Sambil menikmati kopi adukannya si Dhalbo, mereka ngobrol
tentang program sosialisasi satuan pendidikan aman bencana (SPAB) yang akan
dilaksanakan oleh Mukidi dan timnya. Ya, Mukidi memang salah satu anggota tim
SPAB yang mumpuni sehingga dipercaya banyak pihak.
Dalam berbagai literatur, dikatakan bahwa konsep SPAB adalah
satuan pendidikan yang menerapkan standar sarana dan prasarana serta
budaya yang mampu melindungi warga satuan
pendidikan dan lingkungan di sekitarnya dari bahaya bencana. Dengan tujuan, Meningkatkan kemampuan sumber
daya di satuan pendidikan dalam menanggulangi dan mengurangi risiko bencana;, Melindungi
investasi pada satuan pendidikan agar aman terhadap bencana,
Kemudian, meningkatkan kualitas sarana dan
prasarana satuan pendidikan agar aman terhadap bencana, Memberikan perlindungan
dan keselamatan kepada peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan dari
dampak bencana di satuan Pendidikan, Memastikan keberlangsungan layanan
pendidikan pada satuan pendidikan yang terdampak bencana,
Selanjutnya, memberikan layanan pendidikan yang
sesuai dengan karakteristik risiko bencana dan kebutuhan satuan Pendidikan, Memulihkan
dampak bencana di satuan Pendidikan, dan Membangun
kemandirian satuan pendidikan dalam menjalankan program SPAB.
Sayangnya, harapan yang indah itu belum seindah warna
aslinya. Kata Cak Kaspo, yang dari tadi sibuk dengan gawainya, bahwa praktek SPAB
selama ini masih terkesan asal jalan dan seremonial belaka tanpa tindak lanjut
(sangat tergantung anggaran). Sebuah anggapan pribadi dari Cak Kaspo yang perlu
dipahami tanpa emosi.
“Menurut saya,
program SPAB itu diutamakan untuk sekolah yang di daerahnya ada potensi bencana,”
Kata si Dhalbo, menimpali anggapan Cak Kaspo, sebagai upaya meningkatkan
wawasan. Minimal mengasah kemampuan berargumentasi (ngeyelan).
Masih kata Dhalbo, yang suka ngeyel itu, dalam program
SPAB, yang dipentingkan adalah, pihak sekolah paham akan adanya potensi bencana
di daerahnya, dan bagaimana mengurangi risikonya, serta apa yang harus
dilakukan saat terjadi bencana dan harus berbuat apa setelah bencana.
“Ingat lho, pendidik itu tugasnya sudah banyak. Disamping
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, juga harus menyelesaikan urusan
administrasi untuk keberlangsungan kariernya agar tidak disemprit atasannya,” Ujarnya,
sambil nyakot roti goreng.
Artinya, tiga modul SPAB yang meliputi Pilar 1, tentang
Fasilitas Sekolah Aman, Pilar 2, tentang Pendidikan Pencegahan dan Pengurangan
Risiko Bencana, serta Pilar 3, yang membahas Manajemen Bencana di Sekolah,
tidak harus dikuasai oleh warga sekolah.
Untuk itu perlu ada kerjasama dengan forum pengurangan
risiko bencana (F-PRB) setempat dalam melakukan pelatihan dan simulasi penanggulangan
bencana, sesuai jenis potensi bencana yang ada. Termasuk membentuk tim siaga bencana
sekolah dan menyusun berbagai dokumen yang diperlukan.
“Kayaknya tidak mungkin semua itu dibebankan ke pihak
sekolah. Harus ada pihak ke tiga yang dilibatkan agar SPAB dapat benar-benar
berkontribusi dalam upaya membangun budaya tangguh,” Tambahnya.
Semua peserta terkesima oleh ocehan si Dhalbo. Sudah mirip
bicaranya nara sumber kebencanaan, yang biasa disewa oleh lembaga dan tidak tergantikan.
“Tumben omonganmu enak di denngar dan ada benarnya. Emang
tadi pagi sarapan apa kok pinter,” Seloroh Mukidi, yang disambut gelak tawa
lainnya. Seperti biasanya, si Dhalbo hanya nyengir kuda.
Tapi ingat, masih kata Mukidi, bahwa program SPAB itu
sudah ada aturannya (dan anggarannya) yang harus dilakukan dengan baik agar
tidak menjadi temuan saat ada pemeriksaan dari inspektorat, misalnya.
“Namanya program ya harus berjalan sesuai aturan dan ada
laporannya sebagai bentuk pertanggungjawaban. Masalah program itu berdampak
atau tidak kepada sasaran, itu urusan lain,” Ucapnya lagi.
Semakin malam, obrolanya semakin mengasyikkan. Walaupun tidak
masuk dalam tataran ilmiah, namun seluruh peserta berani dengan merdeka
mengemukakan pendapat bahkan saling mendebat untuk memperkuat pendapat tanpa
menghujat.
Dalam kesempatan itu Mukidi juga bilang, bahwa dia pernah
mendengar tentang konsep ketangguhan masyarakat dalam sebuah rapat yang digelar
sambil saling merapat.
Dikatakan bahwa tanda masyarakat tangguh itu memiliki
akses informasi tentang bencana sehingga bisa segera bersiap diri, kemudian
memiliki daya antisipasi terhadap segala kemungkinan, lalu daya proteksi diri
menghadapi bencana yang datang, memiliki daya adaptasi terhadap lingkungan, sesuai
konsep Living Harmony with Risk, serta memiliki daya lenting untuk
segera pulih diri pasca bencana.
Semua ini tentu tidak mungkin bisa dikerjakan sendiri
oleh pemerintah (dalam hal ini BPBD). Perlu menggandeng F-PRB sebagai mitra
yang bisa diajak untuk melaksanakan program BPBD. Apalagi F-PRB Jawa timur memiliki
program SDSB (sambang dulur sinau bareng). Itu bisa dimanfaatkan untuk menindak
lanjuti program SPAB (dan destana) dalam rangka membangun budaya tangguh
bencana.
Obrolan asik ngalor ngidul yang tidak ada simpulannya itu berlangsung
sampai larut malam. Tanda bahwa anggota Jamaah LC senang jagongan bertukar
pengalaman untuk menambah wawasan, sekaligus bergotong royong memperkuat
pertemanan tanpa melemahkan, seperti yang sering disuarakan oleh banyak pihak. Wallahu
a’lam bishowab. [eBas/kamis Legi-14072022]
sesungguhnyalah berbagai lembaga telah memiliki program destana dan spab dengan nama lain sesuai dengan visi misi masing2 lembaga. tujuannya sama membangun kesiapsiagaan dan ketangguhan masyarakat menghadapi bencana.
BalasHapustinggal bagaimana masing2 lembaga itu mengemas program sedemikian rupa untuk kemudian dipublikasikan melalui berbagai media agar diketahui oleh khalayak ramai.
tentu semua itu ada anggaran publikasi yang memadai, atau
jika tidak ada anggaran maka tergantung pada komitmen, militansi dan loyalitas semua elemen untuk berkenan atau tidak mempublikasikan segala kiprahnya kepada khalayak ramai.
semua adalah pilihan
foto di atas yg dijadikan pemanis tulisan itu merupakan foto terakhir kami bersama mas Aditya (ke dua dari kiri, memakai rompi) yang telah mendahului kami anggota Jamaah LC menghadap Tuhan pada senin (27/06/2022) malam karena sakit.
BalasHapusmas Aditya merupakan anggota KTGD sekaligus ikut merintis berdirinya Jamaah LC.
semoga mas Aditya tenang disisi-NYA