Sungguh sedih
rasanya melihat perkembangan organisasi pasca rapat pelantikan pengurus. Bagaimana
tidak?. Dulu, saat masih menjelang
rapat, banyak organisasi yang kurang dikenal tiba-tiba muncul memperkenalkan
diri, merengek minta diikutkan dalam pagelaran rapat di Hotel Gratisan. Saat rapat
pun, suaranya lantang menggema dengan usulan dan gagasan yang ‘cetar membahana’.
Namun setelah
pagelaran rapat usai, satu persatu mereka bercerai berai entah kemana, sulit
dikonfirmasi lagi saat dibutuhkan organisasi. Padahal kontribusi tenaga dan
pikirannya sangat dibutuhkan untuk mendorong roda organisasi bisa berjalan
sesuai visi misi dan tujuanya, demi kemaslahatan umat.
Paling tidak
pasca pelantikan pengurus semua peserta rapat diharapkan tetap berkoordinasi, membuka
debat tipis-tipis sambil ‘ngopi bareng ben
gayeng ning hasile marem’, sehingga tercipta sebuah organisasi yang
harmonis. Gesekan pendapat itu hal biasa dalam rangka membangun kesepahaman
bersama.
Pertanyaannya
kemudian, mengapa mereka berlaku seperti itu, hanya ‘rame ing rapat, sepi ing gawe’. Hanya suka acara seremonial,
setelah itu kembali pura-pura tidak kenal. Kira-kira apa ya tujuannya mereka
dulu merengek-rengek ikut rapat di Hotel ?. mungkin karena tidak mendapat peran
dalam kepengurusan sehingga agendanya yang dibawanya tidak berjalan.
Begitu juga
dengan keberadaan anggota grup WhatsApp. Baru masuk dua tiga hari, kemudian
tiba-tiba left, keluar dari grup. Padahal keberadaannya gabung ke dalam grup
itu belum berkontribusi apa-apa. Belum berkiprah menunjukkan potensi diri lewat
aksi bersama memberi manfaat kepada sesama.
Jadi,
mengapa harus masuk, jika hanya untuk keluar. Mungkin perlu disadari, bahwa
grup ini tidak ada sama sekali keuntungan finansialnya. Secara ekonomis, grup
ini tidak mendatangkan hasil yang bisa mempertebal isi dompet dan kantong
celana.
Bahkan,
uang pribadi seringkali harus keluar untuk menghidupkan grup ini. Seperti untuk
beli konsumsi, beli bensin, ongkos angkot, serta beli rokok dan kopinya,
semuanya diadakan secara mandiri tidak ada subsidi. Dan yang jelas, ikut grup
ini wajib hukumnya berkorban waktu, tenaga dan pikiran untuk kebermaknaan grup.
Dengan kata
lain, di organisasi macam ini bukan tempat yang layak mencari uang, tapi untuk mencari
teman. Disini pun bukan ajang pamer kepintaran, namun menjadi media saling
berbagi pengalaman yang didasari rasa saling asah asih asuh .
Sekali lagi,
mengapa harus masuk grup jika kemudian harus left, keluar tanpa meninggalkan
kesan, apalagi kenangan. Tidak tahu lagi jika semua itu bagian dari dinamika
organisasi yang cair sifat keanggotaannya. Sehingga keberadaan organisasi hanya
dianggap sekedar ampiran. Jika menguntungkan ikut hadir, manakala merugikan ya
pilih mangkir. Wallahua’lam bishowab.[eBas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar