Rabu, 13 September 2023

MUKIDI SIAP DIGERAKKAN MENANGANI BENCANA DIMANA SAJA KAPAN SAJA

Dalam sebuah jagongan antar komunitas relawan, selasa (12/09/2023) malam, Mukidi dengan lantang berkata, bahwa komunitasnya, adalah salah satu yang siap berperan serta dalam operasi penanggulangan bencana. Mereka siap digerakkan kemana saja, dan kapan saja mendukung BNPB/BPBD dalam melaksanakan programnya.

“Anggota kami memiliki kapasitas yang beragam sesuai klaster yang ada, sehingga siap digerakkan untuk menangani berbagai bencana di berbagai tempat,” Katanya penuh percaya diri.

Semua yang ikut jagongan terkesima mendengar perkataan Mukidi, Ketua KASAN (komunitas anti sambat nasional). Untuk menghidupi keluarganya, sehari-hari dia bekerja sebagai pegawai daerah di kantor pemerintah.

Ya, semua tahu, bahwa Mukidi dan komunitasnya memang aktif melakukan sosialisasi pengurangan risiko bencana kepada masyarakat. Mereka juga sering bekerjasama dengan para pihak untuk melakukan edukasi SPAB di berbagai jenjang sekolah, serta terlibat dalam pendampingan destana agar keberadaannya benar-benar ada. Apalagi di belakang KASAN ada institusi negara yang menjadi pelindungnya.

Semua yang dilakukan Mukidi ini, dalam rangka peningkatan kapasitas masyarakat untuk membangun kesiapsiagaan dalam rangka mengurangi ancaman dan dampaak bencana. Hal ini seperti yang sering dikatakan oleh pegiat kebencanaan tentang pentingnya membangun ketangguhan.

Ya, pelibatan masyarakat dalam kesiapsiagaan untuk mengatasi dampak bencana haruslah dilakukan sejak pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana. Dengan kata lain, untuk menciptakan ketangguhan dan kesiapsiagaan, maka semua aksi antisipasi antara pusat dan daerah harus terjalin baik. Tanpa itu, kesannya wong pusat hanya merintah saja tanpa tahu kondisi setempat yang memiliki kearifan lokal sendiri.

“Ingat lho, bencana itu urusan bersama, dan di dalam UU Kebencanaan ada pasal yang membahas tentang hak dan kewajiban masyarakat dalam urusan bencana. Disitulah relawan dapat ikut berperan dalam pemberdayaan masyarakat dibidang kebencanaan,” Katanya bangga.

Dalam acara jagongan santai sambil ngopi, Mukidi juga bilang bahwa masyarakat, khususnya yang berdomisili di daerah rawan bencana, hendaknya diberi pemahaman akan pentingnya mengakses informasi masalah kebencanaan dari BPBD, BMKG, dan media lain yang menginformasikan kondisi terbaru tentang masalah bencana.

Kemudian masyarakat juga dilatih untuk memiliki daya antisipasi, daya proteksi, daya adaptasi, dan daya lenting untuk segera pulih pasca bencana. Tentu ini tidak bisa dilakukan sekali sentuh langsung paham, seperti program SPAB. Namun perlu proses yang terus menerus. Disinilah perlunya kerja-kerja kolaboratif antar pihak.

Penjelasan Mukidi malam itu sangat menarik dan membuka wawasan peserta jagongan bahwa ternyata masalah kebencanaan itu saling berkelindang karena menyangkut berbagai aspek kehidupan dan harus ditangani oleh multi sektor.

Hanya sayangnya, sikap jumawa Mukidi, yang mengatakan bahwa komunitasnya siap digerakkan kapan saja dan kemana saja itu, yang menjadikan peserta jagongan kurang simpati. Memangnya anggota KASAN itu tidak punya keluarga yang harus dipenuhi kebutuhan hidupnya. Memangnya anggota KASAN itu tidak butuh bersosialisasi dengan tetangganya.

“Pertanyaannya, siapa yang akan menggerakkan komunitasnya Mukidi ?. memangnya KASAN dapat bergerak secara mandiri dengan dukungan finansial sendiri ?, gak usah sombong-sombonglah, gak usah sumbar sampai dunia bergetar. Kayak kita-kita ini gak tau saja,” Kata salah satu peserta jagongan yang enggan menyebutkan jati dirinya karena takut dikucilkan.

Lain lagi jika KASAN itu seperti lembaga NH, LMI, MDMC, DD, RD, SSV dan lainnya yang memang memiliki dana besar untuk mendukung kegiatan bencana. Sementara, KASAN adalah komunitas relawan seperti lainnya, yang sering kesulitan dana untuk mengikuti kegiatan.

Ya, mungkin, maksud dari kata “Siap digerakkan” itu adalah KASAN siap diberi uang untuk melaksanakan kegiatannya. Tanpa belas kasihan dari para pihak, maka KASAN ya seperti komunitas relawan lain, yang pergerakannya tergantung dompet masing-masing.

Mungkin, Mukidi perlu diingatkan bahwa relawan itu adalah seseorang yang bergabung dalam komunitas atau lembaga kemanusiaan, yang secara sukarela tanpa berharap imbalan, berkontribusi dalam gerakan sosial dan memberikan manfaat bagi masyarakat yang ditolongnya.

Sementara. Dalam kaitan dengan kebencanaan, dikatakan bahwa Relawan Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disebut relawan, adalah seorang atau sekelompok orang yang memiliki kemampuan dan kepedulian untuk bekerja secara sukarela dan ikhlas dalam upaya penanggulangan bencana.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran relawan adalah membantu para pihak (pemerintah) sesuai kapasitasnya. “Yen iso yo dilakoni, yen ora iso ditinggal ngopi”.  Ini penting dipahami bahwa relawan itu pemain pembantu.

Sedang pemain utamanya adalah BNPB/BPBD dengan menggerakkan TRC dan Agen Bencana yang mumpuni di bidangnya dan dibayar negara untuk nangani bencana, sesuai dengan fungsinya. Yaitu koordinasi penyelenggaraan penanggulangan bencana, komando penyelenggaraan penanggulangan bencana, dan pelaksana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Jagongan selasa legi malam rabu pahing ini juga membahas tentang bencana kekeringan dan kebakaran yang diakibatkan yang diantaranya dipicu oleh pembangunan. Untuk itulah komunitas relawan juga perlu melakukan aksi antisipasi bencana untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana hidrometeorologi. [eBas]

1 komentar:

  1. mari kita koreksi diri bahwa sebagai relawan itu tidak harus selalu ikut turun ke lokasi bencana diberbagai wilayah. kecuali ada yang membiayai.
    ingat lho PNS/ASN yang bertugas dibidang bencana pun jika ada bencana pasti akan bergerak jika sudah ada surat tugas (SPPD), itu artinya ada uang yang membiayai selama dalam tugas. jadi mereka bergerak itu tidak pakai uang sendiri.
    termasuk para pekerja kemanusiaan mereka datang ke lokasi itu juga dibiayai lembaganya.
    begitu juga dengan relawan. jika dompet tebal, pekerjaan dapat ditinggalkan (mendapat ijin pimpinan) dan keluarga juga bisa ditinggal dengan aman sejahtera, maka silahkan saja turun ke lokasi untuk membantu melakukan kerja-kerja kemanusiaan.
    jika dompet tidak tebal, dan keluarga tidak dapat ditinggalkan ya jangan memaksakan diri. nanti dapat berubah menjadi bencana rumah tangga.
    berbahagialah para relawan yang selalu punya dompet tebal berkecukupan, dan hidupnya kaya raya, sehingga dapat selalu tampil di segala medan bencana membersamai pejabat dan petugas di lapangan

    BalasHapus