Jumat, 27 September 2024

KEGIATAN KOLABORASI MENGANGKAT HARTA KARUN PENYEBAB PENDANGKALAN SUNGAI

 Berawal dari obrolan ngalor ngidul beberapa relawan dari berbagai komunitas, di Basecamp LC (Lorong eduCation), tercetuslah gagasan membuat kegiatan bersih-bersih Sungai di Wilayah Kota Surabaya, sebagai upaya tindak lanjut kegiatan Bersih-bersih Pantai Kenjeran yang masuk wilayah Benteng Kedung Cowek, bebera tahun yang lalu.

 “Kita pernah sukses menggelar kegiatan bersih-bersih pantai di seputaran Benteng Kedung Cowek. Untuk itu mari mengulang kesuksesan itu dengan sasaran yang berbeda. Bukan di Pantai namun di Sungai,” Kata salah satu peserta ngobrol sambil ngopi.

 Gayung pun bersambut. Erick dari komunitas Inavor dan Dhany dari Lembaga Manajemen Infaq menjadi pimpinan dalam kegiatan ini. Sementara yang lain, bersemangat membantu sesuai kapasitasnya. Mereka pun bersepakat bahwa kegiatan yang diberi nama “Aksi Resik Kali Suroboyo” harus sukses penuh kegembiraan agar dapat dijadikan kenangan yang tak terlupakan.

 Alhamdulillah, mulai persiapan sampai pelaksanaan aksi, pada hari sabtu dan minggu, tanggal 21 - 22 September 2024, semua berjalan lancar. Begitu juga koordinasi antar pihak, berlangsung penuh keakraban, tanpa ada upaya menggagalkan. Dengan penuh dedikasi dan loyalitas, masing-masing berkontribusi demi suksesnya aksi.

 Bahkan pihak TNI AL, tanpa diduga membantu menyediakan lahan parkir dan personil untuk ikut serta mengangkat harta karun yang ada di Kali Jati Srono. Begitu juga dengan kawan-kawan dari DLH sangat banyak membantu mengangkutnya ke tempat pembuangan, sehingga Sungai tampak bersih, terbebas dari sampah. Sementara BPBD dan lembaga lain juga mendukung dengan mengirimkan personil dan keperluan lain yang dibutuhkan dalam aksi.

 Ya, peserta aksi yang datang dari berbagai komunitas itu bukan hanya dari Kota Surabaya saja. Namun ada juga yang nekat datang dari daerah lain. Seperti Tuban, Blitar, Pasuruan, dan Malang, tanpa surat perintah perjalanan dinas (SPPD) alias bondho dewe-dewe. Namun demikian, tidak sedikit peserta yang tiba-tiba muntaber (mundur tanpa berita).

 Yang jelas, mereka tidak menyangka dalam aksinya akan menemukan berbagai harta karun yang mempercepat sedimentasi sungai. Belum lagi baunya yang semriwing.  Namun mereka tetap bersemangat beraksi penuh kegembiraan, sambil berswafoto mengabadikan pengalaman yang belum tentu ada lagi.

 Asma Qonita, salah seorang peserta aksi yang sempat berbincang dengan seorang ibu dan beberapa warga setempat, mengatakan mereka merasa tersentuh dengan aksi gabungan resik kali Surabaya yang dilakukan relawan tanpa bayaran, turun dari berbagai daerah untuk bersama membersihkan sampah sungai dengan penuh suka cita.

 Namun beliau juga sangat menyayangkan sikap oknum yang membuang sampah seenaknya. Termasuk kasur, sangkar burung, dan kandang ayam, ke sungai tanpa pikir panjang, bahwa kelakuannya itu jelas melawan hukum. Sayangnya regulasi yang ada itu sulit diterapkan, karena berbagai alasan.

 Penjelasan Ibu tadi diperkuat oleh Siti cholifah, seorang peserta yang ditempatkan di Kali Tebu Zona 1. Dia dengan tim nya juga menemukan harta karun berupa bantal, gombal, suwal, sandal, terpal, aneka plastik, ban bekas bahkan bak kamar mandi dan sofa.

 Sementara itu Sahra, yang beroperasi di Kali Jati Srono, bilang bahwa dirinya banyak menemukan sampah berupa pempres, softex, dan berbagai bentuk styrofoam. Bahkan diantara sampah itu juga muncul banyak belatung yang menjijikkan. Jumlah sampah yang terkumpul di Kali Jati Srono lebih dari dua truck yang disiapkan oleh Dinas Lingkungan Hidup. Begitu juga yang di Kali Tebu sampahnya terkumpul banyak.

 Yang jelas harta karun berupa aneka jenis sampah itu jika dibiarkan pasti akan memunculkan potensi banjir jika musim hujan. Tentu jika terjadi maka Pemerintah Kota akan bertambah kesibukannya. Untuk itulah perlu ada upaya mitigasi untuk pengurangan risiko bencana. Baik itu mitigasi struktural, maupun non struktural.

 Dari hasil sosialisasi rencana aksi dengan warga setempat, yang dilakukan sehari sebelumnya, ada satu kata kunci terkait dengan masalah sampah. yaitu kesadaran semua pihak  untuk menumbuhkan budaya bersih, budaya sehat dan sadar akan pelestarian lingkungan. Bagaimana cara menumbuhkannya ?.

 Inilah persoalan yang memerlukan proses berkelanjutan secara dialogis partisipatoris antar pihak untuk mencari solusi bersama. Karena masalah sampah itu ternyata terkait dengan masalah sosial ekonomi masyarakat sekitar bantaran Sungai. Apalagi sampah yang memenuhi Sungai itu bukan hanya milik warga setempat. Tapi juga kiriman dari daerah lain.

 Walaupun banyak pihak yang pesimis dengan kegiatan ini. Mereka bilang, paling minggu depan sungainya sudah dipenuhi sampah lagi. Ya tidak apa-apa. Begitulah nyatanya sebagai cermin lemahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap masalah sampah

 Perlu disadari bahwa kegiatan ini merupakan proses awal upaya penyadaran kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, dan itu tidak mudah. Apalagi jika tidak ada tindak lanjut yang signifikan.

 Paling tidak, sebagai bagian komunitas yang peduli lingkungan, kita telah mencoba berbuat untuk lingkungan dan memberi contoh nyata kepada warga bantaran sungai. Apapun hasilnya,” Kata salah seorang panitia yang malu disebutkan jati dirinya.

 Semoga kegiatan Aksi Resik Kali Suroboyo yang digagas oleh berbagai komunitas secara mandiri ini, menginspirasi Pemerintah Kota untuk menindak lanjuti dengan program kali bersih yang dibina secara keroyokan oleh berbagai pihak.

 Ini penting. Agar program tersebut tidak layu sebelum berkembang. Namun dapat lestari dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan dalam arti luas. Sehingga akan terbangun budaya sadar bencana dalam rangka menuju ketangguhan menghadapi bencana.

 Alfin, mewakili Jamaah LC, dalam postingannya di grup WhatsApp mengatakan, terimakasih banyak kami sampaikan kepada seluruh rekan-rekan yang terlibat dalam Aksi Resik Kali Suroboyo, serta para pihak yang men support kegiatan ini. Semoga bakti dan niat baik kita bisa bermanfaat dan membawa dampak positif bagi semuanya, serta menjadi amal baik yang dapat menyelamatkan kita kelak di akhirat.

 Masih kata pria yang masih betah menjomblo ini, atas nama Jamaah LC dan seluruh panitia pelaksana mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan dan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan ini, Semoga kita dalam keadaan sehat dan bahagia slalu, dan bisa berjumpa lagi dilain kegiatan dan kesempatan.. Aamiin

 Sementara itu, Muhammad Ansor. dari Relawan Ansarus Syariah  mengucapkan ribuan rasa terimakasih kepada seluruh peserta yang ikut aksi, atas kerjasamanya.  Semoga ke depan ada aksi-aksi lanjutan, sehingga kita dapat berkumpul lagi berpartisipasi dalam membersamai Ummat meraih kemulia'an

 Sedangkan Debora Maya, dari EcoNext Ventures, Sidoarjo, mengatakan, sungguh Luar biasa kalian semua, sudah mau berkotor-kotor turun ke sungai. Jujur saya salut dan kagum sekali.

