Konon, jika tidak salah, gerakan resik-resik masjid (GRRM) dilahirkan oleh komunitas pecinta alam yang bernama Gimbal Alas Indonesia (GAI) di Kota Malang, beberapa tahun yang lalu. mungkin enam tahan yang lalu. Gerakan ini benar-benar gerakan sosial yang mengedepankan kemandirian tanpa berfikir profit. tentunya di daerah lain juga ada kegiatan seperti ini dengan nama, istilah, dan tujuan yang berbeda, tapi satu tujuan, mencari ridho Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Semangat ke-istiqomah-an dan gotong royonglah yang mendasari gerakan ini, sehingga mampu menggema kemana-mana. Kalau tidak salah, setelah Kota Malang, GRRM muncul di Kota Surabaya. Untuk kemudian menyebar ke Mojokerto, Sidoarjo, Jombang, Gresik dan Tuban. Tentu tidak menutup kemungkinan kota-kota lain juga akan terkena virus gerakan ini, yang konon sebagai media mencari remah-remah pahala yang di ridhoi-NYA.
Semua peralatan dan segala keperluan untuk mendukung gerakan diupayakan secara mandiri, patungan seikhlasnya, mengedepankan kebersamaan dan kesetaraan tanpa paksaan. Sekecil apapun, semua berperan untuk mensukseskan gerakan yang dipercaya bernilai pahala.
Dengan demikian, semuanya ikhlas tidak dibayar, malah banyak keluar uang. Rela meninggalkan keluarga untuk menyiapkan segalanya, hanya dapat kopi dan gorengan saja. Kalau lagi beruntung dapat nasi bungkus dari hamba Alloh. Anehnya kok ya mau dan tidak nggerundel, dan anehnya lagi, semua pelakunya merasa bahagia, tertawa lepas tanpa dosa. Lho ya, Sungguh tidak masuk logika, tapi nyata adanya.
Ya, begitulah jiwa kesukarelawanan yang terpateri di setiap hati pecinta alam yang tergabung dalam GRRM. Semua yang dilakukannya itu bukan semata soal untung rugi, Tapi soal kebersamaan, persahabatan, rasa senasib seperjuangan serta kepedulian sosial, yang mengedepankan kepuasan batin daripada sekedar materi.
Masing-masing GRRM di setiap kota tentulah punya gaya sendiri-sendiri dalam menjalankan misi suci pergerakan ini, sesuai pengalaman berorganisasi dari masing-masing pribadi. Inillah yang kemudian akan menjadi bahan diskusi dan tukar informasi saat masing-masing anggota GRRM bertemu dalam acara tertentu, seperti halal bi halal dan perayaan ulang tahunnya.
Konon, saat mereka bertemu itulah menjadi ajang tukar pengalaman dalam menjalankan agendanya di masing-masing kota. Dari situlah mereka belajar dan mencoba menduplikasikan pengalaman ke dalam agendanya, sesuai konsep ATM (amati, tiru dan modifikasi). sungguh itu tidak berdosa, demi memperkuat manajemen organisasinya dan kemajuan gerakan sosial keagamaan yang menjadi penyemangatnya.
Seperti yang baru dilakukan saat digelar acara halal bi halal di Masjid Besar Kanjeng Sepuh Sidayu, Kabupaten Gresik. Sabtu-Minggu, tanggal 19 - 20 April 2025, dengan mengambil tema Silaturahmi Keluarga Besar GRRM Jawa Timur. Konon, kata yang berkesempatan hadir, disana terjadi pertukaran ide, gagasan dan saran untuk kemajuan gerakan yang dijalankan dengan jargon “Resik resik Masjid, Resik resik Ati, Istiqomah”.
Wallahu a’lam bishowab. [eBas/Rabu-23042025].
