Sabtu, 20 Februari 2016

FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA TIMUR

Mbah Darmo dari Perkumpulan Jangkar Kelud, bilang bahwa jika di Bojonegoro banyak forum pertemuan yang tersedia, tapi tidak ada topik yang menarik sehingga membosankan. Sementara di kepengurusan Forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Timur ( selanjutnya disingkat F-PRB Jatim), banyak topik yang ingin dibahas namun forum pertemuan sangat terbatas, tidak ada wadah untuk membahasnya.

Kemudian, DR. Eko Teguh Paripurno, biasa dipanggil Kang ET, bilang bahwa kita perlu “Wadah Grenengan” sebagai tempat bertemunya semua elemen pegiat kebencanaan, yang digelar secara berkala agar keberadaan forum semakin tampak dan menjadi rujukan berbagai pihak, terkait dengan program penguraangan risiko bencana dan upaya penanggulangan bencana.

Pernyataan dari dua tokoh PRB ini kiranya perlu ditindak lanjuti dalam rangka membangun komunikasi dan koordinasi diantara relawan kebencanaan, sehingga masing-masing elemen bisa berkontribusi sesuai kebisaannya.

Kegiatan yang dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat ini bertajuk “Roadshow F-PRB Jatim wilayah Surabaya, Sidoarjo, Bojonegoro dan Mojokerto” di Kantor BPBD Jawa timur, sabtu (20/2), dalam rangka mendorong para pegiat kebencanaan untuk membentuk Forum PRB di masing-masing Kabupaten/Kota, baik mandiri maupun berkolaborasi dengan instansi pemerintah dan dunia usaha.

Ya, forum ini bukanlah tandingan, apalagi tunggangan BPBD. Keberadaannya lebih sebagai ‘Think Tank’ yang menyumbangkan pikiran dan gagasan untuk memajukan program penanggulangan bencana yang menjadi tupoksi BPBD. Forum bersinergi dengan BPBD melakukan edukasi dan advokasi kepada masyarakat luas, khususnya yang berdomisili di kawasan rawan bencana, agar paham akan potensi bencana di daerahnya.

Melalui “Wadah Grenengan” gagasan Kang ET, diharapkan muncul gagasan cerdas yang bisa menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana berbasis lingkungan dan kebutuhan masyarakat setempat sesuai potensi bencana yang muncul. Bukan berbasis proyek semata. Termasuk, mendorong lahirnya kebijakan koordinasi antar relawan, Forum PRB dan BPBD, sehingga masalah penanggulangan bencana di daerah bisa segera diatasi bersama tanpa harus saling menunggu. Contoh kasus banjir di Mojokerto beberapa minggu yang lalu, seperti yang dikeluhkan oleh Cak Anam dari LPBI-NU Mojokerto.

Forum pun bisa menjadi katalisator antara relawan dengan BPBD dalam rangka peningkatan kapasitas relawan melalui pelatihan dan pembinaan berkala, terkait dengan manajemen kebencanaan, yang ternyata tidak sesederhana anggapan masyarakat awam. Banyak yang belum tahu, apalagi menguasai, termasuk orang BPBD sendiri, karena berbagai hal.

Dengan terjalinnya komunikasi yang baik, tentulah akan memudahkan mobilisasi potensi masyarakat terlatih untuk melakukan operasi kemanusiaan manakala bencana menebar petaka.

Dialog yang dipimpin langsung oleh sekjen Forum PRB, berlangsung gayeng, masing-masing peserta menceritakan pengalamannya sekaligus memberikan saran dan harapan agar keberadaan Forum PRB terasakan hadirnya, seperti jargon yang diusung BNPB dalam peringatan bulan PRB tahun 2015, “SELALU HADIR DITENGAH-TENGAH MASYARAKAT”.

Eko, dari dinas kominfo berharap, forum bisa membuat wabblog sebagai media komunikasi tebar informasi melalui ‘dunia maya’ kepada khalayak ramai, terkait dengan masalah kebencanaan dan adaptasi perubahan iklim, serta mencoba menterjemahkan amanat Sendai Framework For Disaster Risk Reduction 2015-2030 ke dalam bahasa masyarakat untuk membangun kebersamaan dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana secara mandiri sehingga jumlah korban bencana bisa dikurangi.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana caranya agar relawan, akademisi, praktisi, dunia usaha dan para pegiat kemanusiaan itu bisa bersinergi dalam sebuah Forum PRB, baik di tingkat Kabupaten/kota maupun Provinsi untuk menumbuhkan kemandirian dalam hal pengurangan risiko bencana, penanggulangan bencana dan adaptasi perubahan iklim.

Selanjutnya, peran apa yang sudah dan akan dimainkan oleh BPBD dalam rangka ‘membesarkan’ Forum PRB yang katanya sampai sekarang masih kesulitan mengumpulkan pengurusnya untuk tampil ‘full team’ dalam sebuah pertemuan seperti ini, dikarenakan kesibukan masing-masing yang menumpuk. Moderator tidak menyimpulkan, semua diserahkan kepada peserta untuk menindak lanjutinya. Yang jelas, untuk membentuk Forum, perlu ada yang memfasilitasinya. Siapa?. [eBas]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar