Paruh terakhir bulan april 2017,
merupakan minggu istimewa buat relawan jawa timur. Ada agenda besar disana yang
waktunya berhimpitan. Tanggal 24 – 25 april, relawan yang tergabung dalam Forum
Pengurangan Risiko Bencana Jawa Timur (F-PRB Jatim) mengadakan musyawarah besar
untuk memilih pengurus baru, yang didahului dengan pertanggungjawaban pengurus
lama.
Selanjutnya, tanggal 28 -29 april,
atas dorongan BPBD Provinsi Jatim, seluruh organisasi relawan yang berkesempatan
hadir dalam kongres, menyepakati terbentuknya Sekretariat Bersama Relawan
Penanggulangan Bencana Jawa Timur (SRPB Jatim), yang bisa mewakili keberadaan
relawan penanggulangan bencana di seluruh kabupaten/kota, di jawa timur
Kedua kegiatan di atas, berlangsung
dinamis, dan berhasil memilih pengurus dengan suara aklamasi tanpa diwarnai
aksi yang ‘nggegirisi’ seperti
kebiasaan organisasi selama ini dalam adu argumentasi memaksakan pendapat dan
kepentingan dibalik kepintaran bersilat lidah mengolah kata dalam orasi.
Sementara BNPB, pada tanggal 26 april
2017, mengumandangkan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional dengan tema ‘Siap Untuk Selamat’. Gaungnya pun
menasional dengan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh seluruh pegiat
kemanusiaan dibidang penanggulangan bencana.
Dengan terpilihnya pengurus kedua
organisasi tersebut, hendaknya segera membuka ruang berkomunikasi dan koordinasi
membangun sinergi dalam melaksanakan program organisasi yang beriringan dengan
program penanggulangan bencana yang menjadi prioritas BPBD.
Termasuk merencanakan pendataan dan
pembinaan kepada relawan agar kapasitas, keterampilan dan kemampuan
manajerialnya meningkat. Sehingga mumpuni dalam menangani tugas-tugas
kemanusiaan, serta mengedukasi (dan mengadvokasi) masyarakat yang berdiam di
kawasan rawan bencana.
Ini penting, agar tidak terjadi
tumpang tindih program, yang bisa mengesankan ‘rebutan lahan’. Untuk itulah, alangkah eloknya, senyampang
keduanya sedang konsolidasi kepengurusan internalnya, BPBD mengambil inisiatif,
mengumpulkan ke dua pengurus untuk diajak ‘rembugan
musyawaroh’ berbagi peran membahas siapa melakukan apa dan dimana, yang
diselaraskan dengan program BPBD. Termasuk segera menyediakan ruangan khusus
untuk tempat bertemunya relawan (sekber).
Sebagai mitra kritis, F-PRB Jatim dan
SRPB Jatim hendaknya juga bisa merumuskan isu-isu terkini terkait dengan upaya
penanggulangan bencana, serta mampu memberikan masukan berupa gagasan kreatif,
dan inovatif kepada BNPB dan BPBD untuk dijadikan bahan penyusunan kebijakan. Diantaranya,
seperti yang dilakukan oleh Komunitas Relawan Indonesia chapter Malang raya,
yang membuat inovasi alat peringatan dini sederhana untuk bencana banjir dan
longsor, yang saat ini sedang di uji coba di daerah Malang selatan. serta perlunya
ada ‘Desk Relawan’ dalam posko
penanggulangan bencana.
“Ini dijadikan tempat parkirnya
relawan yang baru datang sebelum mendapat perintah dari posko untuk ditugaskan
ke daerah yang membutuhkan (kekurangan personil),” Kata Kasubdit Pemberdayaan
Masyarakat, BNPB, Pangarso Suryo, saat memberikan materi kepada peserta kongres
relawan jawa timur di Hotel Regent Park, Kota Malang terkait dengan gagasan
perlunya Desk Relawan.
Masih kata Papang, panggilan
akrabnya. Tidak kalah petingnya adalah upaya menumbuhkan jiwa korsa antar
relawan, yang bisa dilakukan melalui
pertemuan-petemuan. Baik itu dalam bentuk diklat, seminar, lokalatih dan
sarasehan, yang dilakukan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan pihak
lain.
“Disamping tempat nongkrong, sekber
harus mengemas kegiatan yang bisa meningkatkan kapasitas relawan. Termasuk
memunculkan gagasan segar program penanggulangan bencana, sehingga kami yang di
birokrasi mendapatkan masukan dari bawah untuk dijadikan kebijakan yang
bersentuhan dengan keberadaan relawan,” Ujar Papang yang dinobatkan sebagai
panglima relawan oleh Komunitas Relawan Jawa Tengah.
Di bulan april ini, beberapa daerah
di jawa timur dilanda banjir dan longsor yang menimbulkan kerugian. Kiranya
peristiwa tersebut bisa dijadikan bahan pembelajaran dan kajian bersama BPBD.
Kira-kira langkah apa yang bisa dilakukan untuk antisipasi jika bencana muncul
kembali. Melakukan gerakan mitigasi non struktural bersama berbagai elemen
masyarakat .
Melakukan kegiatan sosialisasi PRB
dan cinta lingkungan di daerah rawan bencana. Mendampingi kegiatan Desa Tangguh
Bencana, atau meningkatkan kapasitas relawan yang berdomisili di daerah rawan
bencana. Karena merekalah orang pertama yang berjibaku dengan bencana sebelum
pihak luar datang membantu.
Pengurus baru ke dua organisasi
relawan jatim sudah terbentuk, tentunya sesegera mungkin menyusun agenda
pertemuan pengurus untuk menyusun programnya. Paling tidak, dialog melalui
media sosial harus sudah mengarah ke program, bukan terus terlena dalam eforia semarak mubes dan kongres yang dibarengi
pameran foto selfie semata. Mari bulatkan tekat, satukan langkah, samakan niat,
berbuat bersama relawan seluruh jawa timur untuk kerja-kerja kemanusiaan demi
kemaslahatan sesama. [eBas]
bulan april bulannya relawan jawa timur.
BalasHapusmungkin akan menarik dan bermakna jika setiap april, bpbd mengagendakan Sarasehan Relawan yang diikuti oleh semua komunitas/organisasi relawan untuk menyamakan langkah membangun kesepahaman ttg upaya peningkatan kapasitas dalam rangka pelaksanaan tugas2 kemanusiaan