Istilah
program menurut para ahli diantaranya diartikan sebagai cara yang disahkan
untuk mencapai tujuan dimana melalui hal tersebut bentuk rencana akan lebih
terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan demi tercapainya
kegiatan pelaksanaan karena dalam progrma
tersebut telah dimuat berbagai aspek yang harus dijalankan atau
dilaksanakan agar tujuan program itu sendiri tercapai (Jones : 1994).
Sementara, ada yang mengatakan bahwa program
kerja harus direncanakan untuk dilakukan secara sistematis dan terukur, dengan capaian tujuan
tertentu pada satu periodesasi kepemimpinan dalam organisasi.
Sebagai organisasi
dengan pengurus yang baru terpilih, tentu sebelum menyusun program kerja, sebaiknya
melakukan konsolidasi internal terlebih dulu, untuk menyamakan langkah. Mengingat
mereka terdiri dari berbagai elemen dengan latar belakang berbeda.
Ini penting agar bisa
segera menemukan irama yang sama untuk bergerak membongkar ego sektoral demi tercapainya
tujuan organisasi, serta terjaganya keberlanjutan organisasi. Karna banyak
contoh organisasi yang tidak dikelola dengan baik mengalami apa yang dinamakan ‘Layu Sebelum Berkembang’ meninggalkan
cerita yang kurang elok untuk dikenang.
Paling tidak tugas
pengurus baru adalah segera ‘menyelaraskan’
segala masukan dari peserta sidang komisi untuk ‘di dandani’ agar embrio yang baru lahir ini tidak cacat selamanya (pinjam
istilahnya kata Cak Ketip). Kemudian baru bersama menyusun rencana kerja sesuai
kemampuan sumber daya manusia yang ada dan kemendesakan sesuai dengan kemampuan
memanfaatkan potensi lokal.
Apalah guna menyusun
program ‘ndakik-ndakik’ tetapi tidak
pernah terlaksana dengan berbagai alasan yang dikemukakan. Lebih baik program
sederhana namun berdaya guna dan berhasil guna untuk kemaslahatan bersama.
Mungkin yang perlu menjadi
prioritas adalah menyusun jadwal pertemuan rutin pengurus serta memprogramkan
kegiatan yang terkait dengan upaya peningkatan kapasitas, baik pengurus maupun
anggota. Ini penting diagendakan. Disamping sebagai media mempererat tali
silaturahim antar anggota, juga menyiapkan anggotanya terjun ke medan
pengabdian melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan sesuai klasternya.
Diharapkan dalam
menyusun program, semua pengurus terlibat aktif. Begitu juga anggota yang lain
bisa member saran dan masukan. Ini penting untuk meminimalisir kendala internal
organisasi dalam menjalankan programnya.
Saat rehat kopi di
Hotel Regent Park kemarin, ada usulan agar ada perwakilan dari tujuh wilayah
yang bertanggungjawab ‘membangun
komunikasi’ antar relawan yang ada di wilayahnya. Termasuk menjalin
hubungan yang manis dengan BPBD. Karena, peran BPBD sangat diperlukan guna
menjembatani terjalinnya kemitraan antar relawan dengan dunia usaha.
Yang jelas, tugas
berat pengurus SRPB JATIM telah menanti. Mungkin yang perlu segera dijawab
adalah, bentuk kongkrit kegiatannya itu apa ya?. Kemudian, kira-kira apa peran,
kewajiban dan hak relawan terhadap SEKBER dan BPBD, begitu juga sebaliknya. Ini
harus dijelaskan sejak awal agar terjalin simbiosa mutualisma yang harmonis dan
humanis.
Karena kawan-kawan
relawan di daerah sudah menunggu aksi nyata SRPB yang bisa memberi pencerahan. Disinilah
perlunya dibangun kerjasama dari semua pihak. Baik pemerintah, masyarakat
(relawan) dan dunia usaha dalam rangka menterjemahkan pesan dari Sendai Framework for Disaster Risk Reduction,
yaitu mengurangi risiko bencana dan memperkuat ketangguhan masyarakat
menghadapi bencana. Wassalam.[eBas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar