Mendekati
pelaksanaan kongres ke dua SRPB JATIM, pengurusnya sibuk semua. Mereka sibuk
mempersiapkan ‘ubo rampe’ nya kongres
agar sukses. Ya, sukses pelaksanaan dan sukses pemilihan pengurus serta sukses
pula upaya memperbaharui ‘statuta’ sebagai
payung hukum yang mengatur dalam menjalankan program-programnya.
Dalam
pada itu banyak harapan yang disandarkan kepada pengurus SRPB ke depan. Mulai
dari program-program yang semakin menggigit agar semangat relawan dalam berorganisasi
tetap bangkit dengan mengesampingkan ego sektoral yang sempit. Kemudian juga
muncul sebuah pinta agar pengurusnya semakin solid dalam membangun sinergi
dengan unsur pentahelix lainnya. Khususnya kalangan akademisi, praktisi, dan
media massa, dengan membuat kegiatan bersama dibidang edukasi, advokasi dan
promosi membangun budaya sadar bencana.
Bahkan
ada pihak yang berharap agar personil SRPB JATIM turun langsung saat terjadi
bencana (fase tanggap darurat). Karena, di mata mereka, selama ini SRPB JATIM
tidak pernah turun langsung ke lokasi bencana dengan nama besarnya, seperti
halnya komunitas relawan yang lain. Ini penting, agar kesannya tidak hanya
menjadi potensi serap dari BPBD Provinsi Jawa Timur.
Ya,
seperti biasanya, setiap terjadi bencana, masyarakat terdampaklah yang sibuk
duluan, kemudian dibantu relawan terdekat yang punya “kemampuan” untuk cepat merapat memberikan bantuan. Baru, beberapa
jam kemudian bantuan dari luar daerah berdatangan.
Sementara
SRPB JATIM tidak pernah tampak. Kok bisa begitu ya, Tanya mereka, yang biasanya
disusul dengan aneka sumpah serapah, dan ejekan dari mereka yang belum mengerti
tentang keberadaan SRPB JATIM. bahkan ada yang bilang, apa out put SRPB JATIM
selama ini ?. ingat, kata relawan itu sangat kental dengan orang lain yang
menerima manfaat dari diri relawan. apalagi ada anggapan SRPB itu sumber daya
manusianya diatas rata-rata.
Dian
Harmuningsih, sebagai koordinator SRPB
JATIM, seringkali bilang bahwa SRPB itu beranggotakan relawan dari berbagai
organisasi yang mempunyai visi misi sendiri. Sehingga emaknya Falain ini, jika
ingin menggerakkan relawan harus berkoordinasi dengan induk organisasinya.
Tidak bisa main perintah seenaknya. SRPB tidak punya anak buah, semua relawan
yang tergabung itu adalah mitra yang mewakili organisasinya dalam berkiprah
bersama membesarkan SRPB JATIM.
Artinya,
SRPB JATIM sebagai wadah berbagai organisasi relawan itu, sejatinya hanya
berperan dijalur koordinasi, dan komunikasi, membangun sinergi untuk beraksi
meningkatkan kapasitas relawan (yang mau diwadahi sebagai mitra SRPB). Dan hal
itu tidak mudah, sampai saat ini aturan yang telah disepakati belumlah berjalan
seperti harapan mereka yang selalu berharap banyak.
Bahkan,
seorang Dian Harmuningsih yang berpengalaman di berbagai organisasi dan dengan
segala kecerewetaannya pun belum bisa sepenuhnya mengendalikan relawan yang
menjadi mitra SRPB karena beda pengalaman, motivasi dan latar belakang organisasi
induknya. Ya, mengelola organisasi itu memang tidak mudah.
Jadi
wajar jika saat terjadi bencana, SRPB JATIM tidak turun, karena semua relawan
yang menjadi mitranya sudah turun membawa bendera organisasi sendiri sesuai
visi misi, dan instruksi induk organisasi.
Namun
tetap, sesuai komitmen, mereka yang berkesempatan turun di lapangan selalu
melaporkan perkembangan penanganan bencana secara berkala kepada SRPB JATIM untuk
dikomunikasikan dengan pihak-pihak terkait. Ini dilakukan untuk menjaga
validitas data kejadian di lapangan yang terus berubah dengan cepat.
Memang
sudah menjadi komitmen bersama bahwa setiap anggota mitra SRPB JATIM dimanapun
berada selalu menginformasikan situasi dan kondisi daerahnya terkait dengan
masalah bencana dan upaya penanggulangannya melalui edukasi mitigasi maupun
simulasi. Seperti sosialisasi pengurangan risiko bencana dan satuan pendidikan
aman bencana. Informasi seperti ini sangat bermanfaat bagi instansi terkait
untuk bahan penyusunan kebijakan yang akan dieksekusi.
Harapan
lain pasca kongres ke dua adalah terpilihnya pengurus yang mumpuni menggerakkan
roda SRPB JATIM secara mandiri (khususnya dibidang pendanaan kegiatan rutin)
dan meningkatnya kapasitas relawan yang mumpuni saat difasilitasi mengikuti
sertifikasi yang diadakan oleh LSP-PB. Ke depan, SRPB hendaknya semakin banyak
menebar manfaat sampai ke ‘akar rumput’
melalui berbagai kegiatan yang di infokan lewat grup WhatsApp yang ada.
Bahkan
ada pihak yang berharap SRPB semakin terlibat dalam kegiatan penyusunan
kebijakan. Seperti menyusun rencana penanggulangan bencana, terlibat dalam
pembuatan renkon, kegiatan jitupasna dan sejenisnya. Termasuk semakin aktif
melakukan edukasi kebencanaan kepada masyarakat dalam rangka membangun budaya
sadar bencana.
Harapan-harapan
itu muncul saat penulis berinteraksi dengan berbagai pihak yang selama ini
diam-diam ‘memperhatikan’ kiprah SRPB
JATIM. Tentu tidak terlalu salah jika pengurus terpilih nanti memperhatikan
harapan-harapan yang muncul untuk dijadikan penyemangat dan inspirasi dalam
menyusun agenda ke depan, dan tetap berkonsentrasi dalam aktivitas kebencanaan
sesuai khittohnya.
Salah
satu tugas berat pengurus ke depan adalah memahamkan keberadaan SRPB JATIM
kepada khalayak ramai melalui media agar tidak selalu muncul gossip yang tidak
sehat dalam setiap pelaksanaan programnya. Harapannya agar mereka yang tidak
suka dengan SRPB JATIM, tetap bisa seiring sejalan dalam menunaikan tugas-tugas
kemanusiaan dengan tetap menjaga independensi masing-masing tanpa ada dusta
diantara kita. Selamat berkongres, Pilihlah Wakilmu Yang Dapat Dipercaya,
Pengemban Amanah Kedaulatan Anggota. Salam Tangguh. [eBas/KamisLegi-20022020]