Senin, 01 Juni 2015

IABI Menuju Kemandirian Teknologi Kebencanaan



“Anggota IABI harus dapat berperan melalui tulisan, baik yang dimuat dalam media massa, termasuk jurnal ilmiah maupun karya ilmiah hasil penelitian dan kajian yang bisa digunakan oleh pemerintah sebagai bahan penyusunan  kebijakan dalam hal penanggulangan bencana,” Kata Syamsul maarif, kepala bdan nasional penanggulangan bencana (BNPB), saat berbincang santai dengan beberapa akademisi dan praktisi penanggulangan bencana di Hotel Melia, Jogjakarta, senin (25/5) malam.

Ikatan ahli kebencanaan Indonesia (IABI) sebagai wadah bagi akademisi, praktisi, perekayasa dan para pemerhati kebencanaan, untuk saling berbagi pengalaman, tukar informasi dalam rangka mengembangkan industri dan teknologi yang bisa mendukung proses penanggulangan bencana.

Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Sudibyakto, Ketua IABI saat wawancara dengan wartawan media nasional, bahwa Indonesia yang memiliki tingkat kerawanan yang tinggi karena berbagai bencana, harusnya bisa memproduksi sendiri sarana dan prasarana untuk menangani bencana, sehingga tidak selalu menggantungkan kepada bangsa lain untuk memenuhinya.

Dengan demikian perlu ada sinergi antara peneliti, perekayasa dan akademisi serta lembaga riset, pelaku usaha dan pemerintah untuk membuat kajian dan prototipe mengenai sarana prasarana yang dapat mendukung saat melakukan operasi tanggap bencana di berbagai daerah sesuai kondisi geografis Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Syamsul maarif, yang juga seorang dosen sosiologi di fisip Universitas Negeri Jember ini, mengatakan bahwa idealnya Indonesia mampu mengembangkan teknologi dan industri kebencanaan secara mandiri, baik berupa peralatan deteksi dini dari berbagai bencana, maupun berbagai peralatan dan perlengkapan kedaruratan lain yang selama ini masih harus dibeli dari luar negeri.

Sebenarnya, produk-produk perlengkapan yang mendukung kegiatan penanggulangan bencana itu sudah banyak dihasilkan oleh orang Indonesia sendiri, masalahnya hanya terbentur pada harga dan lemahnya promosi, sementara produk luar negeri sangat gencar dalam promosi dan kemasan yang menarik, jumlah, jenis dan harganya pun berani bersaing.

“Beberapa kelompok relawan sudah ada yang mencoba mengenbangkan produksi peralatan yang ada hubungannya dengan kebencanaan, mutunya pun lumayan, namun, karena keterbatasan modal, maka ketika ada pesanan dalam jumlah banyak mereka kesulitan memenuhinya. Untuk itu kiranya perlu ada perhatian dan pembinaan dari pemerintah agar industri dan teknologi peralatan kebencanaan yang direkayasa oleh tenaga dalam negeri bisa berkembang,” Kata Yuli, seorang relawan senior, memberi masukan.

Artinya, BNPB sebagai pengguna utama, secara berkala membuat acara gelar pameran peralatan pendukung penanggulangan bencana yang diproduksi di dalam negeri seperti yang diselenggarakan di kampus UGM berbarengan dengan acaranya IABI.

Acara ini sekaligus dijadikan media pamer prototipe hasil kajian dari para peneliti, perekayasa dan akademisi. Seperti alat deteksi dini, alarm gempa, alat serba guna untuk deteksi tanah longsor dan gas beracun dan sejenisnya. Sukur-sukur jika hasil temuan akademisi dan civitas kampus ini dilombakan sebagai upaya memotovasi tumbuhnya kajian-kajian dan penelitian yang menghasilkan teknologi tepat guna.

Ismanto, peserta pameran dari Semarang, mengatakan bahwa kegiatan ini sangat menarik dan perlu diagendakan secara rutin dengan menggandeng sponsor untuk melihat perkembangan teknologi pendukung penanggulangan bencana.

“Saya senang bisa berpartisipasi dalam kegiatan ini, banyak informasi yang saya dapatkan dari berbagai daerah terkait dengan upaya penanggulangan bencana dan metode sosialisasi pengurangan risiko bencana yang mengedepankan potensi lokal,” Katanya dengan penuh antusias.

Mungkin ke depan, masih kata pria berkaca mata ini, BNPB bisa membukukan hasil-hasil temuan teknologi tepat guna serta pengalaman-pengalaman penanggulangan bencana yang dilakukan oleh masing-masing komunitas dalam upaya menangani aneka bencana di berbagai daerah, sehingga bisa menjadi bahan reverensi bagi mereka yang membutuhkan.

Banyak harapan yang mengemuka dari acara pertemuan ilmiah tahunan riset kebencanaan yang tahun ini mengambil tema, membangun kemandirian industri dan teknologi  berbasis riset kebencanaan. Termasuk menggunakan produk-produk dalam negeri untuk melakukan operasi pra bencana, tanggap bencana maupun pasca bencana, sehingga industri dalam negeri yang bergerak dibidang sarana prasarana penunjang penanggilangan bencana bisa berkembang. [eBas]
   

1 komentar:

  1. wah sudah disiapkan seperti ini ya, semenja banyak datangnya bencana atau peristiwa anek ya...

    BalasHapus