 Sebagai orang baru, Dia juga bertanya, Mengapa kalian senang dengan kegiatan seperti ini ?. sebuah pertanyaan yang sulit dijawab. Sesungguhnyalah kawan-kawan ikut serta “bermain sampah” itu atas nama rasa peduli kepada lingkungan alam. Jika ada yang berkenan nyumbang sesuatu, wajib dengan susu tante (sumbangan sukarela tanpa tekanan)  

 Seandainya pertanyaannya dibalik, Mengapa kamu ikut kegiatan seperti ini ?. kira-kira apa ya jawaban dari pejabat EcoNext Ventures yang enerjik membuat dokumentasi saat giat Aksi Resik Kali kemarin ?.

 Salam Waras, semoga kita tetap sehat dan bersemangat untuk menikmati kerja-kerja kemanusiaan, sesuai panggilan hati dan rasa peduli kepada lingkungan dan sesama. Doakan Jamaah LC tetap istiqomah menginisiasi kegiatan kolaboratif untuk peningkatan wawasan dan kapasitas dengan jargon Dari kita, oleh kita, dan untuk kita. [eB/JumatPahing-27092024]




Selasa, 24 September 2024

SEPENGGAL KENANGAN MINGGU PAHING 24 SEPTEMBER 2024

 Malam ini, hari ke dua pasca Aksi Resik Kali Suroboyo, rasanya badan masih capek dan bayangan aneka jenis sampah masih lekat dengan baunya. Ada pempers, ada softext, ada tas kresek. Juga ada bantal, gombal, suwal, terpal dan lainnya. Saking banyaknya, dapat dipastikan tidak mungkin ditangani secara manual dan dalam tempo sehari.

 Sambil melihat postingan dan komentar di grup whatsapp, dapat dipastikan ada senyum tersungging mengamati tingkah polah mengevakuasi sampah yang berhasil diabadikan. Mungkin juga ada yang tidak sempat difoto atau kefoto karena kesibukannya yang lepas dari perhatian ‘paparazi’. Ya begitulah romantika kegiatan kolaborasi antar pihak.

 Sungguh, romantika Aksi Resik Kali Suroboyo kali ini sangat beragam dan indah untuk dikenang sebagai bahan pembelajaran giat kolaboratif selanjutnya. Seperti, saat rebutan roti dari BPBD Jawa Timur, saat antri minuman segar, saat menunggu nasi kotak, saat ngopi sambil melihat temannya bermain perahu karet berburu sampah. Juga saat berkumpul di basecamp yang banyak nyamuknya, dan saat cemas ketinggalan tas di basecamp LC dan sebagainya.

 Pasti semuanya, termasuk aktivitas di Kali Tebu Sidotopo Wetan dan Kali Jati Srono Wonokusumo, membawa kesan tersendiri, yang mungkin akan menjadi kenangan yang terindah di medio akhir tahun 2024.

 Kini, semua telah kembali ke aktivitas masing-masing. Tentunya sambil menunggu informasi tentang E-Sertifikat yang akan diinformasikan di grup whatsapp (mungkin juga sambil senyam senyum memandangi aneka foto dan membaca komentar yang diposting di grup),

 Dari berbagai pengalaman yang dialami masing-masing pribadi selama mengikuti aksi mengevakuasi sampah di kali, tentunya akan menarik jika kawan-kawan sudi menuliskan untuk kemudian nantinya dibukukan sebagai upaya mendokumentasikan kegiatan kolaboratif yang digagas di Basecamp LC dibawah komando Erick Inavor dan Dhani LMI.

 Tulisannya bebas, dalam bentuk cerita dengan menggunakan bahasa keseharian. Minimal 150 kata. Semua pasti bisa menulis. Karena, sesungguhnyalah tulisan itu adalah bentuk lain dari ‘omong-omongan’ yang di dokumentasikan dalam tulisan.

 Semoga kegiatan Aksi Resik Kali Suroboyo ini Bukan sebuah kegiatan yang hanya sekali kemudian mati. Namun ada kelanjutannya, entah siapa yang akan menjadi ‘promotornya’. itu semua bisa diatur dengan saling berkomunitasi dan berkoordinasi.

 Makanya, jika memungkinkan grup whatsapp Pasukan Aksi Resik Kali Suroboyo ini janganlah bubar. Mari jadikan grup ini sebagai media saling berkomunikasi, berbagi informasi dan menggagas kerja-kerja kemanusiaan secara kolaboratif. Salam Tangguh. [eBas/SelasaWage-24092024]   

 

 

 

 

 

   

Rabu, 18 September 2024

PERINGATAN BULAN PRB HANYA UNTUK ELIT BUKAN UNTUK KELASNYA MUKIDI.

 Sejak digaungkan rencana peringatan bulan pengurangan risiko bencana (PRB) di Provinsi yang dijuluki Serambi Mekah, Mukidi sudah pesimis tidak dapat hadir di lokasi, disebabkan tidak punya dana untuk transportasi dan akomodasi. Sebenarnya Mukidi pingin nebeng pesawat pribadi kayak tetangganya, tapi jelas tidak mungkin karena pesawatnya ke Amerika, bukan ke Aceh.

 Menyadari ketidak berdayaannya, Mukidi yang selalu ingin menambah wawasan, berusaha mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan acara di Aceh. Yaitu kegiatan webinar dalam rangka KN-PRBBK ke 16 yang diselenggarakan oleh berbagai pihak, sejak bulan juli 2024 secara daring (online) di beberapa region. Termasuk region jawa.

 Dari mengikuti beberapa webinar, Mukidi semakin bertambah koleksi materi webinar dan tentu saja piagam (biasanya panitia menyediakan dalam bentuk E-Sertifikat). Namun Mukidi tetap tidak paham tentang segala materi yang dijadikan tema webinar dengan mengundang para pakar.

 Ya, dimaklumi sajalah, Mukidi kan ‘Wong nDeso’ tidak berani melakukan pendekatan untuk mendapat kesempatan seperti mereka yang pandai menjilat yang berbuah jabatan dan kesempatan.

 Ya, itulah bodonya Mukidi yang tidak dapat beradaptasi di jaman uang penuh basa basi. Jaman yang konon orang salah dianggap benar dan yang benar wajib digampar. Benar dan salah apa kata suara terbanyak. Sikap Like and dislike pun didasarkan kedekatan relasi dan emosi, bukan nurani.

 Mengawali pagi, sambil minum kopi di warkop langganan, Mukidi membuka Whatsapp. Membaca satu satu postingan dari teman-temannya. Salah satunya adalah yang di forwarded mBah Darmo di grup FPRB Jatim Kuat 1, dimana anggotanya sejumlah 331 orang dari berbagai komunitas, namun hanya sebagian kecil yang aktif memposting dan berkomentar.

 Adapun yang di forwarded mBah Darmo adalah undangan untuk menghadiri peringatan bulan PRB tanggal 8 - 10 Oktober 2024 di Balai Meuseuraya Aceh (BMA), Kota Banda Aceh, dalam rangka mempromosikan budaya PRB.

 Dalam undangan itu disebutkan juga bahwa pembiayaan perjalanan dinas bulan PRB menggunakan anggaran masing-masing instansi dan untuk peserta dari BPBD se indonesia, agar mendaftar melalui microsite  melalui link, https://bit.ly/BulanPRBAceh2024, atau pindai Barcode.

 Sambil menggigit pelan rondo royal kesukaannya, Mukidi bergumam, jelas yang dapat memenuhi undangan itu hanyalah mereka yang punya anggaran. Memang perhelatan itu hanya untuk konsumsi mereka, untuk para elit bukan untuk kelasnya Mukidi yang sama sekali tidak diperhitungkan.

 Namun panitia masih berbaik hati, untuk memfasilitasi kaum rentan seperti Mukidi, disediakan media online. Diantaranya seperti webinar, zoom meeting, Instagram, dan youtube. Ya melalui media inilah orang sekelas Mukidi mendapat pencerahan terhadap isu-isu baru tentang kebencanaan. Termasuk diksi akan datangnya gempa megathrust yang tinggal menunggu waktu.

 Walaupun tidak mungkin, Mukidi masih berharap keajaiban dari Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang, agar dapat nebeng pesawat ke Banda Aceh untuk menikmati indah dan rancaknya tari saman dan Kuburan Massal Korban Tsunami.

 Namun Mukidi tahu diri bahwa Tuhan tidak merestui. Untuk itulah dia hanya berharap agar pelaksanaan peringatan bulan PRB tahun 2024 di Aceh ini dapat diselenggarakan dengan baik dan benar sesuai anggaran yang dikucurkan pemerintah.

 Janganlah sampai terjadi ‘masalah konsumsi’ seperti dalam penyelenggaraan PON XXI di Aceh dan Sumatera Utara. Dengan dalih apapun itu sungguh memalukan. Bukti panitia kurang siap dan tidak tanggap bencana (kelaparan dan kekecewaan), yang tentu saja akan menjadi kenangan menyebalkan bagi atlit yang menjadi korban. [eBas/KamisWage-19092024]

 

 

 

 

 

Minggu, 01 September 2024

POSTINGAN CERDAS ITU MENARIK UNTUK PEMBELAJARAN

 Sebenarnya saya malas membaca postingan dan komentar di grup whatsapp, yang sering kali hanya pamer foto bersama pejabat, komentar basa basi yang slengek’an dan perang gambar, perang dalil dan kata-kata bijak lainnya, yang semuanya berbasis copy paste dan forward, yang tidak mencerdaskan.

 Namun ternyata di awal bulan September ini, aneka komentar cerdas dan menggelitik muncul bersahutan di grup whatsapp PRBBK Indonesia. Sebuah pertukaran komentar yang sangat menginspirasi untuk dijadikan bahan diskusi sambil ngopi.

 Entah bagaimana awal mulanya, yang jelas postingan Bambang wong Pacitan, tentang pengenalan SPAB di sekolah, sangat menarik untuk dibaca. Dia bilang, Jika  mau, simulasi sebenarnya tidak butuh biaya. Misal, Pada awal tahun pelajaran (misal di MPLS) , ajak anak-anak melakukan pemetaan sekolahnya dengan metode School Watching, ajak anak membuat denah sekolah, buat tanda dimana tempat" yang berbahaya disekolahnya, potensi bencananya apa, buat jalur evakuasi mandiri. Buat diskusi hasil kegiatan ini dengan menghasilkan SOP. Setelah itu, hasil school watching ini disimulasikan bersama.

 “Ini saya lakukan tiap awal tahun dan tidak perlu biaya sama sekali,” Kata Bambang yang berprofesi sebagai pengajar.

 Pria yang aktif di MDMC, juga bilang bahwa untuk membuat kegiatan SPAB ini dalam kegiatan P5 dalam tema Gaya Hidup Berkelanjutan di akhir semester 1, untuk kembali mengevaluasi SOP yang kita buat bersama anak pada waktu awal tahun.

 Jika memang sekolah membutuhkan dana untuk SPAB, bisa didanai lewat BOS melalui kegiatan P5 ini (Misal, untuk pembuatan tanda tanda jalur evakuasi dll),” Katanya tanpa menyebut apa itu kepanjangan dari P5.

 Masih kata Bambang, sebenarnya guru bisa menyelipkan materi SPAB (pengetahuan kebencanaan) di beberapa pelajaran, misal bahasa Inggris/Indonesia, melalui teks prosedur. IPA, IPS, Agama, Olahraga dll. Tinggal berani tidak si guru menyelipkannya.

