Kemarin hari rabu (11/06/2025) saya ketemu Pak Yanu, Kabid PK BPBD Kota Surabaya, saat acara pembukaan sosialisasi dan pembentukan kelurahan tangguh bencana di halaman kantor Kelurahan Tambak Sarioso, Kecamatan Asemrowo, Kota Surabaya. Disana saya juga ketemu ibu Lilik dari BPBD Kota Surabaya dan Ning Cantik Nur Layla, staf PK BPBD Provinsi Jawa Timur.
Sambil ngobrol, saya dapat info dari Pak Yanu, bahwa Kepala BPBD Kota Surabaya telah berganti. Begitu juga dengan Sekretaris BPBD. Beliau juga mengabarkan bahwa Pak Widyo dan Pak Heri juga sudah tidak berkantor di BPBD karena telah resmi memegang SK Pensiun.
“Pak, kira-kira kapan BPBD mengundang perwakilan komunitas relawan yang ada di Surabaya untuk bersilaturahmi dengan pejabat BPBD yang baru,” Kata saya sambil nikmati lemper ayam mini.
Tidak ada salahnya jika silaturahmi itu dimaknai sebagai upaya menjaga komunikasi dan sinergi antara instansi pemerintah (dalam hal ini BPBD) dengan komunitas relawan sosial kemanusiaan yang ada di Surabaya untuk mewujudkan budaya tangguh bencana seperti yang sering didengungkan di dalam kegiatan kebencanaan. Salah satunya lewat kegiatan sosialisasi dan pembentukan kelurahan tangguh bencana ini.
Ya, Komunikasi adalah kunci menjaga hubungan yang harmonis dan membangun kesepahaman dengan seluruh pihak terkait agar tidak ada dusta di antara pihak.
“Monggo mas, kapan diagendakan, silahkan langsung menghubungi beliaunya,” Kata Pak Yanu.
Alhamdulillah Pak Yanu telah memberi tanda bahwa pejabat baru di Lingkungan BPBD Kota Surabaya siap menerima ‘audiensi’ dengan komunitas relawan, dalam rangka mempererat tali silaturahmi, serta berbagi informasi. Harapannya akan terbangun kolaborasi antar pihak dalam upaya pengurangan risiko bencana di Kota Surabaya.
Masalahnya kemudian, ketika relawan sendiri yang harus menghubungi langsung kepada pejabat baru untuk bertemu, biasanya dijawab, silahkan menunggu, sedang dikonsultasikan dulu. Begitulah pengalaman beberapa tahun yang lalu ketika relawan berkirim surat untuk permintaan ‘uadiensi’ namun sampai saat ini tidak terrealisasi.
Artinya, diperlukan seseorang yang punya wibawa dan kharisma untuk bersedia menjadi ‘katalisator’ untuk terjadinya acara kenalan dengan pejabat baru. Entah itu berwujud sarasehan, diskusi, lokalatih dan lainnya sambil nyruput kopi hitam panas rodok pahit, namun tidak sepahit kehidupan ini.
Pertanyaannya kemudian, siapakah sosok yang berwibawa dan berkharisma itu ?. karena tanpa kehadirannya mustahil terjadi silaturahmi antara pejabat baru dengan komunitas relawan yang ada di Surabaya.
Hari selasa (17/06/2025) siang, di Masjid Al-Anshor Kelurahan Tambak Sarioso, saya bertemu lagi dengan Pak Yanu, menyaksikan simulasi evakuasi korban bencana, dalam rangka penutupan acara sosialisasi dan pembentukan kelurahan tanguh bencana. Dalam acara penutupan itu juga dikukuhkan pengurus Forum PRB tingkat Kelurahan. Selamat bekerja Bapak dan Ibu Pejabat baru, semoga sukses. [eBas/Rabu-18062025]

yang jelas jika inisiatif pertemuan antar pejabat dengan komunitas itu datangnya dari relawan dapat dipastikan kurang diperhatikan dikarenakan pejabatnya tidak tahu keberadaan komunitas relawan yg ada di wilayahnya.
BalasHapusnamun jika yg berinisiatif ngajak pertemuan itu pejabat maka dapat dipastikan akan berjalan.
untuk itu perlu ada komunikasi awal dalam rangka membangun kesepahaman agar tidak terjadi praduga yang berlebihan
Sulit di lakukan karena semua pihak hanya menunggu saja
BalasHapus