Senin, 25 September 2023

BERTEMU MBAH DARMO DI JAMBORE RELAWAN

Alhamdulillah, di arena Jambore Relawan yang diselenggarakan oleh BPBD Provinsi Jawa Timur, saya sempat bertemu mBah Darmo, orang nomor satu di Forum-PRB Jawa Timur. Namun karena kesibukan beliau yang padat, saya harus tahu diri. Tidak berani ngajak guyon, apalagi minta ditraktir secangkir kop. Cukup salaman saja.

Sabtu Pahing (23/09/2023), hari ke dua Jambore Relawan di Lapangan Desa Nguntoronadi, Magetan, salah satu kegiatannya adalah Ngobrol Bareng bersama Pak Papang dari BNPB dan Pak Gatot dari BPBD Jatim, dan Ibu Ine dari DPR-RI, yang dipandu langsung oleh mBah Darmo.

Pada kesempatan yang langka itu, mbah Darmo yang akan mengakhiri tugasnya sebagai Sekretaris Jenderal Forum-PRB Jawa Timur, sempat bercerita sekilas tentang forum tematik sebagai salah satu unsur pentahelix, yang berperan dalam upaya sosislaisasi pengurangan risiko bencana.

“Sependek yang ku tau saat pembentukan awal Forum-PRB dulu, salah satu mandatnya adalah mendorong/menginisiasi terbentukanya forum-forum tematik sebagai salah satu wujud membangun ketangguhan Komunitas,” Kata mbah Darmo

Masih kata mbah Darmo, Forum tematik adalah wadah bersama para pegiat kebencanaan atas dasar tematik yang sama. Misalnya, kesamaan atas dasar ancaman (Erupsi Gunungapi, Tsunami, Banjir dll), kesamaan atas dasar hoby (Kelompok Pecinta Alam, Kelompok trail, Kelompok offroad, dan lainnya).

Dapat juga kesamaan berdasarkan profesi (ahli bencana, dokter ahli bedah, perawat, dan lainnya), dan masih banyak lagi tematik lainnya. Bahwa anggota forum tematik berdasarkan tematik yang mereka sepakati, sehingga respon dalam upaya PRB bisa lebih fokus di tematiknya, yang pada akhirnya penanganan kebencanaan bisa lebih cepat dan efektif.

“Contohnya Jangkar Kelud merupakan Forum Tematik berdasarkan ancaman. Anggotanya hanya masyarakat yang berpotensi kena dampak langsung Gunung Kelud.  Namun semua Forum Tematik itu masuk dalam wadah besar yang bernama Forum PRB, untuk mempermudah koordinasi. Ya mirip dengan klaster,” Ujarnya lagi.

Sungguh, penjelasan mbah Darmo tentang forum tematik itu perlu kiranya menjadi bahan diskusi tersendiri agar terbangun pemahaman yang sama tentang keberadaannya di dalam rumah besar yang bernama Forum-PRB dengan segala programnya yang memberdayakan semua pihak.

Apa yang dikatakan mbah Darmo di atas, sesuai prinsip : Saling merangkul bukan saling memukul, Saling mengajak, bukan saling menginjak, Saling menguatkan, bukan saling melemahkan, Saling memberdayakan, bukan saling meniadakan.

“Prinsip itu harus terus kita gelorakan, karena sehabat dan sekuat apapun seseorang pasti masih memiliki kekurangan dan kelemahan, serta memerlukan bantuan orang lain,” Katanya.

Semoga prinsip yang diutarakan mbah Darmo dapat dibahas saat Musyawarah Besar (Mubes), agar semakin bermanfaat dan bermartabat dalam arti sesungguhnya. Bukan kiasan semata yang menina bobokan anggotanya.

Terkait dengan Mubes Forum-PRB tahun 2023, yang katanya akan digelar di Kota Sampang, Madura. Dimana akan dilakukan pergantian pengurus masa bakti 2020 - 2023, mbah Darmo enggan berkomentar ketika dimintai pendapatnya tentang siapa saja yang dianggap cocok menggantikan kepemimpinanya.

Wadow maaf Kang,  jujur aku belum kepikir sama sekali siapa calon baik yang terkuat maupun calon terlemah untuk menjadi Sekjen yang baru. Aku saat ini hanya focus untuk pelaksanaannya nanti berjalan lancar, dan semua peserta merasa nyaman dalam ber-Mubes, sehingga bisa menghasilkan Kepengurusan baru yang lebih baik,” Kata mbah Darmo melalui selulernya.

Yang jelas, sampai saat ini belum ada sosok yang berani tampil menawarkan programnya, sehingga layak didukung menggantikan mbah Darmo. Memang persyaratan menjadi pemimpin Forum itu tidaklah mudah. Tidak sekedar mumpuni dalam mengelola organisasi. Namun harus pandai berkomunikasi, berinteraksi dan cakap melakukan lobi untuk negoisasi, kordinasi, serta kolaborasi. Termasuk memiliki sarana mobilitas tanpa batas. 

Mungkin tahun 2023 yang ditasbihkan menjadi tahun politik ini, mbah Darmo masih dinilai layak untuk menjabat periode ke dua, tentunya dengan catatan untuk perbaikan dalam rangka meningkatkan kinerja kepengurusan.

Termasuk melaksanakan program yang disepakati lewat rapat paripurna. Bukan program insidental yang ujuk-ujuk ada atas kesepakatan beberapa pengurus saja.

Sungguh itu tidak mudah. Mbah Darmo tentunya sudah pernah mencoba untuk menggerakkan para pengurusnya. Namun, atas nama kesibukan, banyak dari pengurus yang belum saling kenal, bahkan tidak pernah bertemu sampai akhir kepengurusan.

Nah, seandainya semua peserta Mubes secara aklamasi mempersilahkan mbah Darmo menjabat untuk periode ke dua, maka pekerjaan rumah yang harus segera digarap adalah membenahi kepengurusannya, yang dapat mengimbangi langkah mbah Darmo yang ‘pinter, banter, kober lan seger’ dalam mengisi rumah besar bagi seluruh elemen pentahelix yang memiliki perhatian pada kerja-kerja kemanusiaan, khususnya bidang pengurangan risiko bencana.

Selamat menyongsong musyawarah besar F-PRB Jatim tahun 2023 dengan penuh suka cita, tanggalkan ego yang suka maido. Janganlah meniru mereka yang suka nylathu. Tetaplah mbois sambil nyruput kopi tipis-tipis. [eBas/SelasaKliwon-26092023]

 

 

 

 

 

Rabu, 20 September 2023

WAWAN MENATA ORGANISASI AGAR CEPAT BERAKSI

Pasca kongres SRPB Jatim di daerah Karangploso, Kabupaten Malang, Rahmad Subekti Kimiawan, mendapat amanah dari peserta kongres untuk menggantikan Koordinator lama, Dian  Harmuningsih yang telah habis masa jabatannya dengan segala prestasi yang diraih selama kepemimpinannya.

Sebagai koordinator terpilih secara aklamasi, Wawan dalam sambutannya mengucapkan terimakasih kepada seluruh pengurus atas segala kerja kerasnya sehingga SRPB Jatim mampu bertahan selama enam tahun dengan segala suka dukanya.

“Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Kak Dian atas kepemimpinannya, keteladanannya, dalam menjalankan roda organisasi dengan penuh kesabaran dan tulus iklas selama 6 tahun membawa SRPB Jatim maju hingga memiliki segudang prestasi,” Katanya.

Kegiatan kongres yang didanai secara mandiri (yang semula berharap mendapat bantuan dana dari BPBD Jatim), berlangsung selama dua hari. Sabtu dan minggu, tanggal 9 - 10 September 2023, juga mengharapkan agar koordinator terpilih, segera memilih personil yang layak mengisi kepengurusan SRPB Jatim.

Disinilah, Wawan menyadari bahwa melanjutkan gaya kepemimpinan mantan ketua Pramuka BP-13 Jawa Timur itu tidak lah mudah, untuk itu sebagai koordinator pengganti, tetap membutuhkan bimbingan dan arahannya, termasuk ketika harus segera menyusun kepengurusan, yang akan bersama-sama  menggerakkan SRPB Jatim.

Sesuai aturan yang disepakati, dalam memilih calon pengurus, Pakdhe Wawan ditemani oleh anggota formatur yang ditunjuk. Tentunya kepengurusan yang akan dibentuk, harus tetap memperhatikan keterwakilan daerah, serta memperhatikan hasil evaluasi kenirja tahun sebelumnya.

Sungguh, meneruskan prestasi yang telah ditorehkan oleh pengurus lama tidaklah mudah. Masalahnya juga berbeda, termasuk dinamika organisasi juga telah berubah sesuai kehendak jaman.bahkan mungkin orientasi berorganisasi juga turut berubah karena berbagai faktor.

Untuk itulah, gaya kepemimpinan Wawan yang akan membawa SRPB Jatim berkiprah bersama para pihak dalam penanggulangan bencana, haruslah senada seirama dengan mengedepankan konsep komunikasi partisipatif. Yaitu memberikan ruang kepada para pihak yang terlibat untuk saling belajar, bertukar informasi  melalui dialog yang hangat, jauh dari ego sektoral.

Tentunya menciptakan suasana yang demikian tidaklah mudah. Perlu kesabaran, ketabahan, dedikasi dan loyalitas, serta kedewasaan dalam berorganisasi. Pakdhe Wawan punya itu semua sebagai bekal menggerakkan pengurus yang disusun bersama tim formatur.

Berharap semua legowo jika tidak dipilih Pakdhe Wawan menjadi pengurus SRPB Jatim masa bhakti 2023 - 2026. walau pun tidak terpilih namun tetap membersamai Wawan cs dalam menjalankan programnya. Jangan karena tidak dilibatkan kemudian kabur membawa luka dan sumpah serapah.

Ingat lho, ke depan komunitas relawan harus paham tentang perubahan iklim, aksi antisipasi bencana, serta kelompok rentan (gedsi) yang harus dilibatkan dalam semua fase penanggulangan bencana., yang mana semuanya harus dikoordinasikan dengan BPBD setempat.

Relawan juga harus melibatkan diri dalam upaya pengurangan risiko bencana, melalui program destana, katana, kencana, dan spab, sekaligus melakukan “pendampingan” agar program di atas dapat berjalan secara mandiri atas inisiatif masyarakat sendiri.

Apalagi, ada harapan dari Gatot Soebroto, Kalaksa BPBD Provinsi Jawa Timur, agar semua komunitas relawan yang ada itu dirangkul dalam berkegiatan. Jangan sampai ada yang tertinggal.

“Selain itu lakukan aksi nyata, tidak hanya di atas kertas atau rencana saja,” Tambahnya.

Pesan orang nomor satu di BPBD Jatim ini, semoga menjadi cambuk bagi Pakdhe Wawan dan kabinetnya untuk sesegera mungkin berbuat sesuatu yang berdampak kepada para pihak. Sambil menyiapkan rapat-rapat penyusunan pengurus, Wawan sudah mulai membangun komunikasi dengan berbagai pihak, sebagai modal awal membangun kolaborasi dengan para pihak, agar ada kesepahaman dalam melakukan aksi kemanusiaan. [ebas/RabuWage-20092023]

 

 

 

  

 

 

 

 

Rabu, 13 September 2023

MUKIDI SIAP DIGERAKKAN MENANGANI BENCANA DIMANA SAJA KAPAN SAJA

Dalam sebuah jagongan antar komunitas relawan, selasa (12/09/2023) malam, Mukidi dengan lantang berkata, bahwa komunitasnya, adalah salah satu yang siap berperan serta dalam operasi penanggulangan bencana. Mereka siap digerakkan kemana saja, dan kapan saja mendukung BNPB/BPBD dalam melaksanakan programnya.

“Anggota kami memiliki kapasitas yang beragam sesuai klaster yang ada, sehingga siap digerakkan untuk menangani berbagai bencana di berbagai tempat,” Katanya penuh percaya diri.

Semua yang ikut jagongan terkesima mendengar perkataan Mukidi, Ketua KASAN (komunitas anti sambat nasional). Untuk menghidupi keluarganya, sehari-hari dia bekerja sebagai pegawai daerah di kantor pemerintah.

Ya, semua tahu, bahwa Mukidi dan komunitasnya memang aktif melakukan sosialisasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakat. Mereka juga sering bekerjasama dengan para pihak untuk melakukan edukasi SPAB di berbagai jenjang sekolah, serta terlibat dalam pendampingan destana agar keberadaannya benar-benar ada. Apalagi di belakang KASAN ada institusi negara yang menjadi pelindungnya.

Semua yang dilakukan Mukidi ini, dalam rangka peningkatan kapasitas masyarakat untuk membangun kesiapsiagaan dalam rangka mengurangi ancaman dan dampaak bencana. Hal ini seperti yang sering dikatakan oleh pegiat kebencanaan tentang pentingnya membangun ketangguhan.

Ya, pelibatan masyarakat dalam kesiapsiagaan untuk mengatasi dampak bencana haruslah dilakukan sejak pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana. Dengan kata lain, untuk menciptakan ketangguhan dan kesiapsiagaan, maka semua aksi antisipasi antara pusat dan daerah harus terjalin baik. Tanpa itu, kesannya wong pusat hanya merintah saja tanpa tahu kondisi setempat yang memiliki kearifan lokal sendiri.

“Ingat lho, bencana itu urusan bersama, dan di dalam UU Kebencanaan ada pasal yang membahas tentang hak dan kewajiban masyarakat dalam urusan bencana. Disitulah relawan dapat ikut berperan dalam pemberdayaan masyarakat dibidang kebencanaan,” Katanya bangga.

Dalam acara jagongan santai sambil ngopi, Mukidi juga bilang bahwa masyarakat, khususnya yang berdomisili di daerah rawan bencana, hendaknya diberi pemahaman akan pentingnya mengakses informasi masalah kebencanaan dari BPBD, BMKG, dan media lain yang menginformasikan kondisi terbaru tentang masalah bencana.

Kemudian masyarakat juga dilatih untuk memiliki daya antisipasi, daya proteksi, daya adaptasi, dan daya lenting untuk segera pulih pasca bencana. Tentu ini tidak bisa dilakukan sekali sentuh langsung paham, seperti program SPAB. Namun perlu proses yang terus menerus. Disinilah perlunya kerja-kerja kolaboratif antar pihak.

Penjelasan Mukidi malam itu sangat menarik dan membuka wawasan peserta jagongan bahwa ternyata masalah kebencanaan itu saling berkelindang karena menyangkut berbagai aspek kehidupan dan harus ditangani oleh multi sektor.

Hanya sayangnya, sikap jumawa Mukidi, yang mengatakan bahwa komunitasnya siap digerakkan kapan saja dan kemana saja itu, yang menjadikan peserta jagongan kurang simpati. Memangnya anggota KASAN itu tidak punya keluarga yang harus dipenuhi kebutuhan hidupnya. Memangnya anggota KASAN itu tidak butuh bersosialisasi dengan tetangganya.

“Pertanyaannya, siapa yang akan menggerakkan komunitasnya Mukidi ?. memangnya KASAN dapat bergerak secara mandiri dengan dukungan finansial sendiri ?, gak usah sombong-sombonglah, gak usah sumbar sampai dunia bergetar. Kayak kita-kita ini gak tau saja,” Kata salah satu peserta jagongan yang enggan menyebutkan jati dirinya karena takut dikucilkan.

Lain lagi jika KASAN itu seperti lembaga NH, LMI, MDMC, DD, RD, SSV dan lainnya yang memang memiliki dana besar untuk mendukung kegiatan bencana. Sementara, KASAN adalah komunitas relawan seperti lainnya, yang sering kesulitan dana untuk mengikuti kegiatan.

Ya, mungkin, maksud dari kata “Siap digerakkan” itu adalah KASAN siap diberi uang untuk melaksanakan kegiatannya. Tanpa belas kasihan dari para pihak, maka KASAN ya seperti komunitas relawan lain, yang pergerakannya tergantung dompet masing-masing.

Mungkin, Mukidi perlu diingatkan bahwa relawan itu adalah seseorang yang bergabung dalam komunitas atau lembaga kemanusiaan, yang secara sukarela tanpa berharap imbalan, berkontribusi dalam gerakan sosial dan memberikan manfaat bagi masyarakat yang ditolongnya.

Sementara. Dalam kaitan dengan kebencanaan, dikatakan bahwa Relawan Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disebut relawan, adalah seorang atau sekelompok orang yang memiliki kemampuan dan kepedulian untuk bekerja secara sukarela dan ikhlas dalam upaya penanggulangan bencana.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran relawan adalah membantu para pihak (pemerintah) sesuai kapasitasnya. “Yen iso yo dilakoni, yen ora iso ditinggal ngopi”.  Ini penting dipahami bahwa relawan itu pemain pembantu.

Sedang pemain utamanya adalah BNPB/BPBD dengan menggerakkan TRC dan Agen Bencana yang mumpuni di bidangnya dan dibayar negara untuk nangani bencana, sesuai dengan fungsinya. Yaitu koordinasi penyelenggaraan penanggulangan bencana, komando penyelenggaraan penanggulangan bencana, dan pelaksana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Jagongan selasa legi malam rabu pahing ini juga membahas tentang bencana kekeringan dan kebakaran yang diakibatkan yang diantaranya dipicu oleh pembangunan. Untuk itulah komunitas relawan juga perlu melakukan aksi antisipasi bencana untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana hidrometeorologi. [eBas]

Minggu, 10 September 2023

SELAMAT DATANG PENGURUS BARU PASCA KONGRES

Gempita kongres SRPB ke-3 tahun 2023 telah selesai dengan aman terkendali. Tampuk kepengurusan pun telah berganti dalam suasana santai tanpa saling caci. Berjalan dengan penuh musyawarah tanpa perdebatan yang saling menyalahkan.

Ya, pengurus SRPB Jatim telah menunaikan amanah, dimana tahun 2023 harus melaksanakan kongres untuk memilih pengurus baru. Tidaklah elok jika timbul kesan pengurus sengaja mengulur waktu, tidak mau diganti karena keenakan duduk di kursi kepengurusan.

Kali ini, Wawan Kim, dipercaya oleh peserta kongres ke-3 untuk menggantikan Dian, yang sudah menjabat dua periode. Pakdhe Wawan, begitulah sebagian ada yang memanggilnya pemilik nama lengkap Rachmad Subekti Kimiawan, yang dikukuhkan menjadi koordinator SRPB Jatim masa bhakti 2023 - 2026.

Selamat datang pengurus baru SRPB Jatim. Ditanganmulah kini berjalan tidaknya roda organisasi, yang konon memiliki anggota mitra komunitas relawan yang cukup banyak dan tersebar di JawaTimur. Pengurus baru tidak boleh berlama-lama terlena dalam suka cita hasil kongres yang digelar sabtu-minggu (09-10/09/2023).

Paling tidak, pekerjaan pengurus yang pertama adalah cepat melakukan konsolidasi ke dalam. Jangan lupa tetap melibatkan para pendahulu yang telah meletakkan pondasi kuat sehingga dapat bertahan selama enam tahun, dengan segala suka duka dan prestasi yang telah dicapai.

Ingat. Para mantan pengurus itu sangat rentan untuk “hengkang” menjauh jika tidak dilibatkan. Minimal mereka menjadi rujukan dalam merancang program. Ya mereka, para senior itu wajib “diorangkan” walau keputusan akhir ada ditangan pengurus.

Untuk itulah pengurus terpilih juga harus pandai menjalin komunikasi dengan para pihak, internal maupun eksternal (pentahelix). Agar roda organisasi tetap dapat berjalan ditengah perubahan jaman yang sangat dinamis. Ya, tugas pengurus baru memang berat. Jika tidak waspada bisa terpeleset.

Dengan pengalaman, loyalitas dan dedikasi pengurus terpilih, diharapkan ke depan dapat mencapai hal-hal yang luar biasa bersama semua aktivisnya. Pastilah semua peserta kongres percaya bahwa pengurus terpilih dapat meningkatkan kinerjanya serta akan menjadi panutan yang hebat dalam melaksanakan program yang disusun dan disepakati bersama. Ya, pengurus baru harus segera ‘move on’ menghadapi kenyataan.

Dulu, salah seorang pengurus pernah mengatakan bahwa anggota mitra SRPB Jatim jumlahnya puluhan yang siap dimobilisasi, untuk mensukseskan program-program kebencanaan yang diselenggarakan BNPB maupun BPBD.

Namun dalam perjalanan waktu, saat benar-benar dibutuhkan, yang berhasil di mobilisasi hanya beberapa saja. Jauh dari dugaan semula. Mengapa bisa begini ?. mungkin saja karena banyaknya kesibukan, sehingga terjadi kelengahan dalam “ngopeni” anggota mitra.

Untuk itu, pengurus baru dalam programnya, harus mampu merawat jalinan persaudaraan yang telah dirintis dengan penuh cinta, kembali bergairah seperti dulu lagi, sesuai khittoh dibentuknya SRPB Jatim di Hotel Regent Park Kota Malang tahun 2017.

Yang bagaimana itu ?. tentunya masing-masing pengurus terpilihlah yang merasakan untuk kemudian mencarikan solusi bersama. Diantaranya untuk membongkar kebuntuan koordinasi dan komunikas, sehingga kepengurusannya Dhe Wawan dapat Membawa perubahan yang lebih baik sesuai maqomnya.

Sebagai pengganti Dian Harmuningsih, tidak lupa mengucapkan terimkasih dan salam hormat kepada sahabat semua yang telah memberi ucapan selamat. Ini adalah awal sebuah perjalanan. Tentu butuh teman, kawan, dan sahabat untuk menjalaninya.

“Trimakasih kepada Mbah Dharmo selaku Sekjen F-PRB beserta pengurus, juga teman semua. Mari kita saling bergandeng tangan, saling bekerjasama untuk kebaikan. Seperti Motto SRPB Jatim, Bersatu, Bersinergi, untuk Peduli,” Katanya menanggapi banyaknya ucapan selamat atas terpilihnya menjadi koordinator SRPB Jatim.

Sementara Gus Yoyok, dari Yayasan Jagat Alam Nusantara, mengatakan bahwa, tidak ada yang sulit kalau kita jalani bersama dengan hati ketulusan dan keikhlasan, Allah akan memberikan jalan yang terbaik

“Semoga di berikan kekuatan, kelancaran menjalankan tugas dan amanah dalam misi panji-panji kemanusian membangun kebersamaan untuk Jatim Tangguh, Aamiin, “ Ujarnya.

Semoga pengurus masa bhakti 2023 - 2026 yang akan disusun nanti akan semakin tampak keberagamannya yang mencerminkan keterwakilan dari organisasi mitranya, sesuai ketentuan yang berlaku agar organisasi dapat menjalankan fungsinya secara transparan dan bertanggungjawab. Salam Tangguh. [eBas/SeninKliwon-11092023]