 Dikatakan pula, mindset yang ada saat ini, guru dan sekolah menganggap SPAB itu identik dengan SIMULASI, padahal SPAB tidak melulu harus simulasi (apalagi besar besaran yang melibatkan orang di luar sekolah).

 Implememtasi SPAB bisa dilakukan dengan memasukkan materi" kebencanaan di kegiatan kokurikuler, intra dan ekstra kurikuler, bisa pula dengan pemetaan kawasan rawan disekolah (memetakan bangunan mana disekolah yang rawan) dll.

 Apa yang dikatakan Bambang ini sangat bagus sekali jika pihak sekolah “berani” mengikuti nasehat Bambang. Masalahnya, masih banyak sekolah yang lebih menunggu arahan dan kebijakan atasan daripada nuruti gagasannya seorang Bambang yang bukan pejabat.

 Kemudian muncul komentar Natalia Tehuajo, yang bercerita pengalamannya. Dia bilang, Setelah tugas dari Bima, pindah ke Larantuka. Disana, Dia minta slot 1 sekolah di desa dampingan untuk membentuk Duta anak siaga Bencana. Salah satunya malah di kirim ke Jakarta untuk presentasi di arena acara bulan PRB tahun 2012/2013. 

 Dia presentasi bersama anak utusan dari Lombok. Mereka berbagi cerita di panggung bulan PRB tentang apa yang mereka lakukan sebagai Duta Anak,” Kata wanita asal Ambon ini.

 Wanita enerjik ini juga cerita saat Dia bersama LP2DER membantu BPBD Kota Bima, membentuk team Pelatih anak (Tutor Sebaya) untuk tingkat SD, SMP, dan SMA. Salah satu materinya adalah  jurnalistik dan foto grafer, dengan menggandeng nara sumber lokal.

 “Mereka berlatih ambil gambar tentang titik rawan/potensi rawan bencana, kemudian menarasikan dan di publish di media Lokal Kota Bima, untuk advokasi,” Katanya.

 Natalia, yang pernah aktif di Save the Children,  menambahkan, dulu, tahun 2010-2011, Dia mengupayakan program DRR/PRB dalam bidang pendidikan, melatih guru-guru agar dapat menciptakan silabus ajar bermuatan PRB dan berbasis kearifan lokal.

 Cerita panjang dari perempuan yang aktif berorganisasi ini, disambung dengan komentarnya Adilla, dari Sidrap, Provinsi Sulawesi Selatan. Dia bilang secara rutin melaksanakan kegiatan MPLS untuk mitigasi kebencanaan, dengan melibatkan BPBD Sidrap, melakukan edukasi kebencanaan untuk SPAB partisipatif.

 Sungguh, postingan hari ini sangat berarti untuk menambah wawasan, bukan komentar kacangan yang tidak sesuai latar belakang pendidikan. Bahkan “Nona Ambon” ini juga mengingatkan bahwa kerja relawan itu tidak mudah. Butuh prinsip, tekad, dan benar-benar tulus dari hati. Karena, Kerja relawan itu harus rela berkorban, dan perlu memperluas jejaring kemitraan.

 Dia juga memberi contoh bagaimana membuat silabus untuk sebuah kegiatan. Misalnya kegiatan tentang "Kesiapan Siagaan Menghadapi Megatrusth" yang katanya tinggal menunggu waktu.

 Maka harus ditentukan langkahnya. Seperti menjelaskan Apa itu Megatrusth dan Apa itu Gempa. Kemudian menjelaskan penyebab dan dampak yang menyertainya. Terus Apa yang harus dilakukan menghadapi Megatrusth.

