Minggu, 17 Mei 2015

FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA TIMUR



Perlu diketahui bahwa dibanyak kasus, ketika bencana datang, maka masyarakat setempatlah yang merasakannya pertama kali menjadi korban. Dengan kemampuan seadanya mereka mengungsi, baru beberapa jam kemudian pihak luar datang membantu mengevakuasi dengan membawa peralatan dan logistik kedaruratan, serta membuat laporan untuk penanganan tindak lanjut.

Disisi lain, sesungguhnyalah masyarakat setempat lebih tahu kondisi wilayahnya. Tinggal bagaimana masyarakat ditingkatkan kapasitasnya terhadap upaya penanggulangan bencana. Sehingga, dari situlah akan muncul kesadaran untuk mengenali ancaman bencana, kesadaran bertindak sebelum terjadi bencana, serta saling menguatkan komitmen bersama sebagai masyarakat yang hidup di kawasan bencana. Dengan kata lain, seperti yang sering diharapkan oleh pegiat kebencanaan (termasuk BNPB dan BPBD), agar masyarakat mampu mengelola dan mengurangi risiko, maupun memulihkan diri dari dampak bencana tanpa ketergantungan dari pihak luar.

Pernyataan diatas merupakan simpulan dari hasil bincang-bincang dengan para pegiat kemanusiaan dibidang kebencanaan. Dari situlah (mungkin) mereka bersepakat membentuk sebuah forum yang bergiat dibidang pengurangan risiko bencana (PRB), sebagai upaya membangun komitmen untuk saling berkomunikasi dan berkoordinasi antar pihak; meningkatkan kapasitas berbagai pihak dalam usaha PRB yang sinergi dan terintegrasi dengan penanggulangan bencana; mendukung upaya PRB yang sinergi dan terintegrasi masing-masing pihak; tercapainya kemitraan antar pihak dalam upaya PRB di Jawa Timur; memberikan masukan, saran, rekomendasi, dan pendampingan teknis kepada semua pihak.

Forum ini Berperan aktif dalam usaha membangun sinergitas gerakan PRB di Jawa Timur dengan melibatkan semua pihak sesuai tugas dan fungsinya. Di sisi lain, kehadiran forum ini juga memiliki fungsi sebagai Mitra Kritis, Bantuan Teknis, Rujukan, Penguatan Kapasitas, Koordinasi, Motivator, Fasilitator, dan Advokasi terkait dengan penanggulangan bencana.

Apa yang diusulkan oleh penggagas forum itu sejalan dengan konsep Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK). Konsep tersebut dapat dimaknai sebagai sebuah proses pemberdayaan masyarakat melalui penggalian pengalaman dalam mengatasi dan menghadapi bencana yang berfokus pada kegiatan partisipatif (keterlibatan) untuk melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian kelompok swadaya masyarakat, serta pelibatan dan aksi dari berbagai pemangku kepentingan, dalam menanggulangi bencana sebelum, saat dan setelah terjadi bencana.

Untuk itulah, pada tanggal 12 Mei 2015, di Komplek Pabrik Sampurna, Pandaan, Kabupaten Pasuruan, pengurus forum mengadakan sosialisasi FPRB Jawa Timur, dengan tema ‘Membangun Gerakan PRB Bersama di Jawa Timur’ sebagai upaya memperkuat PRB melalui kegiatan nyata meningkatkan peran serta masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya bencana sesuai konsep ketangguhan bangsa dan daya lenting dalam menghadapi bencana.

Dalam kegiatan yang dihadiri oleh para pekerja kemanusiaan dari berbagai elemen ini, dikatakan bahwa kegiatan PRB merupakan investasi jangka panjang untuk mengurangi kerentanan dan risiko bencana, sehingga perlu adanya upaya kajian dan penelitian terkait dengan masalah kebencanaan di daerah yang terdampak melalui sarasehan para pegiat kemanusiaan seperti ini. Antusiasme peserta sangat bagus, sampai-sampai acara Tanya jawab pun digunakan untuk memperkenalkan lembaga sekaligus promosi kepakarannya dalam hal aktivitas di alam bebas dan sebagai pekerja kemanusiaan sebagai bentuk ‘keakuan’.

Dalam kesempatan itu, Darmawan, Kepala BPBD Provinsi Jawa Timur mengatakan bahwa, Forum pengurangan risiko bencana ini baru hadir, untuk itu mohon dibantu saran yang konstruktif agar semakin besar dan manfaatnya disarasakan oleh masyarakat luas. Yah, mudah-mudahan silaturahim ini bisa berdampak kedapannya dalam bentuk lokalatih maupun sarasehan untuk menyamakan langkah memajukan kegiatan pengurangan risiko bencana berbasis komunitas yang tidak selalu menggantungkan kepada pihak lain. Syukur-syukur jika kegiatan pengurangan risiko bencana ini bisa diintegrasikan dengan RPJMD sehingga anggarannya bisa muncul dalam APBD.

Untuk itulah diharapkan Forum PRB bisa bermunculan di masing-masing Kabupaten/Kota secara mandiri sesuai potensi lokal dan jenis bencananya. Sehingga diperlukan semacam instruksi dari pemerintah provinsi kepada daerah untuk membentuk Forum PRB.

Namun, masalah yang sering muncul, kata mBah Dharmo, pegiat Jangkar Kelud, adalah, sinergitas antar pelaku PRB belum terjalin dengan baik, dan masih adanya ego kelompok dalam kegiatan pengurangan risiko bencana.

Masalah lain yang juga muncul adalah Kegiatan LSM dalam kegiatan penanggulangan bencana, sering dilakukan hanya sebagai proyek, dimana saat proyek selesai maka selesai pulalah kegiatan itu, padahal peningkatan  kapasitas masyarakat dalam hal pengurangan risiko bencana perlu dilakukan secara berkesinambungan. Inilah mungkin yang perlu diantisipasi oleh kawan-kawan yang terlibat dalam forum pengurangan risiko bencana jawa timur. *[eBas]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar