bersih sungai yang melintas di wilayah Kecamatan Mulyorejo. Lokasinya dekat kampus ITS, di Surabaya timur.

Kepala BPBD Kota Surabaya, sesuai petunjuk salah satu pejabat di Pemkot Surabaya mengingatkan agar yang “nyemplung” ke kali hanya petugas dari Dinas Lingkungan Hidup dan BPBD saja. Ini dikarenakan sampah yang dibersihkan adalah tanaman eceng gondok yang memenuhi area sungai seluas kurang lebih 600 meter.

Sedangkan pihak lain yang terlibat, termasuk relawan, cukup membantu menarik eceng gondok yang ada di pinggir sungai, untuk dikumpulkan dan diangkut truck yang telah disediakan oleh Pemkot.

Ya, kali ini gerakan bersih-bersih sungai dikonsentrasikan pada eceng gondok. Dimana, jika sungai tidak dibersihkan dari tanaman ini akan berpengaruh pada terhambatnya aliran sungai yang dapat menimbulkan banjir jika musim penghujan.

Dalam berbagai literatur, Eceng gondok (Eichonia crassipe) hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 – 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung.

Apabila semakian banyak eceng gondok yang ada di sungai maka cahaya matahari akan menjadi susah untuk masuk ke dalam perairan, ikan akan kekurangan vitamin dari matahari dan mempersulit untuk ikan bernapas karena eceng gondok yang menutupi perairan tidak menyediakan ruang untuk ikan mengambil udara bebas.

Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian penelitian seputar eceng gondok oleh peneliti Indonesia antara lain oleh Widyanto dan Susilo (1977) yang melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni).

Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan. Disamping pendangkalan akibat dari sampah yang dibuang warga ke sungai.

Sungguh, petugas dari DLH dan BPBD sangat terlatih menangani eceng gondok. Disamping ada yang menceburkan diri ke sungai, mereka juga diperkuat oleh dua Beghoe dan beberapa perahu karet, mereka mengumpulkan eceng gondok untuk kemudian di angkut oleh truck sampah ke tempat pembuangan.

Hasilnya, dalam waktu singkat, eceng gondok yang memenuhi area sekirta 600 meter sudah bersih. Termasuk sampah domestik, yang terdiri dari plastik, kayu, bantal, pampers, sandal japit, tas sekolah, dan styroform.

Terkait dengan sampah di sungai Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, saat mengudara di Radio Suara Surabaya, sabtu pahing (28/10/2023) mengatakan, sungai-sungai yang banyak ditumbuhi eceng gondok terindikasi sering dibuangi tinja.

“Sebenarnya eceng gondok itu juga indikator bahwa di situ (sungai) dibuangi tinja. Jadi misalnya warga, kalau ada yang biasanya sedot (WC) di kampung itu kan ada sedot WC yang geledekan (atau truck tinja, red) harusnya buangnya ke IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja), jangan buang ke badan air (sungai),” jelasnya.

Ya, begitulah nyatanya, Sungai yang melintasi Kota Surabaya masih dianggap oleh warga sebagai tempat yang praktis dan gratis untuk membuang aneka macam sampah. Jelas, dampaknya adalah, daya tampung badang Sungai akan berkurang dikarenakan luasan dan kedalaman Sungai yang semakin dipenuhi sampah. Banjir adalah salah satu akibat yang menyertainya.

Kalau sudah begini, alangkah eloknya jika Pemerintah Kota mengajak komunitas relawan peduli lingkungan yang banyak tumbuh di Kota Surabaya, untuk secara berkala mengadakan edukasi kepada warga yang berdiam di bantara sungai agar lebih peduli terhadap kebersihan sungai. Termasuk mengadakan gerakan bersaih-bersih sampah di seputaran sungai.

Tentunya, upaya ini perlu dibahas bersama antar pihak, dibawah kendali BPBD Kota Surabaya, dalam suasana guyub rukun tanpa tekanan dan ketakutan, serta dengan hati yang dingin tanpa emosi sambil nyruput kopi panas dan nyakoti “rondo royal” yang masih anget. [eBas/MingguPon-29102023]

 

 

 

 

 

 

Rabu, 25 Oktober 2023

ARISAN ILMU NOL RUPIAH PROGRAM IKONIK SRPB JATIM

 Gegara pandemi covid-19 dari Wuhan, China, yang menebar kematian di tahun 2020, maka program Arisan Ilmu Nol Rupiah (AINR) dihentikan oleh pengurus sebagai bentuk ketaatan kepada aturan social distancing, sebagai upaya memutus rantai covid-19.

 Kini, seiring perjalanan waktu, dimana ancaman covid-19 telah berlalu, pengurus SRPB Jatim yang baru terpilih, bersepakat untuk melanjutkan program AINR secara berkala, seperti dulu lagi. Sesuai pamflet (flyer) yang beredar, acara akan dilaksanakan pada hari minggu (28/10/2023). Tidak terasa AINR kali ini merupakan yang ke 51. Sebuah prestasi yang ditorehkan SRPB Jatim dalam upaya meningkatkan kapasitas relawan secara mandiri.

 Konon, untuk mengawali kegiatan ikonik ini, acara akan digelar di Joglo Kadiren (Joka), daerah Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Tempat lahirnya gagasan AINR pasca kongres SRPB Jatim yang pertama, April 2017, di Hotel Regent Park, Kota Malang. Acaranya dibarengkan dengan pisah kenal pengurus SRPB Jatim periode 2020 - 2023 dan 2023 - 2026.

 Ya, konon, awal mula disepakatinya program AINR menjadi salah satu program ikonik dari SRPB Jatim, adalah sebagai upaya membangun kebersamaan dan kesepahaman akan pentingnya belajar berorganisasi, berkoordinasi sekaligus sebagai media silaturahmi antar komunitas relawan.

 Namanya juga nol rupiah, maka semuanya ya serba mandiri berbasis BDD (bayar dewe dewe). Dimana, nara sumbernya tidak dibayar, peserta juga tidak ditarik kontribusi (HTM), dan konsumsi kegiatan merupakan hasil saweran seikhlasnya. Nyatanya acara ini sangat diminati para pihak. Diantaranya untuk menambah wawasan dan memperluas jejaring kemitraan.

 Adapun bahasan AINR yang pertama ini adalah tentang Manajemen Relawan Penanggulangan Bencana, dan Aplikasi E-Volunteer yang baru dikembangkan oleh BPBD Jatim, bersama Siap Siaga.

 Konon, E-Volunteer ini sebagai media pendataan keberadaan relawan dengan segala kapasitas yang dimiliki untuk mempermudah koordinasi dan mobilisasi. Dengan demikian diharapkan seluruh relawan mengisi aplikasi ini.

 Tentu, pengurus SRPB Jatim yang dipimpin Wawan Kim, telah menyiapkan beragam materi dengan nara sumber yang mumpuni dibidangnya untuk mengisi agenda AINR selanjutnya. Namun, seperti beberapa tahun yang lalu, jika ada nara sumber istimewa berkenan berbagi cerita di AIRN, maka akan diutamakan.

 Misalkan ada pejabat BNPB yang bertepatan tugas di Jawa Timur, maka pengurus SRPB akan mencoba berkomunikasi untuk meminta kesediaannya untuk ngobrol bareng di arena AIRN. Begitu juga dengan para pakar dan praktisi kebencanaan yang lain, sangat diharapkan kesediaannya untuk meramaikan program ikonik yang bernama arisan ilmu non rupiah.

 Jika SRPB Jatim mempunyai program AINR, pastilah komunitas lain juga punya program sejenis dengan nama yang berbeda sesuai kesepakatan. Itu sah sah saja sebagai wadah jagongan antar relawan untuk saling berbagi informasi, dan saling tukar cerita.

 Siapa tahu dari kegiatan itu muncul inspirasi untuk membuat aksi kolaborasi dengan berbagai pihak terkait dengan upaya pengurangan risiko bencana dan membangun ketangguhan masyarakat menghadapi bencana. Salam waras, sukseskan gerakan literasi agar tidak mudah emosi membaca komentar dari mereka yang tidak disukai. [eBas/KamisKliwon-26102023]

 

 

 

 

 

 

 

Minggu, 22 Oktober 2023

MAPALA JONGGRING SALAKA

Kemarin, hari minggu legi (22/10/2023) saya berkesempatan dolan ke sekretariat mapala Jonggring Salaka (JS), Universitas Negeri Malang (d/h IKIP). Tempatnya di gedung ormawa. Sebuah gedung megah khusus berisi semua organisasi yang ada dan diakui oleh rektorat. Seperti biasanya, JS diberi jatah menempati 3 ruangan. Ruang sekretariat, gudang atas dan gudang bawah. kok bisa ya dapat tiga ?. apa karena ngeyel ?

Saya kesana sore hari, sekretariat sepi masih terkunci. Di luar ada meja berisi gelas bekas kopi, asbak penuh puntung rokok. Juga ada perahu karet kempes dan beberapa alat musik yang berserakan. Ya, dari dulu sekretariat JS memang tidak pernah rapi. Terkesan kumuh berdebu tapi tidak bau.

Sebelas menit saya menunggu sambil tolah toleh tidak menentu, barulah muncul dua cowok ganteng dan seorang cewek manis datang. Bergantian salaman dengan santun, tanda mereka masih menaruh hormat kepada “seniornya”. tanpa rasa sungkan, obrolan pun mengalir begitu saja bersahutan. Tentu, sesekali nengok gawai diiringi jemarinya lincah mengirim komentar di grup whatsapp sambil tersenyum tipis.

Simbak yang manis itu pun tak kalah sibuk nggodok banyu untuk membuat wedang kopi. Cangkir kecil untuk saya, dan cangkir besar untuk mereka bertiga, sebagai simbul kebersamaan, senasib seperjuangan yang turun temurun sebagai tradisi Jonggring Salaka..

Mereka bercerita bahwa saat ini sedang sibuk menyiapkan diklat lapangan di daerah Pujon. Juga sibuk nyablon kaos kebanggaan JS. Semoga saya punya rejeki agar dapat ikut memiliki kaos bergambar Raja Babi (Srenggi Gantari) simbol Diklat JS 42 tahun 2023.

Mereka juga bilang bahwa di kampus sudah ada tim reaksi cepat (TRC) yang merupakan gabungan dari mapala, menwa, pramuka, dan KSR, untuk diterjunkan ke lokasi bencana saat tanggap darurat. Namun karena kurangnya koordinasi dan ketidak pahaman pihak rektorat, maka TRC ini sering berjalan sendiri tanpa melibatkan yang lain, termasuk JS.

“Arek-arek wis bolak balik protes tapi yo durung onok solusi. Bahkan TRC ingin berdiri sendiri sebagai ormawa,” Kata mas ganteng jurusan geografi, yang baru lulus setelah kuliah selama lima tahun. Namanya lupa saya gak tanya.

Terkait dengan TRC, masih kata sarjana anyaran ini, ada keinginan suatu saat arek JS perlu belajar tentang penanggulangan bencana, agar paham apa yang harus dilakukan ketika pra bencana, tanggap bencana, dan pasca bencana.

Sementara di Unesa (d/h IKIP Surabaya) juga sudah ada TRC (namanya lupa), Sudah tertata dengan baik, termasuk dukungan anggaran dari rektorat. Konon mereka juga mengerahkan mahasiswa KKN pada saat pasca bencana dalam rangka rehab rekon melalui bidang pendidikan dan keterampilan fungsional untuk upaya percepatan pemulihan ekonomi warga terdampak bencana.  

Sambil nyruput kopi sasetan, mas ganteng itu juga punya keinginan mengajak para aktivis JS seangkatannya, untuk membuat buku tentang semua kiprah yang dilakukan selama menjadi aktifis JS, sebagai kenangan terindah untuk generasi penerusnya agar tidak “Kepaten obor” dan terus nyambung paseduluran, sesuai jargon sekata sehati setujuan. Semoga keinginan itu jadi nyata, bukan angan semata.

Temaram senja menggelayut di gedung ormawa, para aktivisnya yang beragama islam, mulai beranjak ke Mushola untuk sholat magrib berjamaah. Sebelum pulang, saya juga ikutan menjadi makmum, bersebelahan dengan cowok berbaju hitam yang dipunggungnya bertuliskan BEM - UM (kalau tidak salah baca). Tampaknya sudah beberapa hari tidak ganti, sehingga agak semriwing baunya. [ghep’83]

 

  

Kamis, 12 Oktober 2023

NGOBROL TENTANG AKSI ANTISIPASI DENGAN SEGALA MASALAHNYA

Beberapa kegiatan yang dibuat BNPB untuk meramaikan gelaran peringatan bulan pengurangan risiko bencana pada tanggal 10 - 15 Oktober 2023, di Provinsi Sulawesi Tenggara. Diantaranya adalah Talkshow Aksi Kesiapsiagaan dalam Mendorong Situasi Siaga Darurat (Aksi Antisipatif). Kamis (12/10/2023).

Kegiatan ini didasari oleh meningkatnya frekwensi kejadian bencana setiap tahunnya. Jumlah kejadian bencana di Indonesia per Agustus tercatat 2.714 kejadian. Bencana hidrometeorologi masih mendominasi yang sifatnya dapat diprediksi.

Hal ini membutuhkan pendekatan penanganan darurat yang berbeda. Di global, paradigma penanganan darurat bencana bergeser ke pendekatan aksi antisipatif (AA).

Aksi antisipatif adalah serangkaian tindakan yang diambil untuk mencegah atau mengurangi potensi dampak bencana sebelum terjadi guncangan atau sebelum dampak akut dirasakan.

Hal ini diakui sebagai solusi utama untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan peristiwa cuaca ekstrem. Namun ke depan, Aksi Antisipatif ini juga akan dikaitkan dengan upaya mengurangi dampak yang diakibatkan adanya bencana.

Swiss Bel Hotel dipilih sebagai tempat untuk membahas, mengadvokasi dan mendiseminasikan hasil-hasil lokakarya serta arah kebijakan yang akan disusun sebagai payung bersama dalam Aksi Antisipatif.

Mirza, ketua panitia acara, mengatakan bahwa talkshow ini sebagai media untuk mendiskusikan tentang aksi kesiapsiagaan dalam situasi tanggap darurat. Termasuk tantangan yang sering muncul serta solusinya, termasuk pendanaan kegiatan. Hal ini sejalan dengan prinsip aksi antisipasi, yang meliputi peringatan didni, aksi dini, dan pendanaan.

“Hasil diskusi ini hendaknya dapat menjadi masukan untuk menyusun kebijakan, sekaligus dapat mendorong aktor lokal untuk menyusun dokumen yang diperlukan. Seperti dokumen renkon,” Katanya.

Prasinta, seorang pejabat BNPB, dalam sambutannya, mengatakan bahwa bencana hidrometeorologi semakin banyak terjadi di berbagai daerah di indonesia. Begitu juga korban yang ditimbulkannya juga semakin banyak.

Untuk itulah melalui acara ini, semua pihak yang terlibat dalam masalah bencana, hendaknya meningkatkan perannya secara kolaboratif untuk mengurangi dampak bencana, sekaligus sebagai upaya membangun budaya tangguh bencana.

“Upaya melakukan mitigasi dan sistem peringatan dini hendaknya dilakukan secara cepat, tepat dan mudah dipahami serta dilakukan oleh masyarakat. Termasuk oleh kelompok rentan,” Harapnya.

Dalam diskusi yang mendatangkan nara sumber, diantaranya dari Kemendesa PDT, Kemenko PMK, Kemendagri dan berbagai pihak itu, membahas aksi antisipasi di saat siaga darurat untuk mengurangi dampak bencana dengan memanfaatkan keberadaan sistem peringatan dini yang mudah dipahami khalayak ramai, termasuk kelompok rentan.

