Sabtu pon (28/4), merupakan puncak perayaan ulang tahun
Sekretariat bersama Relawan Penanggulangan Bencana (SRPB) Jatim yang pertama,
berlangsung di Joglo Kadiren (JOKA), Juanda, Sidoarjo. Semua sepakat, sejuta
harap disematkan dipundak pengurus. Agar keberadaan SRPB Jatim sebagai media silaturahim bisa benar-benar membawa
manfaat bagi relawan untuk berkiprah dalam penanggulangan bencana. Baik itu
saat pra bencana, tanggap bencana, maupun pasca bencana.
Asa lain yang tidak kalah penting
adalah terciptanya sinergi dengan BPBD sebagai mitra, sesuai yang tersirat
dalam perka nomor 17 tahun 2011 dan konsep simbiosa mutualisma. Sungguh untuk
mewujudkannya kiranya perlu membenahi internal dulu sambil terus melakukan
pendekatan dan memperluas jejaring pertemanan dengan berbagai elemen agar tidak
ada dusta diantaranya.
Ulang tahun ini pun merupakan momen
untuk instropeksi atas kinerja yang telah dilakukan dengan berbagai suka
teriring duka, sebagai warna warni kehidupan. Ulang
tahun sebagai media ‘berkaca diri’,
melihat apa saja yang sudah dikerjakan dan program mana yang belum dilaksanakan.
Dengan kata lain, ulang tahun sebagai
momen evaluasi diri. Tanpa itu, kinerja SRPB Jatim tidak akan tampak perannya. Ingat
orang bijak berkata, “Orang yang baik
bukannya yang tidak pernah melakukan kesalahan tetapi mereka yang menyadari
kesalahannya dan memperbaikinya…”
Dalam Wikipedia, Ulang tahun adalah hari kelahiran
seseorang, menandai hari dimulainya kehidupan di luar rahim. Dalam
beberapa kebudayaan, memperingati ulang
tahun seseorang biasanya dirayakan dengan mengadakan pesta ulang tahun
dengan keluarga
dan/atau teman
Masih menurut
Wikipedia, disebutkan bahwa Seorang Rabbi Yahudi, bernama The Lubavitcher Rebbe, mendorong
banyak orang untuk merayakan ulang tahun mereka, dengan berkumpul bersama
kerabat, membuat resolusi positif, dan melalui berbagai kegiatan keagamaan.
Sungguh, sebuah
pilihan cerdas, jika pengurus SRPB Jatim memanfaatkan momen ulang tahun untuk berkontemplasi,
bersama merenung diri dengan menggelar acara sarasehan yang dihadiri oleh semua
pengurus dan kawan-kawan pekerja kemanusiaan dari berbagai organisasi, termasuk
Kalaksa BPBD Provinsi Jawa Timur beserta jajarannya yang menyempatkan hadir ‘mangayubagyo’
dengan penuh suka dan harap.
Mereka, duduk lesehan bersama sambil nikmati
kudapan ala kadarnya hasil urunan seikhlasnya. Suasana guyub tercipta tanpa
sakwa sangka untuk berbagi informasi saling memperbaiki diri mengembangkan
organisasi. Sebagai bahan refleksi,
bersama mencermati program yang disepakati itu, sudah terlaksana atau masih
berputar sebagai wacana dan bahan adu argumentasi yang melelahkan tanpa ada
karya nyata.
Harapannya, segala
nasehat dari para pejabat BPBD itu, Bisalah kiranya dijadikan bahan penyadaran
semua yang tergabung dalam SRPB Jatim, agar bersemangat lagi membuahkan
loyalitas dan dedikasi yang dimaui oleh organisasi. Paling tidak, ada kemauan
untuk berkontribusi dengan gagasan segar, berbagi informasi dan ajakan yang
menginspirasi. Seperti upaya meningkatkan kapasitas relawan sesuai klaster
sekaligus menyiapkan diri untuk sertifikasi seperti yang diprogramkan oleh
LSP-PB.
Program Arisan Ilmu Nol Rupiah yang merupakan produk kreatif dari pengurus
SRPB Jatim adalah acara yang dijadikan media mempererat tali silaturahim antar
relawan, sekaligus wadah untuk mengasah rasa saling peduli, saling berbagi
membangun sinergi untuk kerja-kerja kemanusiaan.
Kegiatan murah meriah ini pun senyatanya sudah banyak menginspirasi
berbagai komunitas untuk menduplikasi dengan berbagai istilah yang dipilih dan
disepakati sesuai dengan selera yang melatarinya. Intinya sama, membangun
kebersamaan, menghilangkan ego sektoral yang berlebih.
Selamat ulang tahun
SRPB Jatim, kepada pengurus, selamat mengemban amanah kongres di Hotel bintang
tiga dan musker di alam terbuka. Selamat menjalankan program yang bisa mewadahi
dan menjadi katalisator antara organisasi relawan dengan pemerintah guna mempercepat terciptanya budaya tangguh, yaitu
sebuah kondisi dimana masyarakat yang sadar tentang potensi bencana di
daerahnya, kemudian mampu mempersiapkan diri menghadapi bencana dan tangguh
saat tanggap darurat serta pasca terjadinya bencana.
Kemeriahan ultah yang
pertama ini semakin lengkap dan istimewa karena kehadirannya Kang Ogun, alumni
wanadri yang menderita kangker namun masih bersemangat mendaki Puncak Everest,
gunung tertinggi di dunia. Termasuk janji-janji BPBD yang akan memfasilitasi
peningkatan kompetensi benar-benar terrealisasi, bukan basa basi. Salam
tangguh, salam Literasi, terus menginspirasi. [eBas/Keputih di waktu malam]