Mukidi adalah
tipe relawan yang serba bisa dan serba siap menerima perintah apa saja dan kapan saja. Siap
untuk terjun kemana saja, dalam rangka apa saja. Ya, Mukidi selalu punya waktu (mungkin juga sangu) untuk itu. Karena kemampuannya itulah
Mukidi menjadi “jujugan sambatan” dari berbagai pihak terkait dengan
pelaksanaan program.
Termasuk Ketika
Mukidi disambati untuk menjadi fasilitator program sosialisasi SPAB ke beberapa
sekolah. Dia langsung menyatakan kesanggupannya. Padahal, konon, untuk menjadi fasilitator,
(diharapkan) sudah pernah mengikuti Pendidikan dan pelatihan SPAB, baik yang
bersertifikat kompetensi, maupun sertifikat tanda ikut diklat.
Dengan penuh
percaya diri, Mukidi (yang belum punya sertifikat fasilitator) menjalankan amanah,
mensosialisasikan ke warga sekolah dengan durasi waktu yang hanya beberapa jam
saja. Sementara relawan lain yang membantu Mukidi menyiapkan “ubo rampe” pendukung
kegiatan, termasuk beberapa souvenir dari BPBD sebagai kenangan.
Oleh karena
waktunya terbatas, jadi tidak mungkinlah Mukidi membedah modul 3 Pilar SPAB.
yaitu, memastikan sarana dan prasarana serta fasilitas sekolah dalam kondisi
yang aman, adanya manajemen bencana di sekolah serta diselenggarakannya
pendidikan pencegahan dan pengurangan risiko bencana. Kata pakarnya SPAB, untuk
memahami modul 3 Pilar SPAB, paling tidak memerlukan waktu tuju hari, bahkan lebih dan dilakukan berulang kali sebagai upaya pembiasaan.
Untuk itulah
dalam sosialisasi SPAB, Mukidi dan kawan-kawannya hanya menyampaikan informasi yang
umum saja, seperti apa itu bencana, jenis-jenis bencana, apa yang harus
dilakukan jika ada bencana. Tidak lupa dalam kegiatan yang sasarannya pelajar
itu, diselingi dengan pemutaran film tentang bencana, menyanyi serta praktek
evakuasi.
Jika masih
ada waktu, Mukidi, menjelaskan ke para pendidik dan tenaga kependidikan,
sekilas tentang zonasi, evakuasi dan titik kumpul, sebagai pengetahuan dasar Ketika
di daerah dimana sekolah itu berada, terjadi bencana.
Zonasi yang
dimaksud Mukidi adalah, gambaran tentang potensi bencana apa ada. Termasuk daerah
mana saja yang menjadi langganan bencana. Ada berapa warga yang berdiam di
daerah rawan bencana itu, kebiasaan apa yang dilakukan warga Ketika terjadi
bencana.
Untuk
evakuasi, Mukidi diantaranya menjelaskan tentang perlunya pemasangan
rambu-rambu evakuasi, rambu peringatan daerah rawan bencana, dan tanda
peringatan dini. Termasuk siapa yang melakukan evakuasi, siapa yang harus dievakuasi
lebih dulu dan dievakuasi kemana.
Sementara
untuk titik kumpul, sekilas dijelaskan oleh Mukidi tentang perlunya menyiapkan
lokasi yang aman dan strategis untuk dijadikan tempat pengungsian dengan segala
pendukungnya.
Tentu,
Mukidi dalam menjelaskan, diselingi dengan cerita ngalor ngidul seputar pengalamannya
dan pengalaman relawan lainnya saat berkegiatan di lokasi bencana. Ceriteranya
di dramatisir sedemikian rupa sehingga para peserta sosialisasi SPAB terpesona sambil
manggut-manggut, sambil terkantuk-kantuk.
Acara sosialisasi
SPAB pun berakhir dengan pembagian souvenir, berupa tumbler, masker dan hand
sanitizer. Biasanya dibagikan juga kaos dan tas siaga bencana. Namun karena
tidak biasa, maka tidak dibagikan di masa pandemi covid-19, untuk menghindari
terjadinya kerumunan rebutan souvenir yang dibawa Mukidi.
Sementara,
pihak yang memberi tugas sangat puas dengan kinerja Mukidi dan kawan-kawannya. Apa
yang dilakukan Mukidi tidak mengecewakan. Semua senang. Pihak sekolah senang
karena mendapat hiburan dan buah tangan, yang nyuruh Mukidi juga lega, karena anggaran terserap sesuai harapan.
Sementara Mukidi bangga karena tugas baru sudah menunggu. Salam buat Mukidi
yang cerdik yang mampu memanfaatkan peluang. [eBas/SelasaPahing-28092021]