Sungguh senang dan bangga rasanya, saya dilibatkan
menjadi salah satu bagian dari grup whatsapp yang diberi nama Bibitan F-PRB
Surabaya. Seluruh anggotanya sangat antusias melaksanakan tugas melakukan
inisiasi pembentukan forum pengurangan risiko bencana (F-PRB) Kota Surabaya.
Langkah-langkah yang dilakukan juga diupayakan sesuai dengan pedoman
pembentukan F-PRB yang diterbitkan oleh Ninil Jannah, dan kawan-kawan.
Karena mayoritas anggota Bibitan ini terdiri dari “wong
cilik” dan banyak yang kurang paham dengan apa itu forum (hanya berbekal
semangat), maka mereka hanya bisa bergerak di kalangan komunitas wong cilik,
untuk diajak jagongan menyamakan pemahaman akan pentingnya keberadaan Forum
sebagai mitra kritis BPBD dalam melaksanakan program kebencanaan. Baik itu
terkait dengan upaya PRB, maupun penanggulangan bencana.
Hasil dari jagongan itu selalu dikabarkan melalui media
sosial agar diketahui banyak pihak, bahwa “wong cilik” telah bergerak
mengkomunikasikan rencana pembentukan F-PRB Kota Surabaya, lewat pertemuan
informal. Seperti lesehan di warung kopi pinggir kali, di daerah Buduran,
Sidoarjo. Serta tempat lain yang tidak layak jika harus mengundang kaum
borjuis.
Inginnya, grup Bibitan F-PRB Surabaya mengundang semua
unsur pentahelix yang mewakili institusi. Namun dirasa tidaklah mungkin jika
“wong cilik” mengajak jagongan “wong gedi”, takut kualat dan pasti tidak
direwes. Konon, ada yang bilang bahwa sebaiknya inisiatornya itu mereka yang
punya “Pengaruh” bukan “wong cilik” yang selalu dipandang sebelah mata.
Namun karena “wong cilik” lebih sat set wat wet, maka
merekalah, atas bimbingan Ninil Jannah, bisa bergerak lebih dulu dan terus
bergerak, bertukar ide, bersulang pengalaman, mengatur strategi serta menyusun
peta jalan pembentukan forum. Tentu saja sambil ngopi.
Semua kelakuannya coba di dokumentasikan semampunya,
sebagai bukti bahwa “wong cilik” telah berbuat menginisiasi pembentukan F-PRB
Kota Surabaya, walaupun masih dalam konsep dan mencari jalan untuk bisa sowan
ke pejabat yang membidanginya. Maklum “wong cilik” tidak punya akses ke
“istana”.
Alhamdulillah, pesan yang dihasilkan lewat jagongan informal
itu telah didengar oleh beberapa pihak yang punya akses. Sehingga gagasan
pembentukan forum semakin mengkristal ditangan mereka yang handal. Ya, gagasannya
“wong cilik” ditangkap sebagai peluang yang menjanjikan.
Konon, komunikasi tingkat tinggi sudah dimulai, dan rapat
terbatas pun sudah dilaksanakan. Sementara itu, semakin banyak pihak yang ingin
berkontribusi sendiri, dengan caranya sendiri tanpa mengajak “wong cilik”.
Harapannya “wong cilik”, tentulah pengurus forum yang
akan dibentuk nanti berisikan perwakilan dari seluruh unsur pentahelix yang
ikut berproses. Bukan pendatang baru yang nunggu di tikungan dengan
segala konsep yang dibawa sesuai selera dan kepentingannya. Namanya juga
harapan, jadi ya bisa saja tinggal harapan.
Dengan demikian, menurut saya, sudah waktunya “Tim
Bibitan” yang terdiri dari berbagai komunitas “wong cilik” undur diri, karena
misi menginisiasi telah selesai, sesuai janji saat deklarasi. Kini waktunya
para pihak yang kompeten (dan mungkin yang punya ambisi) untuk berbuat membentuk
F-PRB Kota Surabaya. Tentu disini “wong cilik” hanya sekedar angka ikut, yang
boleh tidak diikutkan.
Ya, misi itu telah selesai. Semua telah berlalu, tinggal
kenangan yang indah saat jagongan bersama mengawali kasak kusuk membentuk F-PRB
Kota Surabaya, yang konon banyak relawannya, banyak akademisinya, banyak
praktisinya dibidang kebencanaan, namun terlambat membentuk forum, entah karena
apa.
Jelas kenangan itu akan abadi. Jejak digital akan
menyimpan. Untuk kemudian disuatu saat nanti muncul kembali, entah kapan. Semoga,
saat muncul kembali nanti, keberadaan F-PRB Kota Surabaya sudah beraksi dengan
program-programnya membentuk ketangguhan warga Kota menghadapi potensi bencana
yang ada, diantaranya, kebekaran dan genangan yang membahayakan saat musim penghujan. [eBas/SabtuWage-02072022]
info diluaran ada yg bilang bahwa rencananya akan ada pertemuan ke dua dan lanjutannya untuk membentuk formatur.
BalasHapusada juga yg bilang formaturnya sudah ada (bahkan calon ketua dan pengurus juga tinggal di dok saja)
namun semua itu masih sebatas isu yg setiap waktu bisa berubah.
yang penting semua gagasan yg dibicarakan/dibahas oleh wong cilik lewat grup bibitan telah menginspirasi berbagai pihak, bahkan sudah mengemasnya dgn lebih cantik untuk dikomunikasikan ke berbagai pihak, tanpa melibatkan lagi wong cilik.
BalasHapusartinya disini wong cilik cukup menjadi inisiator/pemicu menculnya aktor2 yang bisa mendorong terbentuknya forum....alhamdulillah.
mari kita tunggu cerita selanjutnya.
waktunya wong cilik berlalu dalam diam mencari kegiatan yg bermanfaat bagi sesama, sekecil apapun, dan apapun bentuk dan jenisnya