Alhamdulillah
kegiatan Rapat Koordinasi Bidang
Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BPBD Provinsi Jawa Timur, diliput banyak media. Artinya
berita ini akan diketahui oleh khalayak ramai di berbagai daerah.
Semoga ke depan, semua kegiatan BPBD (dan F-PRB) selalu terberitakan
oleh media sebagai salah satu upaya mengkomunikasikan keberadaan BPBD (dan
F-PRB) kepada publik.
Apalagi sudah ada MOU antara PWI dan F-PRB Jawa Timur
terkait dengan upaya mengedukasi relawan terhadap jurnalistik kebencanaan. Dimana
diharapkan relawan bisa melaporkan (menuliskan) semua kejadian di lokasi
bencana. Baik yang dilaporkan ke Posko Induk, Pusdalops, maupun ke media lain,
untuk menghindari berita hoax.
Mungkin, ini juga berarti bahwa media sebagai salah satu unsur pentahelix, telah
memahami betapa pentingnya menginformasikan peristiwa kebencanaan kepada khalayak
sebagai upaya membangun kesadaram akan pentingnya membangun ketangguhan
menghadapi bencana secara mandiri.
Tinggal bagaimana BPBD dan F-PRB memberikan ruang kepada
para jurnalis agar keterlibatannya di dalam upaya sosialisasi PRB dan
penanggulangan bencana bisa maksimal.
Paling tidak, media bisa bekerjasama dengan komunitas relawan yang sering datang lebih
dulu ke lokasi daripada yang lain, untuk
membuat berita awal terkait dengan kaji cepat. Yaitu Mengetahui
dan melaporkan situasi dan kondisi wilayah terpapar bencana, dampak yang ditimbulkan, respon
masyarakat, dan kebutuhan
prioritas yang diperlukan warga.
Rakor yang digelar di Hotel Aria Gajayana, Kota Malang, hari
Rabu
(26/10/2022) dan Kamis (27/10/2022), mengambil
tema “Tangguh
Bersama Unsur Pentahelix”. Konon,
tujuannya, seperti yang dikatakan oleh Andika, kabid
pencegahan dan kesiapsiagaan, BPBD Provinsi Jawa Timur, agar dalam penanggulangan bencana ke depan, kelima
unsur tersebut bisa bekerjasama lebih dalam lagi.
Benar kata Andika, keterlibatan unsur pentahelix dalam
penanggulangan bencana masih kurang tampak. Misalnya dunia usaha. Kedatangan mereka
ke lokasi bencana sering hanya menyerahkan bantuan untuk kemudian foto bersama
sebagai bahan laporan, untuk kemudian balik kanan. Begitu juga dengan helix lainnya. Tampaknya mereka masih
sering bermain di acara seremonialnya.
Dikatakan pula bahwa ke depan masyarakat juga akan
dioptimalkan keterlibatannya dalam PRB dan penanggulangan bencana, dengan membantuk
Desa Tangguh Bencana (destana). Dimana, saat ini BPBD Provinsi Jawa Timur
sedang melaksanakan program Sapa Destana ke beberapa Kabupaten untuk melihat
perkembangannya.
Semoga tema Tangguh Bersama Unsur Pentahelix, benar-benar
bisa terwujud dengan lahirnya kesadaran kolektif para pihak untuk membangun ketangguhan masyarakat
menghadapi bencana, khususnya di daerah yang memiliki potensi bencana. Seperti Kabupaten
Malang, Kabupaten Blitar, Kabupaten Pacitan dan lainnya.
Sehingga ke depan, disetiap kegiatan yang digelar BPBD dan
F-PRB, akan diramaikan oleh semua unsur pentahelix. Karena, selama ini yang
tampak dominan adalah unsur masyarakat.
Sementara unsur pentahelix lainnya, masih sering terlibat
dalam tataran teoritik formalitas. Itupun kadang hanya diwakilkan kepada bawahan.
Kalau sudah begini sangat sulit dicapai kesepahaman dan koordinasi antar helix
karena harus dilaporkan lebih dulu ke atasan.
Itulah realitanya, dan itu pula yang sedang dibangun oleh
BPBD Provinsi Jawa Timur melalui rakor yang mengambil tema Tangguh Bersama
Unsur Pentahelix. Sambil nyruput kopi, mari kita ikuti realisasinya. Salam
Tangguh [eBas/Jum’atpahing-28102022]