Kamis, 23 Februari 2023

SEMOGA YANG PERTAMA INI BUKAN PULA YANG TERAKHIR

     Alhamdulillah, dua kegiatan keroyokan yang beriringan telah kita lewati bersama dengan baik, lancar sesuai harapan. Wajar jika di sana sini masih ada sedikit kendala dan ketidak paduan. Namanya juga belajar berorganisasi, belajar kerja bareng antar pihak yang beraneka karakter dan latar belakang.

     Kegiatan keroyokan yang pembahasannya serba spontanitas itu adalah, Sharing Session PPGD dan LDP, yg mengambil tempat di Aula BPBD Kota Surabaya, sabtu (18/02/2023), dan kegiatan Bersih Sampah di pantai seputaran Benteng Kedung cowek, minggu (19/02/2023), dalam rangka memperingati hari sampah nasional.

     Masing-masing kegiatan bisa menarik perhatian relawan dari berbagai komunitas, termasuk pecinta alam yang ada di Kota Surabaya. Bahkan ada peserta dari luar daerah. Pertanda kegiatan semacam ini memang dirindukan, untuk menambah wawasan serta pertemanan.

     Kiranya peluang inilah yang harus dicermati oleh panitia saat menggelar evaluasi sekaligus pembubaran kepanitiaan. Agar muncul rekomendasi cerdas untuk menindak lanjuti kegiatan rintisan yang baik ini dengan merencanakan kegiatan selanjutnya.

     Beberapa masukan dan harapan yang sempat muncul adalah, perlunya menggelar pertemuan dengan materi Manajemen Penanggulangan Bencana, Program SPAB, Manajemen Pendakian, Junggle Survival. Ada pula yang usul pelatihan vertical rescue, junggle rescue, dan water rescue, sebagai bekal (lebih tepatnya menambah keterampilan) para potensi SAR (rescuer).

     Ya, namanya usulan dan masukan, tentunya sesuai dengan selera dan kepentingan si pengusul. Untuk itu ada baiknya jika mereka yang ditunjuk sebagai panitia di kedua kegiatan keroyokan di atas, tetap berkomunikasi melalui rapat (jagongan), untuk mencermati segala usulan kegiatan dari berbagai pihak, untuk dipilih dan dipilah mana yang dapat dilakukan sesuai "kemampuan".

     Artinya, panitia yang secara formal telah dibubarkan itu harus tetap “mengawal” agenda kegiatan keroyokan yang telah kita rintis bersama dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

     Tinggal menambah personil yang punya komitmen untuk menyusun program selanjutnya sesuai usulan. Akan lebih elok lagi jika semua rencana program yang akan disusun itu “dikomunikasikan” dengan BPBD Kota Surabaya, agar tidak terjadi mis komunikasi dan hubungan baik yang telah diawali lewat kegiatan keroyokan itu tidak layu sebelum berkembang, untuk kemudian “saling sungkan” kembali.

     Sungguh, jika kita jeli, banyak usulan yang sifatnya adalah kegiatan di dalam ruang, yang hanya berbicara teori dan bertukar pengalaman untuk menambah wawasan dan keakraban. Sementara untuk kegiatan yang bersifat outdoor tidak banyak.

     Padahal banyak pihak yang lebih suka praktek langsung dari pada berteori tukar wacana, berdiskusi sambil ngopi, berbagi pengalaman sambil nyakoti gorengan, sementara hasilnya tidak signifikan.

     Mengapa bisa begitu?. Ya, konon, upaya membangun kebersamaan antar pihak itu perlu proses panjang. Biasanya diawali dengan jagongan dan berkenalan, saling berinteraksi untuk menyamakan visi. Baru setelah dicapai kesepahaman antar pihak, selanjutnya membangun sinergi yang kolaboratif.

     Kalau hanya satu komunitas yang sudah jelas visinya, akan mudah membuat kegiatan praktis tanpa lama-lama berdiskusi. Semua atas komando ketua komunitas bisa langsung berjalan. Disamping itu kegiatan outdoor itu perlu persiapan yang matang, termasuk sarparas dan dana pendukung, yang tentunya tidak sedikit, begitu juga kondisi fisik harus vit, sehat dan kuat.

     Itulah bedanya kegiatan keroyokan antar pihak, dengan kegiatan yang dilakukan tanpa keterlibatan pihak lain. Artinya kegiatan indoor itu sangat diperlukan sebelum melaksanakan kegiatan outdoor.

     Dengan demikian, jangan disalahkan jika ada pihak yang mampunya hanya berkegiatan indoor saja tanpa ditindak lanjuti dengan kegiatan outdoor. Biarkan saja, itu tidak berdosa. Semua ada bidangnya masing-masing. Termasuk rintisan kegiatan keroyokan ini hendaknya didukung. Jangan malah dijadikan kegiatan pertama ini untuk yang terakhir kalinya. Salam Waras. [eBas/Kamis-23-02-2023]

 

 

 

 

 

 

 

 

    

 

 

Selasa, 14 Februari 2023

KOLABORASI ITU SALING MENGISI

    Sungguh, sebuah kerja besar yang sedang dirancang dengan kebersamaan, dan kini tinggal menunggu hari pelaksanaan yang telah disepakati. Yaitu kegiatan Sharing Session PPGD dan Psikososial yang bertempat di Aula BPBD Kota Surabaya, serta Kegiatan Bersih-bersih Sampah Pantai dalam rangka peringatan hari sampah nasional, bertempat di pantai sekitar Benteng, dekat Suramadu.

    Kedua kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antar  komunitas relawan Kota Surabaya, untuk mewujudkan pembentukan “paguyuban” yang pernah digagas saat acara kopdar di BPBD tahun lalu, sekaligus meningkatkan wawasan, kapasitas dan mempererat tali silaturahmi antar komunitas relawan.

    “Kepada seluruh panitia mari kita tunjukan bahwa relawan bisa mandiri, kita tunjukan keguyuban dan solidaritas kita dalam kegiatan kolaborasi ini tidak harus bergantung pada BPBD, serta mengutamakan kebersamaan dan hadir berdasarkan panggilan hati nurani,” Kata Harper, Ketua Panitia mengingatkan anggotanya.

    Hal senada juga disampaikan oleh Irfan, yang ditunjuk sebagai koordinator gerakan bersih sampah, yang didukung oleh berbagai komunitas relawan dan pecinta alam, agar mengedepankan kebersamaan dalam keberagaman dalam kegiatan yang diselenggarakan secara kolaboratif ini.

    Dalam buku-buku literatur tentang managemen, dikatakan bahwa kolaborasi adalah suatu hal yang berkaitan dengan kerja sama dan saling membantu dalam sebuah kehiatan antara kedua pihak untuk mencapai tujuan bersama.

    Sementara, Abdulsyani mengartikan kolaborasi sebagai bentuk proses sosial, di mana di dalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing.

    Berkaca kepada konsep kolaboratif di atas, maka dua kegiatan yang dilakukan di bulan februari, yang katanya bulan kasih sayang (valentine’s day) secara keroyokan ini, bisalah dikatakan sebagai perwujudan dari makna kolaboratif versi komunitas relawan.

    Nyatanya memang begitu. Untuk mensukseskan dua kegiatan menjelang datangnya bulan ramadan ini, semua komunitas berkontribusi sesuai kemampuannya. Ada yang menyumbangkan tenaganya, dananya, waktunya, bahkan ada yang meminjamkan sarana prasarana pendukung lainnya.

     Ya, mereka dengan sukarela dan bergembira saling mengisi kekurangan yang ada. Semua dilakukan demi suksesnya kegiatan, seperti yang diharapkan oleh ketua panitia di atas.

    Perlu diketahui bahwa “kerja keroyokan” yang dilakukan ini merupakan langkah kecil untuk mendorong terbentuknya paguyuban relawan yang diformalkan, serta salah satu cara menginisiasi segera terbentuknya Forum pengurangan risiko bencana (F-PRB) Kota Surabaya.

    Ada yang berpendapat bahwa, idealnya ketua forum itu dipegang oleh kepala OPD terkait, agar memudahkan koordinasi antar pihak (pentahelix) dan “pencarian” dana operasionalnya. Sementara pendapat lain mengatakan, ketua harus ditangan masyarakat agar aroma independennya terasa dan tidak terkooptasi oleh kepentingan lain. Ya, monggo saja mana yang disepakati.

    Yang penting, dalam kerja-kerja kolaboratif itu, ada prinsip yang harus dipahami, diantaranya adalah perlunya transparansi dan saling menghormati, Pembagian peran yang bertanggung jawab, dan Hubungan kerja yang efektif.

    Harapannya, kolaborasi itu bisa kontinyu dan adaptif, dengan memperhatikan kepentingan yang lebih luas. Selamat berkolaborasi. Semoga yang pertama ini bukan menjadi yang terakhir. Salam Literasi, saling menginspirasi. [eBas/Rabu pagi belum ngopi-15022023]

 

Selasa, 07 Februari 2023

PERGANTIAN PENGURUS ITU SEBUAH KENISCAYAAN

    Tahun 2023 telah memasuki bulan februari. Dua bulan lagi adalah bulan April. Jika tidak salah, di bulan itulah pada tahun 2017 yang lalu terjadi proses penyusunan kepengurusan baru forum pengurangan risiko bencana (F-PRB) Jawa Timur maupun sekretariat bersama relawan penanggulangan bencana (SRPB) Jawa Timur.

    Apakah nanti pada bulan April 2023, peristiwa itu akan terulang kembali ?. semua sangat tergantung kesepakatan dan kebijakan, bukan pada aturan. Bahkan, mungkin saja proses pergantian kepengurusan itu ditunda karena sesuatu dan lain hal.

    Itu bisa saja terjadi, tidak salah dan tidak ada masalah. Semua bisa dikompromikan, mengingat ke duanya adalah organisasi “nir laba” dengan aturan yang tidak mengikat bagi pengurus. Apalagi anggotanya yang terdiri dari berbagai elemen.    

    Konon, ada yang bilang bahwa pergantian kepengurusan suatu organisasi merupakan hal yang sangat mutlak untuk dilakukan sebagai media alih generasi, serta wadah pembelajaran bagi anggota yang akan menjadi pengurus nantinya.

    Proses alih generasi ini bertujuan agar estafet kepemimpinan suatu organisasi bisa berlangsung dengan baik tanpa menimbulkan friksi karena adanya kepentingan. Baik itu kepentingan individu, maupun kepentingan salah satu kubu yang ada di situ. 

    Dengan demikian, jika prosesi pergantian kepengurusan itu berjalan tidak mulus, maka itu pertanda kehidupan organisasi kurang sehat, kurang dinamis, dan elemen yang ada di dalamnya kurang memiliki rasa kepedulian terhadap organisasinya, karena mengutamakan kepentingannya dengan mengesampingkan nasib organisasinya.

    Untuk itulah  Proses pergantian kepengurusan organisasi harus disikapi sebagai suatu kebutuhan, dalam rangka pengembangan organisasi yang dinamis mengikuti gerak jamannya. Bukan untuk yang lain. Misalnya sebagai batu loncatan untuk mengamankan kepentingannya. Biasanya disini berlaku pepatah, habis manis sepah dibuang.

    April kurang dua bulan lagi. Sementara kasak kusuk menuju pergantian kepengurusan belum terasa, juga belum menjadi wacana yang mewarnai jagongan sambil ngopi di warung langganan. Beda dengan tahun sebelumnya.

    Ada apa gerangan ?. entahlah, sampai saat ini belum ada kasak kusuk yang menggelitik. Belum ada yang berani melempar isue suksesi kepengurusan. Mungkin semua aktivisnya sedang dililit kesibukan, larut dalam kehidupan masing-masing menikmati “zona nyaman” yang telah didapat lewat berbagai program.

    Semoga ini bukan pertanda sikap apatis anggota terhadap organisasi, akibat kebuntuan komunikasi dalam kepengurusan, karena masing-masing sibuk dengan agendanya sendiri, mengamankan kepentingannya dan mencari peluang pribadi dengan memanfaatkan kesempatan yang ada.

    Semoga pula, di tahun yang bershio kelinci air ini, tidak berdampak pada proses tiga tahunan, pergantian kepengurusan F-PRB maupun SRPB Jawa Timur. Namun bisa saja di tahun politik ini, agendanya diundur (istilahnya ditambah satu periode lagi) atas nama ketentraman dan ketertiban umum. Wallahu a’lam bishowab. Salam waras, salam literasi. [eBas/Rabu-08022023]

 

 

 

 

 

 

KOORDINASI DAN KOMUNIKASI ADALAH KUNCI MEMBANGUN SINERGI

   Ternyata, disamping proses koordinasi dan komunikasi yang harus dilakukan dalam rangka membangun sinergi dan kolaborasi, diperlukan juga kepandaian orangnya yang ditunjuk untuk melakukan koodinasi dan komunikasi. Disitulah letak keberhasilannya.

    Hal ini dibuktikan oleh Alfin dan Dedi saat menjadi utusan menghadap ke Pak Pejabat BPBD Kota Surabaya. Walaupun terkesan mendadak, ternyata mereka berdua diterima oleh Ridwan Mubarun (Sekretaris BPBD Kota Surabaya), dan Yanu (Kabid PK, BPBD Kota Surabaya), dengan tangan terbuka penuh keramahan.

   Apalagi mbakyu Lilik selalu menebar senyum, membuat Alfin nyaman menyampaikan maksud dan tujuan kedatanyannya untuk merealisasikan kegiatan relawan di Kantor BPBD Kota Surabaya, seperti yang pernah dijanjikan.

   Yang jelas, relawan dipersilahkan menggunakan Aula BPBD Kota Surabaya beserta fasilitasnya (karpet, terpal), dengan catatan bersurat terlebih dulu. Sementara untuk fasilitas lainnya akan dikoordinasikan dulu dengan bidang PK.

    Dan yang lebih menyenangkan adalah, BPBD siap memfasilitasi minuman dan gorengan. Walaupun statusnya masih insha Allah, namun itu sudah melegakan. Pertanda BPBD meridhoi keberadaan komunitas relawan dengan program swadayanya, sebagai upaya peningkatan kapasitas, sekaligus mempererat tali silaturahmi.

    Pejabat BPBD pun dengan senang hati berkenan memberikan sambutan dan membuka acara Sharing Session PPGD dan Simulasi Psikososial, yang dilaksanakan pada hari sabtu (18/02/2023).  Hal ini juga menjadi motivasi tersendiri bagi relawan untuk membangun sinergi dan kerja-kerja kolaboratif antar pihak.

    Yang penting dan perlu dicamkan adalah, Panitia dan peserta harus saling mengingatkan untuk tidak merusak fasilitas yang ada di BPBD. Mari kita tunjukkan bahwa relawan itu punya etika dan sopan santun.

   Dari hasil koordinasi dan komunikasi yang dilakukan Alfin dan Dedi, langsung ditindak lanjuti oleh panitia yang dipimpin oleh Harper. List kebutuhan acara pun di paparkan. Diantaranya, Banner kegiatan 3m x 1m, penanggung jawabnya  KTGD, 4 dus Air mineral dalam gelas dibelikan SAR SER, Jajanan Polopendem ditangani  Posko Bersama, dan lainnya.

  Tanpa paksaan, semua komunitas berkontribusi sesuai kemampuannya. Inilah gotong royong dan kebersamaan versi relawan dalam rangka mensukseskan kegiatan bersama dengan konsep dari kita, oleh kita, dan untuk kita.

   Semoga koordinasi dan komunikasi antara relawan dan BPBD ini sebagai langkah awal yang akan berkelanjutan dengan berbagai kegiatan yang bermakna. Salam Tangguh, Salam Kompak Persahabatan. [eBas/Selasa-07022023, bersamaan dengan peringatan satu abad NU].