 Setelah itu diadakan diskusi interaktif untuk membuat kesepakatan bersama tentang apa saja yang harus dilakukan jika terjadi megathrust. Seperti penentuan titik kumpul, menyiapkan tas siaga, apa yang harus dilakukan dan siapa saja yang harus dihubungi

 “Silahkan dikembangkan sendiri sesuai kearifan lokal, yang tentunya dimasing-masing daerah akan berlainan,” Pungkasnya. Sebuah postingan dan komentar cerdas seperti inilah yang seharusnya berseliweran di grup whatsapp. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/SeninPahing-02092024]

 

WAKTUNYA MENUNGGU MEGATHRUST DENGAN CERIA

 Hari ini, minggu legi (01/09/2024), Vina Panduwinata, si pelantun lagu september ceria, mengingatkan agar kita menyambut bulan September dengan penuh ceria.  Dalam salah satu baitnya, si Burung camar mengatakan, “Kasih, kau singkap tirai kabut di hatiku//kau isi harapan baru untuk menyongsong harapan bersama//september ceria milik kita bersama”.

 Sayangnya, di penghujung bulan September terjadi “Ontran-ontran nasional” gegara partai komunis indonesia melakukan kudeta berdarah yang membunuh para pahlawan revolusi, sehingga menyulut amarah rakyat untuk membalas dengan melakukan pembantaian dimana-mana.

 Ah, tidak usah dibahas, itu hanya sejarah hitam bangsa Indonesia. Kini, diawal bulan September, ketika masyarakat yang bediam di pesisir selatan pulau Jawa dan Sumatera dihimbau untuk menyambut datangnya megathrust yang tinggal menunggu waktu, Mungkin salah satu lirik september ceria bisa diplesetkan menjadi, “di pucuk kemarau panjang yang bersinar menyakitkan, tinggal menunggu waktu kau datang menghantar berjuta derita”.

 Ya, mau tidak mau masyarakat yang berdomisili di daerah yang berpotensi megathrust harus siap menghadapinya sesuai informasi yang diterima. kemuidian siap mengantisipasi, siap memproteksi, siap beradaptasi, dan meningkatkan kapasitas agar memiliki daya lenting pasca megathrust.

 BNPB pun tidak tinggal diam. Menghadapi situasi kegawat daruratan, yang tinggal menunggu waktu, keluarlah surat bernomor B-399/BNPB/D-II/BOP.03.02/08/2024, tanggal 23 Agustus 2024, tentang langkah-langkah kesiapsiagaan zona megathrust.

Isi surat tersebut diantaranya adalah tentang perlunya upaya kesiapsiagaan dalam bentuk mitigasi struktural, maupun non struktural, seperti membangun kapasitas masyarakat dalam melakukan aksi dini untuk selamat jika terjadi gempa dan tsunami. Termasuk juga mengecek kesiapan alat peringatan dini, Tempat Evakuasi Sementara dan Tempat Evakuasi Akhir, Papan informasi, serta keberadaan rambu-rambu dan jalur evakuasi.

 Kemudian yang lebih penting lagi, dan harus disambut dengan ceria (penuh harap), adalah BNPB menghimbau diadakannya edukasi, sosialisasi dan literasi kepada masyarakat sebagai upaya oeningkatan pengetahuan dan pemahaman terhadap risiko gempa dan tsunami. Termasuk meningkatkan koordinasi antar pihak.

 Sungguh, masyarakat harus bersiap diri (penuh harap) dengan ceria menerima edukasi, sosialisasi dan peningkatan literasi kebencanaan yang akan dilakukan oleh BPBD, atau pihak yang ditunjuk. Kira-kira bentuknya model “Hit and Run” atau model pendampingan yang manusiawi ?. Just wait and see.

 Ya, kira-kira kapan surat edaran dari BNPB tertanggal 23 Agustus 2024 itu ditindak lanjuti dalam bentuk penyuluhan atau pelatihan, agar masyarakat di daerah pesisir dapat bersiap diri dengan ceria menyambut datangnya megathrust yang tinggal menunggu waktu.

 Semoga saja himbauan BNPB itu juga disertai dengan anggaran pendukungnya, agar para pihak yang akan terlibat dalam sosialisasi, edukasi dan literasi bersemangat melakukannya (bahkan rebutan untuk dilibatkan). [eBas/ndleming minggu sore durung ngopi]