Selasa, 02 Februari 2016

PROGRAM IABI DI DAERAH


Konon, kepengurusan ikatan ahli kebencanaan Indonesia (IABI) wilayah jawa timur telah dibentuk beberapa bulan yang lalu. Bahkan sudah dikukuhkan langsung oleh ketua umumnya, Profesor Sudibyakto, dosen senior dari Universitas Gajah Mada (UGM). Waktu itu, pengukuhannya dibarengkan dengan peresmian berdirinya relawan kampus di Halaman Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya.

Lahirnya IABI sebagai wujud untuk mendukung konsep Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Indonesia, hal ini tidak terlepas karena Indonesia yang merupakan negara kepulauan mempunyai keunikan tersendiri. Salah satu Keunikannya antara lain sebagai wilayah yang sangat rawan terhadap berbagai ancaman (hazards) baik bahaya alami (natural hazard) maupun buatan (man-made/ anthropogenic hazard)

Syamsul Maarif, salah seorang penggagas IABI, mengatakan bahwa “working group yang terbentuk melalui IABI ini telah mencerminkan keinginan bersama bahwa persoalan kebencanaan adalah urusan bersama, termasuk didalamnya adalah para ahli bencana yang dituntut untuk mempunyai cara pandang dan berfikir secara holistik dan seistemik. Visi IABI juga harus dapat membangun dan mengembangkan sebuah budaya keselamatan dan ketangguhan menghadapi bencana”. (BNPB, 2014)

Dengan kata lain, IABI merupakan wadah koordinasi dan berbagi antar ilmuwan dalam upaya membantu pemerintah (BNPB)  mengurangi risiko bencana, sekaligus membangun kesadaran bersama untuk berdialog antar pihak terkait. Selain itu, kegiatan ini juga dapat menyinergikan kegiatan sektoral sehingga dapat dijadikan ajang pembelajaran bersama bagi IABI seluruh Indonesia. Seperti diketahui dalam penangganan bencana, diperlukan pemikiran dan teknologi yang tepat, sehingga penangganan dan mencegah bencana tersebut dapat  dilakukan dengan tepat dan cepat serta kerugian dapat ditekan seminal mungkin.

Dosen yang berminat menjadi anggota IABI cukup banyak, tentu dengan motivasi yang beragam dan mempribadi sifatnya. Misalnya, memperluas jejaring kemitraan diantara sesama dosen dari berbagai perguruan tinggi, mencari akses agar mudah mendapatkan dana hibah penelitian, dan semacamnya.

Dosen dengan berbagai disiplin ilmu, tidak diharamkan untuk bergabung. Yang penting mau dan mampu. Mengingat, dalam upaya penanggulangan bencana sangat diperlukan pendekatan keilmuan yang beragam, sehingga bisa saling mendukung dan memperkuat. Yang penting ada keterpanggilan jiwa yang kuat terhadap kerja kerja kemanusiaan yang jauh dari profit, mengedepankan kebersamaan dan gotong royong dalam upaya penyelamatan korban dan pengurangan risiko bencana. 

Sesuai karakteristik anggota IABI, maka kegiatan yang dilakukan lebih banyak dalam ranah keilmuan (meningkatlan intelektualitas civitas akademika), seperti penelitian, pengkajian, pengembangan, diskusi, seminar, dan workshop yang berhubungan masalah kebencanaan.

Memanfaatkan ilmunya untuk merancang teknologi tepat guna untuk penyelamatan korban, pembuatan peringatan dini (early warning system) untuk bencana banjir, longsor, bahkan tsunami. Mengembangkan manajemen kebencanaan yang semakin efektif dan efisien, dan lainnya. Sekali lagi, semuanya ini dalam rangka membantu BNPB dalam mengurangi dampak bencana.

BNPB pun konon, telah mengalokasikan dana penelitian miliaran rupiah untuk para dosen sebagai upaya menemu kenali permasalahan yang terkait dengan pra bencana, tanggap bencana, pasca bencana dan rehab rekon.

Namun, konon hasil penelitian yang dilakukan dosen, baik yang tergabung dalam IABI maupun yang belum mau bergabung. Namun sesungguhnyalah hasil karya para dosen itu masih belum banyak yang layak terap, masih perlu ‘dipertajam’ lagi sehingga bisa di duplikasikan di berbagai daerah. Masih sebatas kajian ilmiah yang sangat seksi dengan berbagai teori untuk diperdebatkan dalam seminar ilmiah di Kampus atau diselenggarakan di Hotel berbintang, yang diikuti oleh orang-orang yang tidak sembarangan.

Konon, hasil kajian dan penelitian yang dilakukan oleh dosen-dosen penerima dana hibah itu  diharapkan bisa menjadi bahan penyusunan kebijakan  maupun untuk melakukan mitigasi serta pembinaan kepada relawan dan masyarakat terdampak sebagai upaya pengurangan risiko bencana.

Disamping itu, menurut informasi, secara berkelompok membuat kegiatan nyata yang bersentuhan dengan masalah tupoksi BNPB maupun BPBD, semisal terlibat dalam pelatihan penanggulangan bencana, sebagai fasilitator maupun nara sumber teknis. Termasuk secara berkelompok membuat yayasan yang bergerak dibidang kebencanaan.


Sungguh, karya dari IABI sangat ditunggu oleh para relawan penanggulangan bencana, dalam rangka menambah wawasan, info baru, meningkatkan kompetensi dan keterampilan relawan, seperti rencana pengklasteran relawan, yaitu klaster kesehatan, pencarian dan penyelamatan, logistic, pengungsian dan perlindungan, pendidikan, ekonomi, sarpras, dan pemulihan dini (rehab rekon). Ini penting karena, konon, relawan harus disertifikasi oleh lembaga sertifikasi profesi penanggulangan bencana untuk bekal menghadapi MEA. [eBas]  

1 komentar:

  1. ini nomor rekening bank milik yayasan PUSPPITA, BANK BNI 0418072450
    disilahkan bagi pembaca yang ingin mendonasikan sebagian rejekinya untuk kerja kerja kemanusiaan. minimal 10.000 rupiah saja
    sedikit saja
    yang penting ikhlas bagi anda halal bagi yayasan

    BalasHapus