“Saya
mengharapkan Deklarasi Forum Pengurangan Risiko Bencana se-Provinsi Bali ini,
akan terus berlanjut dengan kegiatan-kegiatan nyata dan berkesinambungan.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah, tentunya akan memberikan dukungan melalui
sinergi dengan kegiatan-kegiatan di unit kerja yang sedang dan akan berjalan,”
kata Ganip, Kepala BNPB, saat memberikan arahan dalam
deklarasi Pembentukan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) dan deklarasi
Gojek Peduli Bencana se-Bali di ‘Krisna Oleh Oleh’, Desa Wisata
Blangsinga, Kec. Blahbatuh, Kab. Gianyar, Bali, Senin (26/10/2021).
Harapan
di atas kiranya juga berlaku bagi FPRB di semua Provinsi, Kabupaten/Kota, yang
saat ini kebanyakan masih sibuk membangun sinergi antar elemen pentahelix dalam
upaya mengurangi risiko bencana bersama-sama.
Konon,
ada yang bilang bahwa upaya pengurangan risiko bencana akan lebih efektif dan
efisien apabila dilakukan dengan mensinergikan seluruh kapasitas yang dimiliki
oleh para pihak. Harapannya, dapat bersama-sama menyusun Rencana Aksi Komunitas
(RAK) atau Rencana Aksi Daerah (RAD) terkait PRB, ke dalam Rencana
Penanggulangan Bencana (RPB).
Disamping
menyusun berbagai dokumen yang diperlukan dalam upaya penanggulangan bencana,
Forum juga berperan memberi pencerahan kepada masyarakat dengan cara mereka
sendiri sesuai budaya setempat yang tidak menabrak
kearifan lokal. Sehingga pesan kesiapsiagaan, dan menumbuhkan budaya
tangguh menghadapi bencana bisa lebih cepat diterima dan dipahami.
Masyarakat
pun harus sadar dan tanggap dengan potensi bencana yang ada di
sekitarnya. Baik bencana alam maupun bencana karena ulah manusia sendiri. Dari
mulai bencana banjir, tanah longsor, kebakaran, dan sebagainya.
Seperti
yang sering diteriakkan oleh relawan kebencanaan, bahwa bencana bisa saja
terjadi kapan saja dan dimana saja, bahkan tak jarang menelan korban jiwa,
materi, hingga merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Semua
kerugian ini sebenarnya bisa diperkecil jika saja masyarakat memiliki budaya
sadar bencana sejak dini, bahwa masalah bencana adalah urusan bersama dan harus
dilakukan bersama tanpa saling melemahkan satu dengan lainnya atas nama
egosektoral untuk meminimalisir risiko maupun dampak yang disebabkan bencana.
Harapan
BNPB yang begitu besar terhadap kiprah FPRB hendaknya dijawab bersama oleh para
pegiatnya dengan kegiatan nyata. Mulai dari upaya peningkatan kapasitas relawan
dibidang PRB, diskusi berkala untuk memastikan keterlaksanaan pembangunan
daerah berbasis PRB, Memastikan kebijakan yang diambil dapat mengurangi risiko
bencana saat ini, tidak menambah risiko bencana baru, dan meningkatkan kualitas
hidup masyarakat.
Kemudian,
Memastikan kelembagaan penanggulangan bencana dapat bersinergi dengan baik,
antara BPBD dengan OPD, antara pemerintah daerah dengan masyarakat dan
lembaga usaha. Memastikan anggaran penanggulangan bencana cukup digunakan dalam
penanggulangann bencana sesuai dengan risiko bencana di daerahnya.
Serta
memastikan pemberdayaan masyarakat dilakukan di daerah dalam membangun
ketangguhan terhadap bencana, dan Target bersama memastikan 7 Objek Ketangguhan
: Rumah/Hunian, Sekolah/Madrasah, Puskesmas/RS, Pasar, Rumah Ibadah, Kantor,
dan Prarasana Vital.
Hal ini
sejalan dengan kerangka Sendai tahun 2015 untuk PRB (SFDRR), yang memiliki tujuan
mengurangi risiko dan kerugian akibat bencana, melalui empat prioritas aksi,
yaitu Memahami risiko bencana, Memperkuat tata kelola risiko bencana untuk
mengelola risiko, Berinvestasi dalam pengurangan risiko bencana untuk
ketangguhan, Meningkatkan kesiapsiagaan bencana untuk respons yang efektif, dan
“Membangun Kembali dengan Lebih Baik”
dalam pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi.
Harapan
BNPB yang begitu berat itu hanya akan menjadi wacana, manakala BNPB/BPBD tidak
mengintervensi FPRB dalam programnya. Namun ada juga beberapa pengurus forum
yang kreatif membuat program mandiri dengan melibatkan berbagai pihak
(pentahelix), khususnya yang berkaitan penggalangan dana pendukung kegiatan. Seperti
keberhasilan pengurus FPRB Provinsi Bali yang mampu ‘mendatanagkan’ kepala BNPB
dalam deklarasi Pembentukan FPRB dan Gojek Peduli Bencana se-Bali
Inilah
contoh pengurus yang hebat. Yang bukan kelas kaleng-kaleng, dan layak menjadi provokator
pengurus forum lainnya yang masih kaleng-kaleng. Provokator yang
merangkul dan menguatkan, bukan melemahkan. Salam Tangguh, Salam Sehat, Salam
Kaleng-kaleng. [eBas/kamispaing-28102021]