Kayaknya sudah menjadi sabda
alam, setiap musim penghujan, selalu saja diikuti oleh munculnya genangan
dimana-mana, banjir. Salah satu penyebabnya adalah karena daya dukung luasan
sungai yang semakin tidak layak, yang disebabkan sedimentasi dan sampah. Kenyataan
di lapangan mengajarkan, banjir yang terjadi setiap tahunnya itu, sering kali
kurang ditanggapi secara kritis oleh masyarakat terdampak.
Sehingga,
ketika banjir benar-benar datang, masyarakat pun kalang kabut menyelamatkan apa
saja yang bisa diselamatkan. Kemudian muncullah posko pengungsian, tenda
darurat didirikan, dapur umum sibuk mendistribusikan konsumsi, posko kesehatan
juga beraksi mengobati penyakit kulit, demam dan mencret. Dipihak lain,
berbagai komunitas peduli kemanusiaan secara mandiri datang membantu dengan
aneka bantuan, dan pejabat pun melakukan kunjungan membawa bingkisan sebagai sarana tebar pesona.
Biasanya
puncak bencana hidrometeorologi terjadi pada bulan Desember hingga bulan
Februari saat Indonesia memasuki puncak musim hujan yang ditunjukkan dengan
banyaknya bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi dimana-mana. Beberapa dekade ini, banjir semakin sering dan luasannya merambah
daerah-daerah yang biasanya tidak kebanjiran. Kemudian, banjir pun sekarang
sering kali diikuti oleh longsor.
Ya, banjir dan longsor merupakan
jenis bencana alam yang semakin sering terjadi di wilayah Indonesia. Bencana lain
yang tidak bisa dihindari kemunculannya adalah gempa bumi, erupsi gunung
berapi, tsunami, kebakaran hutan dan lahan, angin puting beliung dan perubahan
iklim yang ekstrim. Semuanya bisa terjadi kapan saja dimana saja, tanpa atau
membawa korban apa saja.
Beberapa
jembatan rusak, sejumlah komoditas pertanian terpaksa puso karena areal
persawahan terendam banjir, lalu lintas terputus karena jalanan longsor,
perkampungan, bahkan komplek perumahan pun terendam beberapa hari karena
jeleknya pematusan, adalah contoh dampak dari musim hujan, dan itu terus berulang
dan berulang.
Langkah
cerdas yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah merangkul beragam komunitas
peduli bencana yang dibangun masyarakat secara mandiri untuk melakukan gerakan
bersama. Diantaranya melakukan mitigasi bencana, yaitu usaha untuk mengurangi, bahkan
meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul akibat bencana.
Banyak
hal yang dapat dilakukan bersama, seperti dalam mengantisipasi banjir,
pemerintah daerah dan masyarakat harus memperhatikan bangunan pengendali banjir
(bendungan/dam atau sumur resapan) serta kondisi sungai. Untuk jangka
pendek, dapat kita lakukan pengerukan sungai dari endapan, serta bergotong royong
membuat gerakan bersih-bersih sampah di lingkungan sungai, sebagai langkah
antisipatif mengenali potensi bencana di sekitar pemukiman untuk meminimalkan
dampak bencana.
Harapannya,
musim penghujan kali ini, masyarakat terdampak sudah punya kiat sendiri untuk mengantisipasi
sekaligus menyelamatkan diri sesuai kearifan lokal, sebelum datangnya bantuan
dari pihak luar. Disisi lain, pemerintah pun (dengan melibatkan komunitas
peduli bencana) tidak lelah-lelahnya melakukan sosialisasi pengurangan risiko
bencana kepada masyarakat, sekaligus menyiapkan dan melengkapi sarana prasarana
dan logistik untuk sewaktu-waktu di dorong ke daerah bencana banjir (dan
bencana lainnya). Salam kemanusiaan.[eBas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar