Konon,
prasasti sebagai salah satu peninggalan sejarah masa lalu banyak menyimpan
pesan tertentu. Prasasti yang sengaja dibuat pada jaman kerajaan tertentu,
merupakan upaya mendokumentasikan suatu peristiwa agar bisa dikenang dan
dipelajari oleh ‘generasi’
berikutnya. untuk ditiru dan disempurnakan sesuai jamannya.
Wikipedia mengatakan bahwa Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis
pada bahan yang keras dan tahan lama. Disamping prasasti ada pula yang
berbentuk naskah yang ditulis di daun lontar, kayu, dan kulit hewan.
Dalam
berbagai kajian sejarah, dikatakan prasasti merupakan sumber terpenting karena
mampu memberikan kronologis suatu peristiwa. Selain mengandung unsur
penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama dan alasan mengapa prasasti
tersebut dikeluarkan.
Dengan
kata lain, keberadaan prasasti itu
sebagai penanda bahwa di suatu daerah pernah terjadinya suatu peristiwa dan
tanda sebagai pernah berkuasanya sosok seorang raja atau penguasa.
Disamping prasasti, banyak juga pesan dalam bentuk simbul yang
dituliskan di gerabah, perhiasan, arca maupun di dinding candi dalam bentuk
gambar. Pesan pesan yang tersembunyi inilah oleh para ‘pemerhati kepurbakalaan’ dijadikan bahan kajian untuk menguak
kebesaran sejarah masa lalu.
Beberapa komunitas sedang mencoba mengalih bahasakan
peninggalan sejarah itu dengan terlebih dulu mempelajari bahasanya. Mereka mencoba
membaca sebuah naskah/prasasti dengan cara mengartikan perkata/perhuruf
terlebih dulu, baru dirankai dan ditafsirkan. Tentunya dengan ditambah
informasi dari berbagai sumber pendukung lain yang ditemukan. Karena, sesungguhnyalah
perkembangan bahasa, khususnya bentuk
huruf jawa kuna itu selalu mengalami perubahan dari abad ke abad, sesuai
perkembangan peradaban sebuah bangsa (sistem pemerintahannya).
Andai anggota komunitas itu berhasil ‘membaca’ pesan peninggalan peradaban masa lalu, maka akan banyak
informasi yang akan terkuak. Entah itu terkait dengan ilmu bangunan, berbagai kesenian,
ritual keagamaan, kuliner, sistem perdagangan, sistem pendidikan, sistem pemerintahan, penyebab
terjadinya perang, terbentuknya sebuah perdikan/kadipaten, lahirnya tokoh,
wafatnya raja, peristiwa gunung meletus, gempa, banjir, dan informasi lainnya,
yang sangat berguna menambah wawasan.
Sayangnya, banyak peninggalan masa lalu yang kurang terurus
sehingga banyak yang berpindah tangan, menjadi barang antik yang diperdagangkan
dan menjadi koleksi perorangan, bahkan tidak sedikit yang dibawa ke negeri
seberang, dijadikan bahan penelitian. Sementara disini masih dianggap sekedar ‘klangenan’ oleh mereka yang mempunyai
kepedulian akan sejarah masa lalu. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/minggu pon,
4/11]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar