Tujuh
rekomendasi itu dihasilkan lewat berbagai masukkan dari diskusi dan berbagi
pengalaman praktik baik upaya pengurangan risiko bencana, selama gelaran GPDRR
berlangsung, sejak tanggal 23 sampai 28 Mei 2022.
Tinggal
bagaimana pemerintah, dalam hal ini BNPB/BPBD mensikapi rekomendasi tersebut.
Apakah segera beraksi dengan merangkul berbagai pihak atau abai, menunggu
arahan dan petunjuk dari atasannya, yang entah kapan akan memberi instruksi.
Pertanyaannya
kemudian adalah, dari tujuh rekomendasi hasil GPDRR itu, mana yang bisa segera
ditindak lanjuti oleh komunitas relawanyang dirupakan dalam programnya, sebagai
bentuk partisipasi nyata membantu pemerintah membangun ketangguhan masyarakat
menghadapi bencana.
Penulis mencoba meminta pendapat
beberapa orang anggota F-PRB Jawa Timur terkait
dengan tujuh rekomendasi, yang
mungkin bisa dikerjakan sesuai kapasitas, terkait dengan rekomendasi yang dirumuskan
di Pulau Dewata.
Anin Faros,
sebagai fasilitator Desa Tangguh Bencana, yang sering bersentuhan dengan
masyarakat, mengatakan bahwa rekomendasi nomor empat dan lima yang mungkin bisa
dikaitkan dengan program forum.
Rekomendari
ke empat itu mengatakan bahwa, bencana memberikan dampak berbeda kepada setiap
orang. Untuk itulah perlunya pendekatan partisipatif dan berbasis HAM untuk
memasukkan semua, sesuai prinsip "Tidak ada apa-apa tentang kita tanpa
kita" dalam perencanaan pengurangan risiko bencana dan implementasinya
pada masyarakat yang berisiko.
Rekomendasi
itu juga berharap dapat melibatkan generasi muda dan profesional muda sebagai
bentuk investasi yang harus ditingkatkan untuk merangsang inovasi dan solusi
kreatif.
Sedangkan
rekomendasi ke lima, intinya ingin memastikan setiap orang di muka bumi
dilindungi oleh sistem peringatan dini dalam jangka waktu lima tahun ke
depan. Respons terhadap seruan tersebut harus mempertimbangkan rantai
nilai peringatan dini yang berpusat pada masyarakat secara menyeluruh dari
ujung ke ujung – mulai dari penilaian risiko hingga infrastruktur dan
menjangkau tujuan akhir.
“Upaya
ini tentunya bisa disampaikan oleh forum saat melakukan program sambang desa
sianu bareng dan sapa destana,” Katanya melalui sambungan seluler.
Sementra itu, Cak Anam, disamping sebagai pengurus FPRB,
juga aktid di LPBI-NU Kabupaten Mojokerto, mengatakan bahwa apa yang dihasilkan
diacara GPDRR itu semuanya baik, jika semua pihak berkomitmen untuk mencoba
memulai melaksanakannya.
“Rekomendasi pertama bisa dilakukan dengan mendekati
pemegang kebijakan lokal. Upaya ini memang berat, tapi harus dicoba lakukan
dengan melibatkan para pihaak,” Tambahnya.
Untuk rekomendasi yang ke dua, masih kata Cak Anam, bisa
dilakukan dengan mendekati masyarakat secara langsung. Upaya ini juga
berat, karena mainstream masyarakat
kita terhadap program pengurangan risiko
bencana,
masih jauh panggang dari api.
Sedangkan yang ke empat, bisa dilakukan dengan
melanjutkan apa yang sudah dilakukan forum bersama masyarakat (diantaranya pembentukan
dan pendampingan destana, serta
program sapa destana)
“Terkait rekomendasi yang terakhir, forum bisa
mendorong melalui keseriusan stakholder yang membidangi administrasi
kebencanaan, terkait perhitungan
IRBI bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Bukan hanya seremonial belaka,” Kata pria berkulit sawo matang yang humoris ini.
Tentu masih akan banyak lagi pendapat yang muncul bagaimana
merealisasikan tujuh rekomendasi yang dihasilkan di Pulau Bali ini, untuk
membangun budaya tangguh, berdasarkan kapasitas dan kepentingan masing-masing
pihak. Ya, para pihak memang boleh menterjemahkannya kedalam programnya.
Jika memungkinkan, diperlukan sinergitas dan kerja-kerja
kolaboratif antar pihak untuk merealisasikan tujuh rekomendasi. Dengan kata
lain, masing-masing pihak turut berkontribusi aktif mengawal tujuh rekomendasi.
Mengingat
pentingnya masalah ini, Kepala BNPB mengatakan, harus ada komitmen ulang
terhadap keterlibatan masyarakat, dan pengurangan risiko bencana yang
digerakkan oleh masyarakat, serta mendukung struktur lokal yang ada dan
membangun resiliensi.
Beberapa waktu yang lalu, saat penyelenggaraan Konfrensi
Nasional Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas XIV tahun 2021, juga
menghasilkan beberapa rekomendasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar