Ikatan ahli kebencanaan
Indonesia (IABI) adalah wadah bagi para
ilmuwan, peneliti, perekayasa, akademisi, dan praktisi yang bergerak di bidang
kebencanaan, untuk saling berkoordinasi dan berkomunikasi bertukar pikiran dan
informasi dalam rangka melaksanakan peran mereka menggunakan ilmu pengetahuan,
teknologi dan inovasi untuk membangun ketangguhan dalam menghadapi bencana di
semua tingkatan.
IABI berkomitmen
mengembangkan, memajukan dan memanfaatkan iptek dan inovasi untuk membangun
budaya masyarakat yang tangguh bencana.
Output IABI adalah penelitian, kajian, gagasan, inovasi seni
budaya serta menggali dan mengembangkan kearifan lokal, produk teknologi, dan
iptek tentang kebencanaan yang berguna bagi masyarakat, khususnya yang berdiam
di kawasan rawan bencana.
Sementara outcome nya adalah terciptanya kesadaran
masyarakat terhadap ancaman bencana, meningkatkan sikap, perilaku tangguh
bencana, budaya keamanan, berkurangnya kematian, berkurangnya kerusakan dan
kerugian, dan tumbuhnya kemandirian masyarakat di tingkat lokal dalam
menghadapi bencana.
Apa yang diuraikan di
atas itu terkait erat dengan adanya tiga momentum penting di tataran global
yang membahas tentang pengurangan risiko bencana, adaptasi perubahan iklim, dan
pembangunan yang berkelanjutan berwawasan lingkungan. Issue tersebut muncul
dalam pertemuan WCDRR ke 3 tahun 2015, yaitu sebuah forum yang menyepakati hasil
evaluasi capaian pengurangan risiko bencana dan juga strategi yang akan
dilakukan ke depannya.
Tujuan kegiatan ini
adalah untuk bertukar pengalaman dan saling berdiskusi mengenai hal-hal yang
dapat mendukung implementasi HFA dan menyepakati SFDRR 2015 – 2030, dengan menetapkan tujuan untuk
mencapai pengurangan risiko bencana, mengurangi kematian sebagai dampak
bencana, mengurangi jumlah orang yang terdampak bencana, menurunkan kerugian
ekonomi, mengurangi kerusakan infrastruktur dan pelayanan dasar, meningkatkan
Negara untuk mempunyai strategi pengurangan risiko bencana, mendukung bantuan
kerjasama internasional, meningkatkan ketersediaan dan akses warga terhadap
sistem peringatan dini.
Terkait dengan iptek dan
inovasi, SFDRR juga menyatakan untuk: Meningkatkan jejaring institusi iptek dan
penelitian untuk memperkuat implementasi kerangka ini; Mempromosikan penelitian
ilmiah pola risiko bencana, penyebab dan efeknya; Menyebarluaskan informasi
geospasial; Memberikan panduan tentang metodologi dan standar untuk penilaian
risiko, pemodelan risiko bencana dan penggunaan data; Mengidentifikasi
penelitian dan kesenjangan teknologi serta memberikan rekomendasi untuk daerah
prioritas penelitian dalam pengurangan risiko bencana; Mempromosikan dan
mendukung ketersediaan dan penerapan iptek untuk membuat keputusan/kebijakan;
Menggunakan ulasan pasca bencana sebagai peluang untuk meningkatkan
pembelajaran dan kebijakan publik serta senyebarluaskan hasil kajiannya agar
diketahui khalayak ramai. Semua itu akan mewarnai diskusi dalam kegiatan ini.
Apa yang akan
didiskusikan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan 2015 ini akan menjadi fokus
perhatian Indonesia dengan melibatkan berbagai pihak, baik melibatkan dalam
suatu regulasi bersama, implementasi program bersama, sehingga menghasilkan
suatu produk yang secara terus menerus dapat memperbaiki kualitas kehidupan,
penghidupan, lingkungan, serta menurunkan risiko bencana di Indonesia. Konsep
gerakan nasional ini akan dicanangkan oleh presiden pada puncak peringatan
pengurangan risiko bencana di bulan oktober 2015.
Pertemuan yang
berlangsung dari tanggal 26 sampai dengan 28 Mei 2015, di kampus UGM,
Jogjakarta ini pun diharapkan dapat memberikan gambaran besar implikasi
kebijakan apa yang dapat dilakukan, bagaimana road map PRB di daerah, bagaimana
upaya pengarusutamaan PRB, baik di tingkat nasional dan daerah, serta upaya
strategis implementasi dalam melaksanakan PRB dalam pembangunan yang
berkelanjutan (dengan berwawasan lingkungan, tentunya).
Diharapkan
pula, anggota IABI ikut mendukung, meningkatkan dan mempromosikan dialog dan
kerjasama antar komunitas ilmiah dengan para pihak pembuat kebijakan untuk
bahan penganbilan keputusan yang baik dalam manajemen risiko bencana. Selain
itu juga dapat menjembatani melalui justifikasi ilmiah dalam pembuatan
keputusan, baik melalui penelitian dan kajian-kajian kebencanaan berdasar
metodologi, data terpilah, dan statistik yang relevan, memperkuat model risiko
bencana, pembuatan skenario, penilaian, pemetaan, monitoring dan sistem
peringatan dini yang multi hazard untuk mendukung kebijakan kebencanaan di
Indonesia, diantaranya adalah pengurangan risiko bencana berbasis komunitas. [eBas].
(sumber: Keynote Speech Ka. BNPB
dalam PIT ke-2 tahun 2015, dengan tema “Membangun Kemandirian Industrialisasi
dan Teknologi Berbasis pada Riset Kebencanaan di Indonesia).