Beberapa
artikel yang membahas whatsApp mengatakan bahwa manfaat masuk dalam grup
whatsApp itu banyak sekali, tergantung kepentingan masing-masing individu. Tidak
terlalu salah jika dikatakan whatsApp sebagai bentuk silaturahmi virtual di
jaman milenial.
Yang
jelas, dengan bergabung ke dalam grup whatsApp akan bertambah kawan (termasuk
kawan yang belum pernah bertemu), serta akan mendapatkan informasi apa saja,
dari siapa saja.
Ngobrol lewat whatsApp itu menyenangkan. Tidak harus
mandi dulu, tidak harus ber baju resmi dan bersepatu. Cukup sarungan atau
dasteran sambil nyruput kopi dan ngemil gorengan. Bahkan jika mau, sambil makan
dan tiduran juga sah sah saja, yang penting kameranya dimatikan.
Lewat
whatsApp juga akan mendorong terjadinya perluasan jejaring kemitraan, dalam
rangka saling tukar pengalaman dan informasi. Termasuk ketika sedang membangun
koordinasi dengan berbagai pihak, dalam kegiatan PRB maupun PB yang
kolaboratif.
Namun
juga ada grup whatsApp yang hanya berisi guyonan, saling perang gambar, pamer hasil
ber swafoto, serta berbagi aneka gosip. Bahkan memposting dan berkomentar bebas
pun sah-sah saja, yang penting anggota grup sepakat.
Ya,
disamping kesepakatan, sosok admin juga dapat memengaruhi dan mengarahkan
postingan serta komentar anggota. Admin yang cerdas pasti akan menyaring semua
postingan yang masuk dan membangun kesadaran akan pentingnya ber-whatsApp yang
bermanfaat. Tidak sekedar guyon.
Admin
juga diharapkan bisa memotivasi anggotanya untuk aktif memposting sesuatu yang
edukatif dan informatif. Termasuk mendorong seluruh anggota untuk berkomentar,
atau mengomentari postingan yang konstruktif. Bukan hanya diam sambil “mengintip”. Istilahnya hanya menunggu
kesempatan. Jelas kelakuan ini tidak baik.
Disisi
lain, admin harus bijaksana menghadapi komentar dari anggotanya. Biarkan
anggota posting apa saja, yang penting tetap dalam koridor pembahasan/tema yang
sedang dibahas.
Begitu
juga berilah dorongan agar semua anggota menyampaikan komentarnya yang
konstruktif dan solutif. Anggota harus
dimotivasi agar berani aktif memposting dan berkomentar.
Siapa tahu ada yang berguna untuk melengkapi upaya menyelaraskan konsep. Bahkan
tidak menutup kemungkinan komentar dari anggota bisa dijadikan bahan penyusunan
kebijakan.
Jika ada
postingan atau komentar yang agak aneh atau nakal, janganlah langsung di paido.
Hal ini bisa terjadi karena (mungkin) adanya beda pemahaman, beda sudut pandang
maupun beda latar belakang. Jadi harusnya dikomunikasikan dengan baik. Bukan dipaido
dulu baru di japri.
Kalau
semua postingan dan komentar langsung di clathu, ya jelas anggota mengambil
jalan aman saja, “samikna wa atokna” (glundung semprong, kata wong Kediri),
yang penting selalu diajak diberi kesempatan dan tentu juga diajak menikmati
rejeki yang ada.
Apa yang
dilakukan admin ini jelas akan membuka peluang terjadinya saling tidak percaya
dan tumbuhnya sikap pembiaran, masa bodo dan tidak mau tahu terhadap
permasalahan bersama (apatisme).
Apakah
ini termasuk pembungkaman bersuara ?. jika iya, maka rusaklah semua jargon
ideal yang selalu diteriakkan, dan tentu akan dicatat oleh semesta sebagai
sebuah kegagalan dalam berorganisasi yang menjunjung nilai kemanusiaan.
Lebih
celaka lagi jika ujung-ujungnya muncul “kelompok kecil” yang bermain sendiri
dengan mengatas namakan grup. Naudzubillah Min Dzalik. Semoga perilaku
yang begitu hanya ada di grup seberang, bukan di grup yang katanya punya payung
hukum untuk terlibat dalam kegiatan kemanusiaan. [eBas/SeninPon-28112022]