Dibahas pula tentang sumber dana kegiatan itu dari mana, siap yang dapat memanfaatkan anggaran tersebut untuk mendukung aksi antisipasi, dan juga apakah aturan untuk memanfaatkan anggaran itu sudah ada dan dipahami oleh semua pejabat terkait di daerah dan mau menjalankannya ?.

Masalahnya, dibanyak daerah belum semua pemda memahami dan mau mencairkan anggaran untuk kegiatan kebencanaan, termasuk aksi antisipasi. Apalagi, tidak sedikit pejabat daerah belum menganggap masalah bencana itu penting. Disamping  mereka juga takut diciduk itjen, BPK, dan KPK.

“Kenyataannya, setiap pemda dan OPD masih berbeda dalam memahami aturan yang ada. Hal inilah yang membuat aturan itu belum banyak dijalankan. Inilah tugas kita bersama,” Kata salah satu narasumber.

Ada juga usulan agar pasal 61 UU nomor 24 tahun 2007, direvisi. Pasal tersebut berbunyi, Pemerintah dan pemerintah daerah mengalokasikan anggaran penanggulangan bencana secara memadai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf e, huruf f dan Pasal 8 huruf d.

Kata “memadai” hendaknya diganti dengan yang lebih tegas. Misalnya 10 persen dari APBN/APBD. Sehingga tidak ada perbedaan dalam menafsirkan kata “memadai” oleh setiap pemda.  

Wahyu dari WFP, mengatakan bahwa sebenarnya semua aturan perundangannya sudah ada semua. Tinggal ada tidaknya political will untuk melakukannya sesuai juklak dan juknisnya.

Diakhir acara, ada himbauan agar Desa yang memiliki potensi bencana hendaknya sejak awal sudah merencanakan dana desa dialokasikan untuk kegiatan kebencanaan. Baik itu untuk mitigasi, pelatihan, simulasi, pembelian sarpras pendukung, termasuk pengadaan rambu evakuasi. Bahkan dana Desa juga dapat digunakan untuk kegiatan pelestarian lingkungan hidup.

Diingatkan pula bahwa bencana adalah usuran bersama, bukan urusannya pemerintah saja. Untuk itulah nantinya dengan diberlakukannya program kecamatan tangguh bencana, maka setiap kecamatan juga “ngurusi” masalah bencana. Hal ini kiranya para pihak yang terlibat dalam Forum PRB hendaknya mulai menata diri agar dapat dilibatkan dalam usuran kebencanaan di semua level pemerintah. Yang bagaimana itu ?. mari kita tunggu cerita selanjutnya. [eBas/KamisLegi-12102023]

  

 

   

 

 

 

 

 

Rabu, 11 Oktober 2023

JAMAAH LC DIGANDENG ASAR HUMANITY MENYALURKAN BANTUAN SOSIAL.

Konon, semua bermula dari Wahid, aktivis Jamaah LC yang berbagi cerita tentang adanya lembaga donor bernama Asar Humanity, yang sedang mencari “komunitas” yang secara sukarela berkenan membantu menyalurkan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Wahid pun berkoordinasi dengan anggota Jamaah LC yang untuk merencanakan kemana saja bantuan itu akan disalurkan. Masing-masing memberikan masukan dengan segala argumentasinya. Ada yang usul disalurkan ke panti asuhan yatim piatu, lembaga PAUD, Majlis Taklim, kepada penjual makanan kaki lima. Seperti penjual bakso, nasi goreng, cilok dan sejenisnya.

Senin (25/09/2023) dua truck merapat di basecamp Jamaah LC, membawa berdos dos bumbu masak, seperti mayones, dan saos tomat, yang siap diedarkan kepada mereka yang dianggap layak menerima.

Sungguh basecamp berubah menjadi gudang dengan tumpukan kardus berbagai ukuran. Karena tidak tertampung di dalam, maka sebagian ditumpuk di teras. Untungnya musim kemarau sehingga tidak kehujanan.

Wahid langsung bergerak cepat menghubungi kawan-kawan Jamaah LC untuk langsung nyicil membagikan ke beberapa pihak yang sudah diidentifikasi. Ada yang langsung diberikan kepada lembaga dalam kardus-kardus untuk kemudian dibagi kepada warga sesuai kebijakan. Atau, sudah dibagi per paket.

Kegiatan membantu menyalurkan bantuan sosial dalam jumlah besar ini merupakan pengalaman pertama bagi anggota Jamaah LC. Sehingga dalam pendistribusiannya agak kerepotan, namun akhirnya dapat tersalurkan semua sesuai amanah. Termasuk mendokumentasikan saat pendistribusiannya.

Semoga kepercayaan pihak lain kepada Jamaah LC hendaknya dijaga dengan baik penuh tanggungjawab. Termasuk juga "jangan sampai ada dusta diantara kita”. sehingga pihak lain percaya  untuk melanjutkan kegiatan serupa di kemudian hari.

Tentu, pengalaman ini harus dijadikan bahan pembelajaran bagi Jamaah LC. Salah satunya adalah Jamaah LC harus memiliki data warga yang layak menjadi sasaran program bantuan sosial serta program sosialisasi dan edukasi pengurangan risiko bencana dalam segala bentuknya.

Terimakasih kepada Asar Humanity yang berkenan mengajak kami, Jamaah LC untuk penyebaran bantuan sosial. Sungguh banyak hal yang dapat menjadi tambahan wawasan anggota Jamaah terkait dengan bagaimana melaksanakan kegiatan ini.

Semoga kerjasama ini dapat berlanjut dalam berbagai macam kegiatan. Termasuk kegiatan peningkatan kapasitas untuk relawan penanggulangan bencana. Salam Tangguh, Selalu Amanah. [eBas/KamisLegi-12102023]

 

   

Rabu, 04 Oktober 2023

SEMALAM DI GRAND AL-MUALLIM SAMPANG

Tahun 2023, yang bertepatan dengan tahun politik, pengurus F-PRB Jawa Timur masa bakti 2020 - 2023 telah memasuki purna tugas. Sudah waktunya digelar sebuah musyawarah besar (mubes) sebagai media untuk melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan program selama tiga tahun masa pengabdiannya.

Kesepakatan pengurus, gelaran mubes ke-4 ini bertempat di Pondok Pesantren (ponpes) Assirojiyyah, Kota Sampang. Konon, dipilihnya Sampang menjadi tempat mubes, diantaranya keberadaan F-PRB Kabupaten Sampang aktif dalam menjalankan programnya, yang inovatif dan berdampak langsung bagi masyarakat sekitar.

Sungguh, Ponpes tempat mubes sangat bagus dan strategis. Bayangan yang melintas tentang sebuah Ponpes adalah kumuh dan kotor, karena terkait dengan budaya lokal. Ups …. ternyata salah. Ponpes ini menempati lahan yang luas dengan gedung-gedung megah dan indah. Sangat layak untuk berbagai kegiatan yang menunjang proses belajar mengajar.

Andai pun ada sampah, paling-paling berupa sampah plastik. seperti tas kresek,  botol plastik, styrofoam, bungkus jajan, permen, es krim dan sarung, baju koko, celana kolor dan kaos. semua dibiarkan berserak. mungkin belum sempat dimusnahkan karena kesibukan. Mengingat sampah jenis ini memerlukan waktu lama untuk musnah sendiri.

begitu juga dengan aneka tanaman juga banyak tumbuh di sekeliling Pondok. jika rajin disirami dan dirawat, mungkin dalam jangka waktu lima tahun lagi hasilnya dapat dinikmati oleh warga Pondok dan tentunya kehadiran aneka tanaman buah itu akan memperindang lingkungan Pondok, mengundang aneka burung liar untuk turut serta menikmati jerih payah para santri menghijaukan Pondoknya.

Mubes ke-4 ini menempati gedung yang representatif. Bangunannya bergaya rumah panggung Kalimantan. Semua terbuat dari kayu Kalimantan, sumbangan dari alumni Ponpes yang berasal dari Kalimantan. Bahkan, konon, saat peresmian Gedung ini, selain dihadiri oleh santri dan alumni, juga pejabat setempat. Bahkan katanya juga dihadiri oleh sultan dari Kalimantan.

Begitu juga tempat penginapan peserta mubes. Menempati sebuah gedung besar terdiri dari tiga lantai, namanya Gedung Grand Al-Muallim. Dimana, lantai dasar untuk kamar mandi santri dan pengunjung Panpes. Bentuk kamar mandinya unik dan bersih, jauh dari kesan kumuh dan bau.

Lantai ke dua, disulap menjadi kamar-kamar yang bersih, harum dan berpendingin. Sangat nyaman untuk istirahat. Semuanya disediakan untuk para tamu Ponpes dengan berbagai keperluan. Misalnya, orang tua santri yang berkunjung ke Ponpes untuk “nyambangi” anaknya. Sementara lantai tiga masih dalam proses pembenahan, entah nanti akan dijadikan apa.

Sungguh, kawan-kawan pengurus F-PRB Kabupaten Sampang sangat memanjakan peserta mubes dengan fasilitas yang cukup representatif untuk sekelas relawan. Hal ini membuat peserta rajin dan aktif mengikuti seluruh agenda mubes yang dikemas secara santai, penuh suka cita dan bergembira.

Di lokasi juga diadakan bazar dengan berbagai produk unggulan. Diantaranya kopi mangrove yang rasanya cetar penuh sensasi. Juga ada donor darah dan periksa kesehatan secara gratis dan dilayani dengan ramah.

Mubes yang bertepatan dengan diselenggarakannya acara gelar relawan penanggulangan bencana se Kabupaten Sampang ini, berjalan sesuai dengan agenda yang direncanakan. Walau agak molor sedikit, dan tidak tepat waktu, itu biasa terjadi dimana-mana. Semua peserta memaklumi, yang penting konsumsi tidak pernah ingkar janji. Melimpah penuh berkah tidak bikin masalah.

Penentuan tata tertib persidangan, laporan pertanggungjawaban, sidang komisi dan pemilihan sekjen baru pun dilakukan dalam suasana riang hati dan secara aklamasi tetap mempertahankan mBah Dharmo menggenggam jabatan Sekjen untuk masa bakti 2023 - 2026.

Ucapan selamat dan dukungan datang dari berbagai pihak. Salah satunya dari Gatot Noegroho, seorang pejabat BPBD Kota Batu, yang setia membersamai perjalanan F-PRB Jawa Timur dengan segala suka dukanya.

“Selamat Mbah... Semoga tetap amanah dan bertambah lagi pengabdiannya untuk penyebaran virus Pengurangan Risiko Bencana di Jawa Timur,” Katanya lewat postingan di grup whatsapp.

Menanggapi berbagai ucpan dari koleganya, mbah Dharmo membalas dengan semanak bijaksana, dan sabar tanpa nada jumawa sebagai pemenang kontestasi mubes ke-4. Dengan santun mbah Dharmo juga berharap kepada seluruh anggota Forum untuk memberi masukan dan saran agar ke depan forum semakin sukses.

“Kagem seluruh pengurus FPRB Jatim periode 2020 - 2023 yang telah membersamai dan  membangun FPRB Jatim dalam upaya penyebaran virus PRB, Saya haturkan ribuan terimakasih, dan mohon maaf selama menjadi Sekjen belum bisa menjadi pemimpin yang baik. Semoga ke depan FPRB Jatim semakin Kuat, Bermanfaat dan Bermartabat,” Katanya kepada mantan pengurus forum periode 2020 - 2023.

Dengan terpilihnya sekjen untuk masa bakti 2023 - 2026, peserta mubes pun satu persatu mulai meninggalkan Gedung Kalimantan dan Grand Al-Muallim. Semuanya milik Pondok Pesantren Assirojiyyah. Ada juga peserta dan pengurus F-PRB Jatim yang bertahan untuk mengikuti gelaran temu relawan sambil bakar ikan. [eBas/KamisWage-05102023]