Seperti biasa, Mukidi dan kawan-kawannya, menghabiskan
malamnya dengan cangkruk’an di warkop langganan, untuk sekedar ngopi dan nggedabrus
ngalor ngidul menunggu datangnya kantuk yang akan mengantar ke pelukan malam.
Ya, malam itu Mukidi datang sambil membawa buku tebal,
yang dipinjam dari temannya. Saya sebagai teman akrabnya, yakin seyakin
yakinnya, bahwa buku setebal 400 halaman itu tidak mungkin dibaca semua. Paling-paling
yang dibaca hanya kata pengantar dan beberapa bagian yang dianggap menarik oleh
Mukidi.
“Ini buku hebat, sangat penting untuk dimengerti oleh
kita yang sering terlibat dalam kerja-kerja kemanusiaan. Namanya The Sphere
Project, Humanitarian Charter and Minimum Standards In Humanitarian Response. Harus
kita adakan acara bedah buku agar kita bisa memahaminya bersama-sama sebagai
relawan yang bermartabat dan bermanfaat bagi umat,”. Katanya bersemangat.
“Wah bukunya berbobot sekali, abot banget. Sampiyan opo
wis moco Cak?. Aku mendadak mual yen dikongkon moco, sampiyan critani wae yo
Cak,” Kata Cak Kaspo sambil nyakot rondo royal (tape goreng) kesukaannya.
“Saya sih belum baca, ini buku lama terbitan tahun 2011. Saya
pingin membaca edisi terbaru yang berbahasa Indonesia. Katanya bukunya lebih
tipis,” Kata Mukidi tanpa ekspresi karena sibuk nyruput kopi.
“Walah Cak, tibaknya sami mawon. .... Buku lama maupun
buku baru, jika judul dan bahasannya sama, ya pastilah sama. Paling yang
berubah hanya redaksinya dan informasi terbaru yang akan melengkapinya,” Sindir
Dhalbo, sambil membuka buka buku bersampul hijau.
Dengan gayanya, Mukidi bilang bahwa buku
ini menjelaskan apa yang harus dilakukan untuk
menjamin kehidupan yang bermartabat bagi warga yang
terkena bencana. Diantaranya memberikan
kecukupan akan kebutuhan: pasokan air, sanitasi, dan promosi
kebersihan, ketahanan
pangan dan gizi; hunian, dan
bantuan non-pangan, serta kesehatan.
Masih kata Mukidi, pendekatan Sphere ini berbasis hak asasi dan berpusat pada masyarakat
dalam aksi kemanusiaan. Sphere menekankan pentingnya keterlibatan penduduk yang
terkena bencana dan pemerintah dalam seluruh tahapan tanggap darurat.
Dengan kata lain, Kegiatan membantu warga setempat, hendaknya dikomunikasikan dengan
para pemuka masyarakat untuk mengetahui
kapasitas warga lokal yang bisa dimanfaatkan untuka mendukung program sekaligus
membangun kemandirian warga agar cepat pulih kehidupannya pasca bencana.
Sambil membuka halaman 29, dari buku Sphere yang lumayan
tebal, Mukidi membaca dengan keras, Empat Prinsip Utama Perlindungan:
1. Hindari semakin terpaparnya penduduk terkena bencana terhadap ancaman
sekunder sebagai akibat kegiatan atau bantuan Anda; 2. Jamin akses penduduk
terkena bencana terhadap bantuan yang bersifat imparsial atau tidak
membeda-bedakan – sesuai dengan proporsi kebutuhan dan tanpa diskriminasi;
Nomor 3. Lindungi penduduk terkena bencana dari
bahaya fisik dan psikologis akibat kekerasan dan paksaan atau ancaman; dan 4. Bantu penduduk terkena bencana untuk
pemenuhan hak asasinya, dapat mengakses bantuan dan segera dapat pulih dari dampak kekerasan atau
penganiayaan.
“Cak Kaspo, sampiyan paham apa yang dikatakan Cak Mukidi
?,” Tanya saya sambil makan mie goreng yang menjadi makanan favorit relawan.
“Paham sih tidak, cumak terkesima oleh gaya Cak Mukidi
berorasi. Kayak penjual jamu di pasar Kepanjen,” Katanya sambil menahan tawa.
“Mungkin perlu ada lokakarya atau diskusi terbuka untuk
berbagi pengalaman tentang praktek baikThe Sphere Project di lapangan. Karena saya
yakin belum semua relawan tahu dan mengerti tentang Sphere ini. Pertanyaannya,
siapa yang berani mensponsorinya?,” Kata Cak Dhalbo.
“Kalau saya yakin, bahwa apa yang ada di buku Sphere ini
akan sulit dilakukan di lapangan karena berbagai kendala setempat. Misalnya
adanya kepentingan politik lokal dan keterbatasan SDM,” Tambah Cak Kaspo.
“Ya jelaslah, antara teori dan praktek itu sering berbeda.
Jangankan Sphere, masalah SKPDB, dan aktivasi renkon ke renop saja, serta penggunaan
dana BTT, kata mBakyu Paitun, masih sering kedodoran,” Kata Mukidi, sambil
membuka-buka buku Sphere. Entah dibaca atau sedang mencari gambar dan foto
ilustrasi, yang ternyata tidak ada sama sekali. [eBas/SelasaLegi-19072022]