Keberadaan mapala Jonggring Salaka, Universitas Negeri Malang
(d/h IKIP Malang) kiranya sudah tidak asing lagi di ranah ke-pecintaalam-an.
Ini karena sejak lahir, dari tahun ke tahun, dari generasi ke generasi kepengurusan,
selalu ambil peran aktif terlibat dalam berbagai kegiatan ke-pencintaalam-an.
Baik di local Kota Malang, maupun regional, bahkan nasional. Baik atas nama
organisasi maupun pribadi (karena sesungguhnyalah anggota JS itu punya potensi
berprestasi diberbagai bidang …ehm).
Aneka lomba, kegiatan seminar,
gladian nasional, pertemuan mapala dan diklat serta latgab, selalu saja JS
mengirimkan wakilnya. Semua ini untuk menambah pengalaman dan memperkaya
wawasan, sekaligus menjalin silaturahim memperluas jejaring pertemanan dari
berbagai organisasi mapala. Mapala JS dengan jaket kebanggaan berwarna biru,
juga aktif di kampus dengan berbagai programnya, sesuai kreatifitas pengurus
dan tuntutan kampus.
Namun demikian, ciri khas dari mapala
JS yang ‘ngangeni’ diantaranya adalah kerukunan anggotanya dalam mengamalkan
sesanti “Sekata Sehati Setujuan”.
Itulah yang patut diacungi jempol. Itulah kata sakti yang mampu mengikat dan
mempererat anggotanya dari generasi ke generasi. Termasuk acara kumpul-kumpul
reuni, buka bersama, halal bi halal dan anjang sana sini spontanitas pun
menjadi obat rindu dalam suasana akrab bersahabat.
Estafet kepengurusan dari senior ke
yunior pun selalu berjalan mulus walau melalui proses yang seru penuh liku,
berjibaku dengan waktu melalui musyawarah anggota (musang) yang menharu biru,
untuk memilih susunan pengurus yang bermutu sesuai kesepakatan yang saling
membantu untuk maju.
Ciri khas lainnya, adalah warisan
lama tentang perilaku santai, rodok kemproh, jarang mandi, lingkungan
secretariat agak kumuh dipenuhi peralatan kemping dan baju sepatu yang belum
dicuci sehingga semriwing baunya.
Kopi segelas disruput bergantian, kadang juga teh tubruk yang memerah,
cangkruk’an gitaran dengan lagu sak
karepe dewe sambil mengitari unggun, tampaknya masih dipertahankan, walau
sedikit ada perubahan. Ya itulah dunia mapala dimana pun berada, juga di
Jonggring Salaka.
Namun sesuai konstelasi jaman, kini
orientasinya telah berbeda. JS bukan lagi tempat mahasiswa biasa, tapi luar
biasa. Walau tampak santai cengengesan, namun prestasi anggota JS dalam studi
patut dibanggakan. Kini generasi JS semakin cakep dan cerdas, banyak yang
meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, juga berhasil dalam
bekerja.
Mereka pun, sejalan dengan trend yang
ada, banyak yang mencoba berwirausaha dengan berbisnis online dan usaha lain
yang mendatangkan hasil sebagai media belajar menggali potensi diri, bekerja
secara mandiri. Ya, jaman memang telah berubah, dan JS pun masih bisa
menyesuaikan diri sehingga eksistensinya mampu bertahan sampai kini, entah
nanti.
Karena, disadari atau tidak, kini
banyak mahasiswa yang enggan aktif di organisasi kampus. Mereka sibuk berkutat
dengan perkuliahan agar cepat lulus, kemudian bekerja dan berumah tangga.
Mahasiswa pun kini juga semakin asik dengan dirinya sendiri memainkan telepon
pintarnya. Enjoy berselancar di dunia maya, chatting bebas sepuasnya membangun
relasi untuk bersosialita, bergaya maupun berniaga, tanpa peduli sesamanya.
Anggota JS pun juga ada yang ikutan
arus memulai usaha lewat dunia maya namun tetap berkegiatan mengasah nyali
lewat pendakian, jelajah hutan dan rimba, panjat tebing, susur goa, orad,
konservasi dan pelestarian lingkungan. Baik yang diprogramkan maupun dilakuakn
secara mandiri sesuai kesempatan dan kemampuan, namun tetap dalam koordinasi
dengan induk organisasi.
Dipertengahan desember 2016, mapala
JS mengadakan musang untuk yang kesekian kalinya disetiap tahunnya, sebagai
bentuk reorganisasi. Entah siapa yang akan terpilih menjadi ketua umum, selamat
menjadi ketua, selamat mengendalikan anggota menuju cita-cita organisasi yang
telah disepakati bersama tanpa cela, agar semakin jaya.
Mungkin yang perlu dipikirkan, usulan
ini sebagai bahan membuat kebijakan organisasi (jika masih menerima usulan
masukan). Bahwa sekarang ini dengen trend bencana yang semakin sering, apakah
mapala JS tidak perlu juga tergerak untuk bergerak dibidang penanggulangan
bencana?. Sungguh mapala JS dengan potensi yang ada bisa terlibat dalam
kegiatan penanggulangan bencana.
Seperti melakukan mitigasi, membantu
sosialisasi pengurangan risiko bencana dan dampak perubahan iklim, turut
membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya mengenali kerawanan dan potensi
bencana dalam rangka menciptakan ketangguhan bangsa menghadapi bencana, serta
turut serta mendorong tumbuhnya kesiapsiagaan masyarakat di daerah rawan
bencana. Monggo tawaran ini kiranya bisa dijadikan bahan masukan saat mengawali
rapat pengurus dengan ketua umum yang terpilih di musang 2016. Salam lestari.
*[gep’83]