Konon, Perserikatan Bangsa Bangsa (melalui Resolution
40/212 tanggal 17 Desember 1985) menetapkan tanggal 5 Desember
sebagai International Volunteer Day atau Hari Relawan International.
Hari itu dikhususkan untuk menghargai para organisasi, komunitas, maupun
individu yang secara konsisten memberikan kontribusi sosial nyata bagi masyarakat
yang karena sesuatu masih terpuruk dalam upaya mengakses hasil pembangunan. Mereka
beraksi baik saat ada bencana maupun tidak. Merekalah yang biasa disebut
Relawan Kemanusiaan.
Berdasarkan harkatnya, manusia adalah makhluk sosial yang suka
membantu sesamanya, mempunyai rasa saling peduli, dan saling berbagi sesuai
konsep masyarakat gotong royong. Selain itu didalam agama manapun diajarkan
untuk saling tolong menolong. Adalah manusia yang baik jika dia bermanfaat
untuk manusia lainnya. Oleh karena itulah para relawan hadir menjalankan
aksinya demi sesama. Pejuang kemanusiaan yang memberikan tenaganya untuk membantu
semampunya, melakukan kerja bhakti dengan keikhlasan atas dasar kemanusiaan.
Pertanyaannya kemudian, Sudahkah Kita dengan sepenuh hati
(tanpa pamrih embel-embel imbalan ekonomi) memberikan kontribusi positif bagi
masyarakat atau lingkungan di sekitar?. Tak harus melakukan sesuatu yang besar,
melakukan hal kecil secara konsisten pun sudah lebih dari cukup. Jika di sela-sela kesibukan masih bisa meluangkan
waktu untuk berbuat sesuatu bagi sesama yang butuh pertolongan, itulah jiwa
seorang relawan. Menjadi relawan,
berarti siap dengan segala konsekuensi, rela berkorban, tidak egois dan mau berbagi
tenaga untuk membantu. Sebuah konsep berlomba mengejar kebajikan dengan
membantu sesama. Relawan wajib memiliki rasa solidaritas yang tinggi
dan memiliki tanggung jawab besar dalam kerja-kerja kemanusiaan
Dalam beberapa postingan di sosial media, dikatakan bahwa
saat ini, PBB melalui badan pekerjanya terus memotivasi gerakan kesukarelawanan
dari masyarakat sipil yang berfokus pada 8 Sasaran Pembangunan Milenium
(Milennium Development Goals) . Kedelapan sasaran itu adalah: memberantas
kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan untuk semua, mendorong
kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak,
meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya,
memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan mengembangkan kemitraan global
untuk pembangunan.
Disinilah, partisipasi para relawan dalam
mendukung program pemerintah untuk mensejahterakan warganya, menjadi penting. Dengan kata lain, relawan bukan hanya sekedar asset buat
organisasi namun juga merupakan asset Negara, yang bisa digerakkan untuk
membantu pemerintah. Tinggal bagaimana
membina dan memfasilitasinya agar peran yang dimainkan relawan benar-benar
sejalan dengan arah pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah, tentunya dengan spesifikasi dan kopentensi yang dipersyaratkan.
Tidak heranlah jika kini setiap saat banyak ditemui relawan
bekerja dan hadir di tengah masyarakat, dari yang bersifat membantu sesama
sampai ke penegakan demokrasi dan kepedulian terhadap pelestarian lingkungan.
Baik yang didukung oleh kementerian tertentu maupun swadaya sendiri dengan
menggandeng berbagai pihak yang ‘punya
dana dan kepedulian’ untuk bergerak membangun kehidupan yang lebih baik.
Bersamaan dengan itu, kini organisasi kerelawanan mulai berbenah
menuju organisasi non profit yang professional dalam bidangnya. Sehingga perlu
secara berkala mengadakan pertemuan dan berlatih untuk meningkatkan kapasitas
serta memperluas jejaring kemitraan, karena hal ini diperlukan untuk pencarian sponsor
operasional, baik yang berasal dari pemerintah maupun donatur.
Pengalaman di lapangan membuktikan
bahwa menjadi relawan kemanusiaan adalah sebuah lahan subur untuk menumbuhkan kepribadian
yang tangguh dan mandiri, mengasah kepekaan sosial dan nurani serta kemampuan
bertahan hidup dalam segala situasi. Banyak pengetahuan dan ketrampilan yang
dapat dipetik selama berkegiatan yang
bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain
Ya, menjadi relawan kemanusiaan tidak
hanya diperlukan ketika bencana terjadi. Pada situasi normal kita dapat belajar
melakukan sosialisasi pengurangan risiko bencana, penyuluhan bahaya narkoba,
pemberdayaan perempuan terkait dengan trafficking, gender dan kesehatan
reproduksi, dan kegiatan lain dalam rangka upaya meningkatkan kapasitas sebagai
relawan seperti yang ada dalam perka 17 tahun 2011.
Dalam postingan lain, PBB punya perhatian khusus untuk relawan
yang perlu diperhatikan oleh semua pihak yang berkecimpung dalam dunia
kerelawanan. Pada intinya ada tiga hal yang dilakukan oleh PBB untuk menjamin
relawannya, yakni, pertama, kesehatan, ini adalah program utama yang dilakukan
PBB untuk relawannya agar terhindar dari penyakit untuk daerah-daerah paska
tragedi. Kedua, pendidikan, membekali relawannya dengan pengetahuan mengenai
daerah bencana kepada relawannya, dan yang ketiga, komunikasi, membuat jalur
komunikasi yang lancar agar selalu dapat diketahui keberadaannya. Semua ini
demi keselamatan relawan saat melakukan aksi-aksi kemanusiaan.
Semoga dengan peringatan hari relawan
se dunia serta semakin seringnya bencana datang silih berganti menyapa
komunitas masyarakat (di daerah terdampak), semakin banyak pula tim relawan
kemanusiaan yang terbentuk, karena bencana yang tidak bisa dipediksi datangnya
itu bisa segera ditangani oleh banyaknya tim relawan lokal sebelum bantuan dari
luar berdatangan. Tidak terlalu salah jika BPBD setempat berkenan melakukan
pendataan, pembinaan dan pendampingan kepada semua unsur relawan, agar bisa
digerakkan sewaktu-waktu dengan koordinasi yang jitu. Salam Kemanusiaan.[eBas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar