Jumat, 01 Juli 2022

MISI UNTUK INISIASI F-PRB TELAH USAI

Sungguh senang dan bangga rasanya, saya dilibatkan menjadi salah satu bagian dari grup whatsapp yang diberi nama Bibitan F-PRB Surabaya. Seluruh anggotanya sangat antusias melaksanakan tugas melakukan inisiasi pembentukan forum pengurangan risiko bencana (F-PRB) Kota Surabaya. Langkah-langkah yang dilakukan juga diupayakan sesuai dengan pedoman pembentukan F-PRB yang diterbitkan oleh Ninil Jannah, dan kawan-kawan.

Karena mayoritas anggota Bibitan ini terdiri dari “wong cilik” dan banyak yang kurang paham dengan apa itu forum (hanya berbekal semangat), maka mereka hanya bisa bergerak di kalangan komunitas wong cilik, untuk diajak jagongan menyamakan pemahaman akan pentingnya keberadaan Forum sebagai mitra kritis BPBD dalam melaksanakan program kebencanaan. Baik itu terkait dengan upaya PRB, maupun penanggulangan bencana.

Hasil dari jagongan itu selalu dikabarkan melalui media sosial agar diketahui banyak pihak, bahwa “wong cilik” telah bergerak mengkomunikasikan rencana pembentukan F-PRB Kota Surabaya, lewat pertemuan informal. Seperti lesehan di warung kopi pinggir kali, di daerah Buduran, Sidoarjo. Serta tempat lain yang tidak layak jika harus mengundang kaum borjuis.

Inginnya, grup Bibitan F-PRB Surabaya mengundang semua unsur pentahelix yang mewakili institusi. Namun dirasa tidaklah mungkin jika “wong cilik” mengajak jagongan “wong gedi”, takut kualat dan pasti tidak direwes. Konon, ada yang bilang bahwa sebaiknya inisiatornya itu mereka yang punya “Pengaruh” bukan “wong cilik” yang selalu dipandang sebelah mata.

Namun karena “wong cilik” lebih sat set wat wet, maka merekalah, atas bimbingan Ninil Jannah, bisa bergerak lebih dulu dan terus bergerak, bertukar ide, bersulang pengalaman, mengatur strategi serta menyusun peta jalan pembentukan forum. Tentu saja sambil ngopi.

Semua kelakuannya coba di dokumentasikan semampunya, sebagai bukti bahwa “wong cilik” telah berbuat menginisiasi pembentukan F-PRB Kota Surabaya, walaupun masih dalam konsep dan mencari jalan untuk bisa sowan ke pejabat yang membidanginya. Maklum “wong cilik” tidak punya akses ke “istana”.

Alhamdulillah, pesan yang dihasilkan lewat jagongan informal itu telah didengar oleh beberapa pihak yang punya akses. Sehingga gagasan pembentukan forum semakin mengkristal ditangan mereka yang handal. Ya, gagasannya “wong cilik” ditangkap sebagai peluang yang menjanjikan.

Konon, komunikasi tingkat tinggi sudah dimulai, dan rapat terbatas pun sudah dilaksanakan. Sementara itu, semakin banyak pihak yang ingin berkontribusi sendiri, dengan caranya sendiri tanpa mengajak “wong cilik”.

Harapannya “wong cilik”, tentulah pengurus forum yang akan dibentuk nanti berisikan perwakilan dari seluruh unsur pentahelix yang ikut berproses. Bukan pendatang baru yang nunggu di tikungan dengan segala konsep yang dibawa sesuai selera dan kepentingannya. Namanya juga harapan, jadi ya bisa saja tinggal harapan.

Dengan demikian, menurut saya, sudah waktunya “Tim Bibitan” yang terdiri dari berbagai komunitas “wong cilik” undur diri, karena misi menginisiasi telah selesai, sesuai janji saat deklarasi. Kini waktunya para pihak yang kompeten (dan mungkin yang punya ambisi) untuk berbuat membentuk F-PRB Kota Surabaya. Tentu disini “wong cilik” hanya sekedar angka ikut, yang boleh tidak diikutkan.

Ya, misi itu telah selesai. Semua telah berlalu, tinggal kenangan yang indah saat jagongan bersama mengawali kasak kusuk membentuk F-PRB Kota Surabaya, yang konon banyak relawannya, banyak akademisinya, banyak praktisinya dibidang kebencanaan, namun terlambat membentuk forum, entah karena apa.

Jelas kenangan itu akan abadi. Jejak digital akan menyimpan. Untuk kemudian disuatu saat nanti muncul kembali, entah kapan. Semoga, saat muncul kembali nanti, keberadaan F-PRB Kota Surabaya sudah beraksi dengan program-programnya membentuk ketangguhan warga Kota menghadapi potensi bencana yang ada, diantaranya, kebekaran dan genangan yang membahayakan  saat musim penghujan. [eBas/SabtuWage-02072022]

 

 

 

 

2 komentar:

  1. info diluaran ada yg bilang bahwa rencananya akan ada pertemuan ke dua dan lanjutannya untuk membentuk formatur.
    ada juga yg bilang formaturnya sudah ada (bahkan calon ketua dan pengurus juga tinggal di dok saja)
    namun semua itu masih sebatas isu yg setiap waktu bisa berubah.

    BalasHapus
  2. yang penting semua gagasan yg dibicarakan/dibahas oleh wong cilik lewat grup bibitan telah menginspirasi berbagai pihak, bahkan sudah mengemasnya dgn lebih cantik untuk dikomunikasikan ke berbagai pihak, tanpa melibatkan lagi wong cilik.
    artinya disini wong cilik cukup menjadi inisiator/pemicu menculnya aktor2 yang bisa mendorong terbentuknya forum....alhamdulillah.

    mari kita tunggu cerita selanjutnya.
    waktunya wong cilik berlalu dalam diam mencari kegiatan yg bermanfaat bagi sesama, sekecil apapun, dan apapun bentuk dan jenisnya

    BalasHapus