Minggu, 27 November 2022

WHATSAPP WADAH SILATURAHMI VIRTUAL

Beberapa artikel yang membahas whatsApp mengatakan bahwa manfaat masuk dalam grup whatsApp itu banyak sekali, tergantung kepentingan masing-masing individu. Tidak terlalu salah jika dikatakan whatsApp sebagai bentuk silaturahmi virtual di jaman milenial.

Yang jelas, dengan bergabung ke dalam grup whatsApp akan bertambah kawan (termasuk kawan yang belum pernah bertemu), serta akan mendapatkan informasi apa saja, dari siapa saja.

Ngobrol lewat whatsApp itu menyenangkan. Tidak harus mandi dulu, tidak harus ber baju resmi dan bersepatu. Cukup sarungan atau dasteran sambil nyruput kopi dan ngemil gorengan. Bahkan jika mau, sambil makan dan tiduran juga sah sah saja, yang penting kameranya dimatikan.

Lewat whatsApp juga akan mendorong terjadinya perluasan jejaring kemitraan, dalam rangka saling tukar pengalaman dan informasi. Termasuk ketika sedang membangun koordinasi dengan berbagai pihak, dalam kegiatan PRB maupun PB yang kolaboratif.

Namun juga ada grup whatsApp yang hanya berisi guyonan, saling perang gambar, pamer hasil ber swafoto, serta berbagi aneka gosip. Bahkan memposting dan berkomentar bebas pun sah-sah saja, yang penting anggota grup sepakat.

Ya, disamping kesepakatan, sosok admin juga dapat memengaruhi dan mengarahkan postingan serta komentar anggota. Admin yang cerdas pasti akan menyaring semua postingan yang masuk dan membangun kesadaran akan pentingnya ber-whatsApp yang bermanfaat. Tidak sekedar guyon.

Admin juga diharapkan bisa memotivasi anggotanya untuk aktif memposting sesuatu yang edukatif dan informatif. Termasuk mendorong seluruh anggota untuk berkomentar, atau mengomentari postingan yang konstruktif. Bukan hanya diam sambil  “mengintip”. Istilahnya hanya menunggu kesempatan. Jelas kelakuan ini tidak baik.

Disisi lain, admin harus bijaksana menghadapi komentar dari anggotanya. Biarkan anggota posting apa saja, yang penting tetap dalam koridor pembahasan/tema yang sedang dibahas.

Begitu juga berilah dorongan agar semua anggota menyampaikan komentarnya yang konstruktif dan solutif. Anggota harus dimotivasi agar berani aktif memposting dan berkomentar.

Siapa tahu ada yang berguna untuk melengkapi upaya menyelaraskan konsep. Bahkan tidak menutup kemungkinan komentar dari anggota bisa dijadikan bahan penyusunan kebijakan.

Jika ada postingan atau komentar yang agak aneh atau nakal, janganlah langsung di paido. Hal ini bisa terjadi karena (mungkin) adanya beda pemahaman, beda sudut pandang maupun beda latar belakang. Jadi harusnya dikomunikasikan dengan baik. Bukan dipaido dulu baru di japri.

Kalau semua postingan dan komentar langsung di clathu, ya jelas anggota mengambil jalan aman saja, “samikna wa atokna” (glundung semprong, kata wong Kediri), yang penting selalu diajak diberi kesempatan dan tentu juga diajak menikmati rejeki yang ada.

Apa yang dilakukan admin ini jelas akan membuka peluang terjadinya saling tidak percaya dan tumbuhnya sikap pembiaran, masa bodo dan tidak mau tahu terhadap permasalahan bersama (apatisme).

Apakah ini termasuk pembungkaman bersuara ?. jika iya, maka rusaklah semua jargon ideal yang selalu diteriakkan, dan tentu akan dicatat oleh semesta sebagai sebuah kegagalan dalam berorganisasi yang menjunjung nilai kemanusiaan.

Lebih celaka lagi jika ujung-ujungnya muncul “kelompok kecil” yang bermain sendiri dengan mengatas namakan grup. Naudzubillah Min Dzalik. Semoga perilaku yang begitu hanya ada di grup seberang, bukan di grup yang katanya punya payung hukum untuk terlibat dalam kegiatan kemanusiaan. [eBas/SeninPon-28112022]

PENGHADANGAN BANTUAN KORBAN BENCANA

Dalam postingannya di grup whatsapp PRBBK Indonesia, Kang Aep bilang, Setiap ada kejadian bencana, kenapa selalu ada penjarahan bantuan dari warga lokal. Tanya itu muncul karena adanya penghadangan yang dilakukan oleh para pengungsi yang mendirikan tenda pengungsian mandiri dan merasa belum mendapat bantuan.

Memang, peristiwa penghadangan itu sering terjadi di wilayah bencana. Baik itu skala kecil dan tidak terberitakan, maupun yang diberitakan tanpa ada tindakan tegas dari aparat karena dianggap sebagai tindakan keterpaksaan atas nama kemanusiaan.

Ada yang bilang, Kadang urusan perut itu bisa menjadikan gelap mata, dan itu bisa terjadi dimana saja, oleh siapa saja, dan berupa apa saja. Jadi, banyak alasan mengapa terjadi penghadangan. Termasuk pandainya si oknum mendirikan posko pengungsian abal-abal hanya untuk mendapatkan bantuan kemudian dijual.

Dengan kata lain, beragam motif yang mendasari perbuatannya. Ada yang hanya demi sekedar sebungkus indomie untuk mengganjal perut. Juga ada yang memang berniat nakal memanipulasi data demi mengeruk keuntungan dari aneka bantuan yang bisa didapat (termasuk memotong anggaran proyek di semua fase penanganan bencana).

Rujito, dalam komentarnya di grup whatsapp mengatakan, memang kecemburuan sosial diantara para penyintas itu muncul karena dropping bantuan yang tidak merata. Apalagi jika tempat pengungsiannya sulit dijangkau kendaraan. Alamat luput dari perhatian.

Masih kata Rujito, ketidak merataan ini juga terjadi karena masing-masing entitas pemberi bantuan itu mendasarkan pada issue lembaga masing-masing  dan  (dengan berdalih agar cepet nyampe di kelompok sasaran), maka masing-masing entitas pemberi bantuan langsung droping/memberikan sendiri, tidak menyerahkan ke  posko.

“Padahal di posko sudah ada daftar warga manĂ  yang mau didrop bantuan lebih dulu. Pemberi bantuan yang tidak terkoordinasi inilah yang menjadi trigger kecemburuan sosial, sehingga muncul tindakan penghadangan.,” Katanya.

Sementara itu, dibeberapa kasus, pihak posko terkesan lamban ribet dalam mendistribusikan bantuan kepada pengungsi, karena adanya aturan yang harus dipenuhi (Standard Operating Procedure (SOP) adalah sebuah dokumen berisikan instruksi tertulis yang menentukan bagaimana bisnis Anda harus dijalankan sesuai dengan prosedur yang benar), sehingga warga lebih suka minta bantuan ke tenda relawan/NGO yang ada disekitar pengungsian.

Sesungguhnyalah, kejadian semacam ini selalu terulang dengan berbagai modus, tanpa ada upaya menyudahi. Misalnya dengan membuat regulasi untuk mengamankan bantuan dari penghadangan. Polisi dan TNI sebagai bagian dari pentahelix hendaknya langsung memberi pengamanan kepada pembawa bantuan, maupun saat pendistribusiannya, tanpa menunggu perintah atasan.

Jangan-jangan peristiwa penghadangan ini dianggap hal biasa terjadi di awal masa tanggap darurat. Seperti halnya yang disampaikan oleh BNPB, terkait data jumlah korban meninggal yang tidak sama antara pernyataan yang dikeluarkan lembaga yang satu dengan lainnya.

Apakah harus selalu begitu, di awal masa tanggap darurat semua pihak masih larut dalam kepanikan dan membiarkan terjadinya kesimpang siuran informasi ?. sebuah pembelajaran yang layak dibahas bersama sambil nyruput kopi. [eBas/MingguPahing-27112022].

Selasa, 22 November 2022

NGE "SHARE" SEBAGAI BENTUK EKSISTENSI

Sudah menjadi rahasia umum di kalangan aktivis grup whatsapp, bahwa kecepatan nge share (membagikan) informasi dari ‘grup sebelah’ ke grupnya adalah menjadi kebanggaan tersendiri. Apalagi kemudian dikomentari dengan gambar jempol.

Hal ini membuat seseorang berlomba-lomba untuk mengikuti sebanyak-banyaknya grup whatsapp. Semakin banyak grup yang diikuti akan semakin banyak peluang informasi yang dapat di share ke grup lain. Tampaknya nge share berbagai hal itu menjadi kenikmatan tersendiri.

Sehingga yang terjadi adalah lomba cepat-cepatan nge share informasi kesemua grup yang diikuti. Ya, nge share sana, nge share sini, agar dianggap selalu update terhadap berbagai peristiwa. Sanyangnya asal nge share tanpa melihat dulu benar tidaknya informasi yang di share.

Jika apa yang di share itu salah, biasanya langsung di paido berjamaah, dengan bermacam komentar. Bahkan kadang dijadikan ajang balas dendam dengan menghubung-hubungkan hal yang tidak ada hubungannya. Seperti masalah politik identitas, dianggap pelanggaran etika yang bisa dipidanakan, dan lainnya sesuai tingkat emosi masing-masing.

Begitu juga dengan peristiwa bencana gempa bumi di Kabupaten Cianjur. Semua berlomba nge share gambar derita warga yang berdarah darah dan berita tentang kronologinya. Termasuk jumlah korban yang sekarat dan meninggal dunia pun juga menjadi bahan yang menarik untuk di share.

Dari kantor X dikatakan jumlah yang meninggal sementara terdata 14 orang. Sementara ada oknum lain yang nge share info jumlah meninggal sudah mencapai 20 orang. Belum sepuluh menit sudah ada pernyataan dari pejabat, bahwa jumlah warga yang meninggal telah mencapai 68 orang.

Belum selesai perdebatan di grup whatsapp tentang jumlah korban meninggal, tetiba ada yang nge share gambar infografis dari sebuah kantor tentang data terbaru bahwa jumlah korban meninggal sudah mencapai 167 orang.

Begitu seterusnya, masing-masing nge share dari sumber yang berbeda, sehingga menyebabkan ketidakjelasan informasi. Seakan masing-masing kantor/lembaga berhak menyampaikan data ke publik tentang perkembangan peristiwa gempa bumi.

Untuk menghindari kesimpang siuran data, Abdul Muhari, PhD, Plt. Kapusdatinkom BNPB, mengeluarkan pernyataan bahwa data resmi pemerintah terkait korban dan kerugian adalah data yang dirilis oleh BNPB.

Namun, masih katanya, dalam 1x24 jam pertama sebelum posko darurat terbentuk di lokasi terdampak, maka perbedaan data dan siapa yang berbicara itu biasa terjadi.

“Mulai hari ini (22/11), Pusdatinkom BNPB dan Posko Tanggap Darurat Gempa Cianjur akan melaksanakan konferensi pers setiap hari pukul 17:00 WIB yang akan mengunci data pada hari berjalan,” Katanya.

Semoga dengan pernyataan pejabat BNPB itu, menjadikan anggota grup whatsapp cerdas dalam nge share berita. Tidak harus lomba cepat-cepatan nge share info tentang peristiwa gempa bumi Cianjur yang akan terus berubah.

Gak usah mengejar gensi, hanya demi eksistensi sebagai anggota grup whatsapp yang aktif. Alanglah baiknya menunggu info dari yang berwenang. Hal ini mengingat perkembangan kejadian bencana itu sangat cepat, sesuai hasil kinerja para relawan yang penuh semangat bahu membahu, bergotong dengan berbagai pihak. Salam Tangguh. [eBas/SelasaPahing-22112022]

 

 

 

 

Sabtu, 19 November 2022

FORUM RELAWAN BENCANA PROVINSI LAMPUNG BELAJAR KE SURABAYA

Beberapa hari yang lalu, tepatnya hari rabu legi (16/11/2022), BPBD Provinsi Jawa Timur kedatangan tamu. Mereka adalah rombongan dari BPBD Provinsi Lampung, yang mengajak serta beberapa pengurus Forum Relawan Bencana (FRB) Provinsi Lampung.

Sebelum berdiskusi di Gedung Siaga lantai dua, ruangannya Siap Siaga, yang juga menjadi sekretariatnya F-PRB dan SRPB Jawa Timur, mereka diajak melihat ruangan pusdalops. Sempat pula dipameri paket bantuan yang dikemas dalam tas cantik, siap didistribusikan kepada yang berhak menerima bantuan.

Termasuk juga melihat tempina dan mosipena, sebagai media edukasi kebencanaan, yang konon merupakan hasil inovasi dan satu-satunya yang ada di indonesia. Tentu harapannya, media ini bisa ditiru oleh BPBD Provinsi Lampung.

Sambil menikmati snack, mereka saling bertukar cerita tentang manajemen bencana. Termasuk pelibatan relawan dalam upaya sosialisasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakat. mereka juga bercerita kegiatan relawan saat tanggap darurat.

Melalui wakilnya, mereka bercerita bahwa di Lampung telah berdiri FRB yang baru saja disahkan keberadaannya melalui Surat Keputusan Gubernur.  Dengan demikian keberadaannya sangat diperhatikan oleh Kantor/Lembaga terkait.

Konon, seluruh komunitas relawan yang ingin bergabung dalam FRB harus melalui seleksi administrasi. Sehingga yang tergabung itu benar-benar memiliki komitmen dan tidak sekedar mencatatkan diri sebagai anggota pasif.

Dari hasil ngobrol sambil ngopi dengan salah satu tamu dari Lampung, diperoleh informasi bahwa mereka sengaja memilih Surabaya sebagai tempat belajar, diantaranya karena keberhasilan BPBD Provinsi Jawa Timur mewadahi komunitas relawan dalam Sekretariat bersama Relawan Penanggulangan Bencana. Konon info itu didapat setelah mereka searching di google.

Mereka ingin belajar tentang pendataan relawan, program pembinaan dan pelibatan relawan, serta dukungan anggaran operasionalnya. Dari hasil belajar di Surabaya itu, nantinya akan dijadikan bahan diskusi untuk menyusun program tahun 2023.

Sesungguhnyalah jika bicara masalah dana, relawan Surabaya agak tertinggal dengan Lampung. Hal ini mengingat personil FRB banyak yang jadi ‘orang penting’. Baik dari sisi jabatan, maupun pekerjaan.

Ya, pengurus FRB Lampung ada yang menjadi anggota dewan, juga ada yang mengelola tambang. Dengan demikian, dari sisi finansial tidak ada masalah. Apalagi jika didukung anggaran dari BPBD.

Dalam kesempatan itu, mereka juga berbincang dengan beberapa pengurus F-PRB Provinsi Jawa Timur terkait dengan rencana membentuk F-PRB Provinsi Lampung, yang juga akan disahkan melalui Surat Keputusan Gubernur.

Dengan demikian dalam penyusunan program tahunan, akan mendapat dukungan anggaran dari pemda setempat. Entah itu lewat BPBD atau langsung. Ya, anggaran memang bukan segalanya. Namun, diakui atau tidak, segalanya perlu anggaran.

Dalam perbincangan itu, dijelaskan tentang kiprah F-PRB Provinsi Jawa Timur sebagai rumah besar tempat berkumpulnya elemen pentahelix, termasuk relawan sebagai bagian dari masyarakat terlatih, untuk membangun sinergi dalam kerja-kerja pengurangan risiko bencana dan penanggulangan bencana.

Dipenghujung pertemuan, seperti biasa ada acara tukar menukar cindera mata dan foto bersama sebagai kenangan yang terindah, karena belum tentu pertemuan yang “grapyak semanak” ini terulang kembali. Mereka juga bersepakat untuk menindaklanjuti proses saling belajar dan silaturahmi ini secara daring. Entah siapa nanti yang memulai. Just wait and see. Salam Literasi. [Ebas/MingguKliwon-20112022]

 

 

 

 

Rabu, 16 November 2022

MANAJEMEN ORGANISASI NIR LABA ITU UNIK

Sebagai mitra Pemerintah khususnya dalam bidang pengurangan risiko bencana, maka penguatan keorganisasian merupakan program yang wajib diagendakan (baik luring, daring maupun hybrid), untuk peningkatan kapasitas. Baik pengurus maupun anggotanya.

Harapannya, setelah kapasitasnya naik, bisa melaksanakan tugas sesuai perannya. Implikasinya, keberadaan organisasi akan benar-benar kuat, bermanfaat, dan bermartabat sebagai mitra pemerintah.

Untuk itulah, tidak ada salahnya jika pengurusnya paham akan pentingnya manajemen organisasi, agar keberadaannya bisa “menyenangkan” semua pihak yang ada di dalam naungannya. Baik sebagai pengurus, maupun anggota. Termasuk terciptanya relasi yang harmonis dengan elemen pentahelix lainnya.

Hal ini mengingat bahwa, setiap orang yang terlibat di dalamnya memiliki kepentingan, dan lewat organisasilah mereka menyatukan kepentingan yang berbeda-beda untuk dijadikan sebagai tujuan Bersama.

Dalam sebuah literatur, Max Weber mengatakan, pada intinya bahwa di dalam sebuah organisasi terdapat hubungan struktur yang mana semua pihak memiliki tugasnya masing-masing sesuai dengan fungsinya.

Sementara, manajemen organisasi bisa diartikan sebagai proses perencanaan, pengelompokan, pemantauan dalam sebuah organisasi, dimana setiap individu di dalamnya memiliki peran masing-masing untuk mewujudkan tujuan organisasi.

Dalam mengelola organisasi dibutuhkan ketrampilan tertentu untuk menjamin terselenggaranya agenda organisasi yang telah disepakati bersama, termasuk ketika berkesempatan melakukan MOU dengan pihak lain untuk peningkatan kapasitas haruslah dimanfaatkan sebaik-baiknya, bukan hanya menunggu untuk kemudian berlalu tanpa meninggalkan hasil yang bermutu.

Ada pula yang mengatakan bahwa proses pengelolaan organisasi itu adalah pelaksanaan operasional organisasi berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan di dalam rapat kerja, untuk dilaksanakan bersama.

Jika dalam perjalanannya terjadi sedikit penyimpangan yang bersifat insidentil harus dimaklumi sebagai warna yang tidak bisa dihindarkan dari perjalanan organisasi. Namun harus segera diperbaiki dan tidak dijadikan kebiasaan yang permisif.

Untuk itulah, tidak ada salahnya jika semua pihak saling mengenali karakteristik dan latar belakang koleganya, melalui interaksi (langsung maupun tidak langsung) agar tercipta chemistry dan kesepahaman akan makna berorganisasi. Sehingga tidak ada yang merasa ditinggalkan dan yang terpenting, tidak ada dusta diantara anggota.

Karena, sesungguhnyalah dalam menjalankan perannya, mereka secara tidak sengaja juga saling mempengaruhi kinerja, loyalitas, dan motif berprestasi di dalam berinteraksi. Sehingga akan tampak siapa yang menonjol dalam organisasi, dan siapa yang pasif sebagai follower.

Sesungguhnyalah, banyak faktor yang melatari seseorang aktif di sebuah organisasi. Faktor-faktor inilah yang konon akan ikut menentukan kemajuan organisasi dengan segala suka dukanya. Ini juga harus menjadi perhatian semua pihak untuk saling mengingatkan demi keutuhan organisasi.

Sementara, beberapa aktivis organisasi sempat mengatakan kepada penulis bahwa, hal terpenting dalam menghidupkan organisasi (khususnya yang bersifat nir laba), adalah kepemimpinan atau ketokohan, luasnya jejaring kemitraan, serta adanya  fresh money yang siap mendukung operasionalisasi organisasi. Benarkah demikian ?.

Tampaknya tidaklah selalu demikian. Banyak juga organisasi nir laba yang bisa hidup secara mandiri (baik program maupun anggaran), karena didukung oleh loyalitas dan dedikasi para aktor yang terlibat kuat membersamai organisasi dalam berproses untuk kebermanfaatan bersama. Disinilah uniknya.

Artinya, teori manajemen, juga teori organisasi yang dikemukakan oleh para ahlinya itu kadang tidak bisa berjalan mulus dalam kehidupan organisasi nir laba. Karena mereka punya jalannya sendiri sesuai dengan kearifan lokal yang menjadi motivasi pergerakannya. Sekali lagi disinilah uniknya yang tidak dipunyai oleh organisasi nir laba lainnya.

Disinilah, yang namanya koordinasi dan komunikasi sangat diperlukan untuk  menjaga keberlangsungan kiprah organisasi. Harus diciptakan suasana saling terbuka, agar segala kendala yang bisa menjadi cikal bakal buyarnya organisasi bisa segera diantisipasi, untuk kemudian bersama-sama membenahi. Salam Literasi. [eBas/KamisPahing-17112022]

 

 

 

 

  

Senin, 14 November 2022

PASANG SURUT BERORGANISASI

pasang surut merupakan fenomena pergerakan naik ataupun turunnya posisi permukaan perairan laut secara berkala yang disebabkan oleh faktor- faktor tertentu. Ya begitulah laut punya siklus pasang surut silih berganti yang bisa dimanfaatkan dalam kehidupan.

Begitu juga dengan pasang surut organisasi (khususnya organisasi nir laba), pasti akan mengalami. Ya, pasang surut adalah sebuah fenomena yang selalu ada di setiap organisasi, dan sering kali sulit ditebak penyebabnya karena sifatnya sangat pribadi. Jika tidak disikapi dengan baik bisa menjadi penyebab surutnya keberadaan organisasi karena satu persatu personilnya ikutan surut.

Tentu kondisi itu tidak dikehendaki. Apalagi jika keberadaan organisasi sedang dalam performa terbaik dengan segala agendanya. Untuk itulah perlu dilakukan bersama upaya menciptakan suasana yang selalu menyenangkan dan membuat semua betah duduk bersama ngobrol sambil ngopi bertukar gagasan dan pengalaman.

Mungkinkah perlu ada upaya mitigasi untuk “mengelola” proses pasang surut itu ?. Tampaknya memang harus diantisipasi oleh semua pihak yang ada di dalam organisasi itu, bukan hanya oleh satu pihak saja. Karena organisasi itu dibangun secara bersama.

Kiranya perlu juga duduk bersama untuk menemukenali apa saja yang menjadi biang kerok surutnya organisasi itu ?. semua keluhan dan  gejala yang berpengaruh juga perlu diinventarisir. Jika memungkinkan semua pihak juga memberikan solusi cerdas untuk mensikapi pasang surut organisasi secara konstruktif.

Beberapa faktor umum yang selalu berpengaruh pada seseorang dalam berorganisasi. Diantaranya, faktor usia dengan segala problema yang mengikuti. Faktor kesibukan keluarga dengan segala implikasinya, faktor reward and punishment.

Bisa juga faktor keterlibatan dan kepentingan dalam proses berorganisasi, serta faktor lain yang masih banyak lagi. Termasuk masalah perasaan yang tidak bisa diungkapkan secara vulgar.

Jangan-jangan inilah yang dinamakan titik jenuh dalam berorganisasi. Dimana awalnya nyaman dan bersemangat menikmati kehidupan organisasi, hingga pada titik tertentu rasa itu berubah menjadi kejenuhan, yang akhirnya membuat semangat itu pun meredup, dan surut.

Jika demikian, ada benarnya anggapan bahwa tidak selamanya kehidupan  berorganisasi itu dinaungi oleh cuaca cerah. Ada hujan, badai, mendung, panas dan dingin yang sering melingkupinya. Termasuk perbedaan pandangan dalam melaksanakan program. itu hal biasa dalam berorganisasi.

Menghadapi itu semua, harapannya tentulah semua personil yang ada di dalam organisasi mencoba beradaptasi, dan mencari solusi bagaimana kesemuanya bisa  dilalui dengan baik sehingga menghasilkan yang terbaik sesuai tujuan bersama, agar suasana surut bisa berubah menjadi pasang.

Upaya mengatasi organisasi yang sedang surut ini sungguh tidak mudah. cara termudah adalah semua personil duduk bersama untuk secara terbuka bicara ada apa sesungguhnya, dan mau dibawa kemana organisasi ini.

Namun, mengagendakan duduk bersama itu juga tidak mudah. Bahkan semua teori motivasi yang sering digunakan dalam manajemen perusahaan dan mengelola organisasi modern, tampaknya tidak berlaku di organisasi nir laba.

Kalau sudah begini, mungkin prinsip "Silent is gold", mungkin adalah yang terbaik untuk diterapkan. Karena dalam suasana hati yang kacau dan pikiran yang bergalau, maka semakin banyak kita berbicara, maka semakin banyak peluang yang akan memperburuk keadaan.

Dengan kata lain, sebaiknya semua anggota organisasi melakukan "Cooling down" atau menenangkan diri sehingga dapat menimbang nimbang dengan cermat sebelum mengambil suatu keputusan. Karena setiap keputusan yang diambil, pasti akan membawa risiko.

Biasanya keputusan yang terburu-buru diambil, biasanya terbawa oleh emosi yang sedang labil, karena itu berpotensi terjadi hal yang lebih buruk. Untuk itulah mari ber “Cooling Down” dulu saja, gak usah ngomongin organisasi beserta rencana-rencana yang pernah dibahas. [eB/SeninWage-14112022]  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jumat, 11 November 2022

PEMETAAN FASILITATOR SPAB

Yth. Bapak/Ibu/Saudara Pegiat SPAB,

Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (SEKNAS SPAB) Kemendikbudristek akan melakukan pemetaan fasilitator SPAB di seluruh Indonesia. Sehubungan hal dimaksud, Kami mohon kesediaan Saudara untuk berpartisipasi dalam kegiatan pendataan yang akan dilaksanakan pada tanggal 10 s.d. 25 November 2022 dengan mengisi formular secara jelas melalui tautan https://formulir.kemdikbud.go.id/view.php?id=26573585. 

Hasil pemetaan akan ditampilkan pada web SEKNAS SPAB (https://spab.kemdikbud.go.id/), sebagai referensi informasi Fasilitator SPAB yang dapat diakses oleh seluruh pihak yang berkepentingan.

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Saudara Asep Koswara (WA: 0812-1803-3853) dan Mariana Pardede (WA: 0857-6619-5789) atau melalui pos-el spab@kemdikbud.go.id. Terima Kasih.

Begitulah surat terbuka yang beredar di berbagai grup Whatsap. Penulis membacanya pas hari Jumat penuh berkah, yang bertepatan dengan tanggal cantik. Tanggal sebeles, bulan sebelas.

Surat itu berisi himbauan kepada para pegiat SPAB. Baik itu yang sudah pernah ikut diklat fasilitator SPAB, maupun yang belum, untuk berpartisipasi mendaftarkan diri agar keberadaannya terdata di Kantor Seknas SPAB.

Sungguh ini sebuah ajakan yang sangat bijak dari Seknas SPAB, sehingga upaya membumikan SPAB secara merata di seluruh sekolah segera terwujud, dan tidak hanya “dikuasai” oleh segelintir oknum yang merasa lebih berhak melahap program SPAB, karena sudah ikut diklat.

Namun, konon ada yang sudah pernah ikut diklat fasilitator SPAB tapi tidak pernah dipakai, dengan alasan tertentu, dan digantikan oleh mereka yang belum pernah ikut diklat, dengan alasan tertentu pula. Pernah juga ada cerita, seorang relawan sudah ikut diklat fasilitator namun tidak pernah dilibatkan dalam program fasilitasi, sehingga dia bersuara di facebook, menganggap bahwa telah terjadi penguasaan oleh beberapa fasilitator saja, karena disana ada uangnya. naudzubillah min dzalik. Semoga cerita di atas terjadi karena kesalah pahaman semata.

Kondisi inilah yang mungkin (menurut penulis lho ya), menjadi salah satu tujuan pendataan agar program SPAB ini bisa menjadi sebuah gerakan yang masif dengan banyak aktor yang terlibat/dilibatkan, dan mungkin (masih menurut penulis, jadi bisa saja salah), juga untuk memudahkan berkoordinasi dalam rangka pembinaan maupun penugasan.

Ya, sesungguhnyalah banyak aktor lokal yang ingin menjadi fasilitator SPAB. Namun tidak memiliki sertifikas SPAB. Sementara, program diklat Fasilitator SPAB jarang sekali ada. Hal ini sangat menghambat hasrat untuk turut serta mensukseskan program SPAB.

Nah, tidak ada salahnya jika semua pegiat SPAB yang bersertifikat maupun yang belum bersertifikat, hendaknya segera mendaftarkan diri agar terdata di Kantor Seknas SPAB. Siapa tahu setelah proses pendataan, akan dilanjutkan dengan acara pembekalan, sebelum turun ke lapangan.

Semoga program ini benar-benar memberi harapan baru. Baik kepada para pegiat SPAB, maupun program SPAB, yang sampai sekarang belum banyak dipahami oleh Dinas Pendidikan, dan Dinas terkait lainnya.

Termasuk adanya kesadaran baru dari kemendikbudristek terhadap pentingnya program SPAB beserta anggaran pendukungnya. Sehingga gerakan literasi kebencanaan itu benar-benar membawa dampak dalam upaya membangun ketangguhan. [eBas/JumatLegi-11/11/2022]

Rabu, 09 November 2022

RELAWAN PAHAM JURNALISTIK JENIS FEATURE

Konon, yang namanya relawan penanggulangan bencana itu adalah mereka yang memiliki kemampuan dan siap sedia menyumbangkan tenaga untuk kerja-kerja kemanusiaan. Baik pada fase pra bencana, saat bencana, maupun pasca bencana.

Tentu mereka sangat kaya akan cerita suka duka selama membantu sesama. termasuk cerita tentang dipaido temannya karena kesalah pahaman, juga mungkin salah jalan menuju sasaran yang ditentukan.

Semua pengalaman itu hendaknya didokumentasikan dalam sebuah tulisan. Jangan dibiarkan hilang dan dilupakan. Karena, sesungguhnyalah pengalaman itu sangat indah untuk dikenang. Bahkan kadang bisa menjadi pembelajaran bagi mereka yang mau belajar.

Kendala utama relawan enggan menuliskan pengalamannya adalah karena takut salah, takut dipaido dan takut ditertawakan. Padahal yang menyalahkan, memaido, dan menertawakan belum tentu bisa menuliskan pengalamannya. Jadi, mengapa harus malu, dan takut ?. Konon, menulis itu sebuah kreativitas yang pribadi sifatnya.

Untuk itulah, mari mulai menulis apa saja, tidak usah takut salah. Karena menulis itu sifatnya unik dan mempribadi sesuai dengan latar belakang si penulis itu sendiri, yang penting tulisan itu berdasar data dan fakta, yang diberi bumbu narasi dan pemilihan diksi sesuai kekayaan vocabulary.

Agar relawan memiliki keberanian menulis, tidak ada salahnya jika relawan belajar Menulis Feature sebagai salah satu bentuk karya jurnalistik. Mari belajar dari cuplikan buku berjudul  menulis feature karangan Septiawan Santana Kurnia. Jadi, disini saya hanya menulis ulang yang saya anggap penting.

Bukan kepemilikan sertifikat jurnalistik yang mendorong saya nulis, seperti mereka yang bangga dengan sertifikatnya tapi tidak berani mendokumentasikan kelakuannya. Bekal saya hanya keberanian yang nekat, untuk mencoba berbagi cerita, agar teman-teman relawan berani menuliskan pengalamannya untuk kemudian dibukukan.

Baiklah mari kita mulai.

Apa itu Feature ?. Daniel R. Williamson dalam buku “Feature Writeing for Newspaper” mengatakan bahwa Feature adalah sebuah kisah kreatif, terkadang subyektif, yang dibuat untuk menghibur dan menginformasikan pada pembaca tentang suatu peristiwa, situasi atau aspek kehidupan.

Menurut Septiawan Santana, teknik dan penulisan feature merupakan sesuatu yang tak terduga dan tidak selurus penulisan berita reguler. Apa yang dihadapi oleh penulisnya adalah kelinglungan mencari “news value” dari suatu peristiwa untuk diangkat ke dalam feature.

Williamson menyebutkan unsur-unsur yang dimiliki feature adalah kreativitas, subyektivitas, informasi, menghibur dan tidak dibatasi waktu. Tulisan feature juga harus bersifat orisinal dan deskriptif. Jadi, bisa saja di dalam sebuah tulisan feature terdapat banyak informasi. Namun, bedanya tulisan itu harus disampaikan dengan gaya yang menarik.

Penulisan fature juga cenderung deskriptif, karena berbeda dengan berita reguler yang kekuatannya terletak pada objektivitas. Kisah-kisah feature justru diberatkan untuk bagaimana membangkitkan imajinasi pembaca terhadap apa yang diangkat dalam tema penulisannya.

Feature koran atau majalah adalah salah satu jenis tulisan feature yang memiliki dua ciri, yaitu mengikuti headline news yang muncul di halaman-halaman utama koran dan peristiwa utama yang termuat di koran tersebut dan penulis yang ditekan deadline. Tipe ini disebut juga dengan istilah Sidebar. Yaitu tulisan yang mendukung atau dibaik berita utama.

Kedua adalah tipe feature yang dibuat dengan ciri timeless, artinya penulisannya tidak mengikuti cepatnya koran harus memberitakan peristiwa. Wartawan bisa lebih santai dalam menulis karyanya dengan konsekwensi karyanya itu mendetail dan lebih bergaya feature dalam penyampaiannya.

Dalam feature juga menggunakan gaya bahasa sastra untuk mengembangkan tulisan yang berbentuk news maupun views, sehingga tampak sisi human interst nya dan memikat pembaca dengan gaya penulisan yang enteng, cair dan sederhana, serta tidak lekang oleh waktu.

Pada  mulanya feature hanya menjadi sebuah bentuk tulisan yang mengungkapkan sudut pandang lain dari fakta berita yang tidak mungkin dibahas lebih mendalam dan detail di dalam tulisan straight news.

Gunawan Mohamad, dalam tulisannya pernah mengatakan, “penulis feature pada hakekatnya adalah seorang yang berkisah.” Penulis melukis gambar dengan kata-kata dan terkadang melibatkan diri dalam cerita tersebut.

       Keterampilan Menulis Feature (Writing Skills Feature), syaratnya adalah, Kemampuan menangkap peristiwa agar diketahui pembaca, gemar menulis tentang kisah manusia dengan segala masalahnya, dan memiliki kemampuan mengaduk, merangsang dan menghibur emosi pembacanya.

Penulis feature harus memiliki rasa pingin tahu yang besar. Senang dan jeli mengamati/menangkap fenomena sebuah peristiwa dibalik berita, maupun latar belakang dari sebuah pernyataan.

Feature juga akrab dengan emosi atau sentimen kemanusiaan. Dalam kalkulasi tertentu, laporan feature lebih banyak memainkan sisi kemanusiaan dengan cara menarik minat, memusatkan perhatian dan memberi sentuhan kesenangan pada sebagian pembaca. Perhatian kemanusiaannya digugah lewat kisah cinta, benci, ketakutan dan tema-tema yang sering terlupakan karena dianggap biasa.

Struktur feature terdiri atas Judul, Lead, Tubuh, dan Penutup. Judul dibuat semenarik mungkin/seaneh mungkin untuk menarik minat pembacanya. Judul tidak perlu mengikuti seperangkat aturan yang mengikat headlines. Dalam feature judul bukan berupa ringkasan tulisan.

Kemudian memulai dengan membuat Lead  yang berfungsi  menarik minat pembaca untuk terus membaca semapai habis. Ada beberapa lead yang bisa dipilih sesuai dengan kemampuan (bahkan tidak jarang ada yang mengabaikannya).

Jenis Lead (teras berita), Lead What, Who, When, Where, Why, How, Ringkasan, Kontras, Menjerit, Kutipan, Diskriptif, Pertanyaan, Naratif, Parodi, Epigram, dan Lead Sapaan. Untuk penjelasan lengkap beserta contoh Lead bisa dilihat di kitabnya simbah Gugel.

Setelah Lead, barulah menuliskan tubuhnya yaitu apa yang ingin disampaikan kepada pembaca dengan menggunakan bahasa keseharian yang mudah dipahami dengan memberikan sentuhan gaya bahasa sastra agar enak diikuti sambil nyruput kopi.

Diakhir tulisan adalah Penutup. Bisa berupa Ringkasan, Klimaks, Flash back/Cut back, Naratif, Deskriptif, Gabungan (informasi, ringkasan, dan kejutan), bahkan penutup juga bisa tanpa kalimat Penyelesaian, semua diserahkan ke pembacanya (Kalimat Terbuka).

Demikianlah bahasan singkat tentang tulisan jenis Feature yang bisa dijadikan media untuk mendokumentasikan pengalaman relawan saat melakukan kerja-kerja kemanusiaan (baik suka maupun dukanya), dalam sebentuk buku yang akan menjadi bukti bahwa pada masanya Sang Relawan pernah Berbuat sesuatu untuk sesamanya. Tentu buku ini akan menjadi sebuah kenangan yang terindah untuk diwariskan kepada generasi berikutnya.

Mohon maaf jika disana sini banyak kekurangan, karena tulisan ini berangkat dari nekat, bukan atas nama sertifikat yang didapat dari sebuah diklat. Salam Tangguh. [eBas/RabuWage-09112022]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

    

Minggu, 06 November 2022

KOPI RATNA DARI TAMBAKREJO

            Tidak ada salahnya jika saya pada kesempatan ini mengucapkan terimakasih kepada pimpinan BPBD Provinsi Jawa Timur, khususnya Mas Dadang. Begitu juga kepada pengurus F-PRB Jawa Timur yang sudi melibatkan saya sebagai salah satu petugas Sapa Destana tahun 2022.

Saya berdua Dariyanto, mendapat tugas menyapa Destana di wilayah Kabupaten Blitar, bertempat di Balai Desa Tambakrejo, Kecamatan Wonotirto. Dekat dengan Guest House Mitra Bahari, yang berada di komplek Pelabuhan Perikanan Pantai Tambakrejo, milik Dinas Kelautan dan Perikanan, Provinsi Jawa Timur. Selasa (01/11/2022).

Kegiatannya meriah. Dihadiri oleh Kalaksa BPBD Provinsi Jawa Timur, yang didampingi oleh Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Kalaksa BPBD Kabupaten Blitar, Kepala Desa Tambakrejo, babinsa dan babinkamtibmas serta perwakilan dari beberapa F-PRB tingkat Desa dan organisasi masyarakat setempat. dalam kesempatan itu, diserahkan pula bantuan 3000 bibit mangrove siap tanam dari Kalaksa BPBD Provinsi Jawa Timur.

Peserta Sapa Destana antusias mendengarkan pemaparan dari para pejabat yang datang. Mulai dari pentingnya menjaga lingkungan sekitar agar bersih dari sampah, menanam pohon mangrove, cemara udang dan beberapa jenis pohon pantai untuk mengurangi hempasan gelombang laut selatan. Serta upaya mengembangkan destinasi wisata pantai Tambakrejo.

Terkait dengan upaya pengurangan risiko bencana, diharapkan agar F-PRB Desa sebagai bentuk partisipasi masyarakat, hendaknya aktif mengedukasi masyarakat akan adanya potensi banjir, longsor, gempa, gelombang ekstrim, tsunami, dan antisipasi dampak pembangunan jalur lintas selatan. Serta pemasangan rambu-rambu evakuasi dan menentukan titik kumpul yang bisa dijangkau dari berbagai arah.

Sambil menikmati snack yang disediakan, petugas Sapa Destana mencoba membuka dialog untuk saling tukar pengalaman dalam “menghidupkan” keberadaan forum, pasca program Destana, yang didampingi oleh Fasilitator Destana. Dengan Sapa Destana, akan diketahui apakah materi yang pernah disampaikan oleh Fasilitator itu, masih berjalan, atau sudah “mati suri” karena kehabisan “amunisi”.

Jika aktivitas forum sudah berhenti, kira-kira ada masalah apa dan bagaimana solusinya, termasuk bagaimana mendorong penggunaan dana Desa untuk mendukung kegiatan forum dalam upaya pengurangan risiko bencana. Dalam kesempatan yang terbatas itu juga diberikan informasi tentang Penilaian Ketangguhan Desa.

Sukimin, salah satu pengurus F-PRB Desa Tambakrejo menjelaskan program yang menjadi agenda forum adalah sosialisasi pengurangan risiko bencana lewat kegiatan yang ada di masyarakat. Diantaranya, lewat tahlilan, yasinan, dan arisan PKK, dan secara berkala melakukan gerakan anti sampah (Gratis), agar lingkungan bersih dan saluran air tidak terhambat.

“Kami juga punya agenda Kopi Ratna, yaitu koin peduli darurat bencana. Dimana setiap pertemuan, anggota forum secara suka rela menginfaqkan sebagian rejekinya untuk dijadikan dana kelompok yang akan digunakan dalam keadaan darurat,” Katanya bangga.

Konon, Kopi Ratna ini juga menjadi media mempererat tali silaturahmi antar pengurus dan anggota. Dana dari Kopi Ratna juga bisa digunakan untuk memberikan santunan kepada masyarakat yang memerlukan uluran tangan. Tentunya berdasarkan kesepakatan.

Ya, istilah Kopi Ratna ini merupakan hasil kreativitas pengurus forum setempat yang tentunya melalui proses yang panjang sebelum disepakati sebagai upaya menggalang Susu Tante (sumbangan sukarela tanpa tekanan).

Saya yakin, semua komunitas pasti punya istilah sendiri untuk mengoptimalkan Susu Tante. Diantaranya Topi Terbang, Sodakoh Receh, Bantingan, Kumpul Uwul, dan sebagainya. Disini yang terpenting adalah keterbukaan agar tidak ada dusta diantara semua. Karena, seringkali uang itu bisa menggoyahkan iman dengan berbagai istilah untuk kepentingan sendiri.

Semoga cerita tentang Kopi Ratna dari Tambakrejo bisa menginspirasi pihak lain untuk mengadopsi, dalam rangka menggali dana secara mandiri untuk opersionalisasi organisasi sekaligus keberlanjutannya. Ya, dengan mengoptimalkan Susu Tante maka akan tercipta kemandirian finansial dari F-PRB di semua tingkatan. Salam sehat, tetap waspada dengan isue Covid-19 dengan sub varian XBB Omicron. [eBas/ndleming mingguLegi sore hari-06112022]

 

 

 

 

 

 

 

 

Rabu, 02 November 2022

SRPB TASYAKURAN SPAB

Beberapa teman sempat melihat foto dari Tim Fasilitator SPAB bentukan SRPB Jawa Timur yang tampil berseragam dengan mboisnya. Ada beberapa foto yang menggambarkan suasana suka cita (dan tentunya bangga) dalam berbagai gaya. Lokasinya di sekitar Kantor BPBD Provinsi Jawa Timur.

Konon, mereka sedang mengadakan tasyakuran sebagai tanda syukur telah menyelesaikan tugas yang dibebankan oleh BPBD Provinsi Jawa Timur, membantu melaksanakan program sosialisasi SPAB kepada sekolah yang ditunjuk, di beberapa Kabupaten/Kota di Jawa timur.

Seperti diketahui, bahwa sosialisasi SPAB ini programnya BPBD Provinsi Jawa Timur, sekaligus anggarannya, bukan programnya Dinas Pendidikan Jawa Timur. Sedangkan Tim Fasilitator SPAB bentukan SRPB itu “digandeng” oleh BPBD, bukan disuruh Dinas Pendidikan yang memiliki Permendikbud nomor 33 tahun 2019. Ini yang harus dipahami agar tidak salah tafsir untuk kemudian maido dan sok baper.

Ya, mereka patut berbangga dan gelaran syukuran ala kadarnya itu pun wajar diadakan. Disamping untuk mempererat tali silaturahmi, juga untuk evaluasi pelaksanaan program yang memerlukan ketahanan tenaga yang prima agar target terpenuhi.

Ya, evaluasi bagaimana menyiapkan penugasan berikutnya, sekaligus menyiapkan Tim Fasilitator “lapis ke dua” sebagai upaya kaderisasi dan pemerataan kesempatan. Bahkan jika dimungkinkan, setiap Tim Fasilitator SPAB “manggung” di daerah, juga menyempatkan diri bersemuka dengan mitra SRPB di daerah untuk mempererat paseduluran. Syukur-syukur mereka disuruh hadir untuk melihat teknik fasilitasi yang dimainkan oleh Tim Fasilitator SPAB. Dari situlah mitra SRPB akan belajar.

Sambil bercanda mereka berbagi pengalaman selama di daerah, jauh dari keluarga. Demi tanggung jawab mensukseskan amanah yang bergengsi, sebagai ajang pembuktian bahwa Tim Fasilitator SPAB bentukan SRPB benar-benar mumpuni di bidangnya. Istilah jaman now, bukan kaleng-kaleng.

Konon, beberapa sekolah yang “didatangi” Tim Fasilitator SPAB bentukan SRPB sangat puas atas pemaparannya tentang modul tiga pilar SPAB. Yaitu Fasilitas sekolah aman, Manajemen bencana di sekolah, dan Pendidikan pencegahan dan pengurangan risiko bencana.

Tinggal bagaimana BPBD dan SRPB memotivasi pihak sekolah untuk melanjutkannya secara mandiri, atau bekerjasama dengan komunitas relawan yang ada di daerahnya.

Syukur-syukur jika pihak sekolah dengan kesadaran sindiri minta didampingi Tim Fasilitator dalam mempraktekkan SPAB secara rutin untuk meningkatkan kapasitas warga sekolah. Jika ini terjadi, maka akan menjadi kebanggaan tersendiri, dalam arti luas.

Dengan suksesnya Tim Fasilitator SPAB melaksanakan amanah dari BPBD Provinsi Jawa Timur, itu artinya, SRPB kini memiliki dua program unggulan. Yaitu, Arisan Ilmu Nol Rupiah sebagai wadah peningkatan kapasitas dan wawasan dan Tim Fasilitator SPAB yang siap memfasilitasi anggota mitra di bidang pengurangan risiko bencana.

Tidak ada salahnya jika SRPB yang keberadaannya menginjak tahun ke enam ini memperluas jejaring kemitraan dengan berbagai organisasi profesi yang bergerak dibidang komunikasi edukasi dan informasi. Seperti F-PT PRB, IABI, PSBL UNITOMO, dan lainnya. Sungguh itu tidak mudah dilakukan. Tapi, paling tidak harus dimulai dengan membangun mimpi dulu, setelah mengadakan tasyakuran atas selesainya tugas. Salam Tangguh. [eBas/KamisPon-03112022]