Selamat datang kepada mahasiswa baru Universitas
Negeri Malang (d/h IKIP Malang), yang dengan kesadaran sendiri berminat
menggabungkan diri ke dalam Unit Kegiatan Mahasiswa yang bergerak dibidang
kepecinta alaman dan lingkungan hidup. Selamat datang di dunia lain, dunia yang
tidak biasa, khusus diperuntukkan buat mereka yang bernyali dan bermental
berani mencoba tantangan serta punya kesadaran akan pentingnya menjaga
kelestarian alam dan kritis terhadap perubahan lingkungannya, baik lokal,
regional, nasional maupun global..
Dalam tulisan yang dimuat di blognya, www.rahmatalkafi.com, Kafi mengatakan bahwa pencinta alam dalam arti bahasa adalah orang yang sangat
suka atau gemar akan alam. Dengan demikian Pencinta Alam dapat disebut sebagai
organisasi yang mencintai alam, melestarikan lingkungan, meneliti lingkungan,
menikmati lingkungan, belajar dari lingkungan, melakukan petualangan ke alam
bebas. Biasanya organisasi ini mempunyai anggota yang ulet, solid, loyal,
berdedikasi, kreatif serta cerdas dalam berpikir dan bereaksi terhadap masalah
pelestarian lingkungan.
Sementara,
mapala (mahasiswa pecinta alam) merupakan bagian dari unit kegiatan mahasiswa
yang ruang lingkupnya di universitas dan anggotanya khusus terdiri dari
mahasiswa dimana mapala itu berkedudukan.
Hal ini sejalan dengan apa
yang ditulis dalam https://mpajonggringsalaka.wordpress.com,
yaitu Sebagai bagian dari Tri Dharma pendidikan Universitas Negeri Malang, Jonggring
Salaka merupakan salah satu unit kegiatan yang berkecimpung dalam kegiatan
lingkungan, yang mempunyai dasar orientasi kegiatan alam bebas dan Konservasi
alam.
Dari tataran konsep pecinta alam,
jelaslah bahwa mapala Jonggring Salaka ingin berbagi pengalaman kepada
anggotanya demi tumbuhnya kesadaran membantu mensosialisasikan kepada
masyarakat dan teman sebayanya, akan pentingnya pelestarian alam melalui
kegiatan di alam bebas yang menjadi program organisasi, termasuk melalui Koran
kampus.
Ya, kalian nanti, pada waktunya akan
diperkenalkan kepada kegiatan di alam bebas beserta sarana prasarana
pendukungnya serta berbagai tehnik hidup darurat melawan keterbatasan saat
melakukan “pengembaraan” sesuai
aturan organisasi. Semua itu dalam rangka menggembleng mental, pengetahuan,
wawasan dan keterampilan yang telah diserap melalui berbagai pendidikana dan
pelatihan.
Selanjutnya, masalah pengembangan
kapasitas, sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing pribadi sesuai dengan
kreativitas dan potensi yang dimiliki. Kalian nanti pun akan dikenalkan dengan
Organisasi Jonggring Salaka beserta aturan main dan budaya yang berlaku yang
harus dijunjung tinggi dimanapun dan kapanpun, selama aktif maupun setelah
alumni. Misalnya, tetap menjalin tali silaturahim antar anggota melalui
berbagai media yang dimiliki.
Memang, anggapan awam yang sampai saat
ini masih berlaku dan sering terdengar sehingga bisa menghambat jalannya
kegiatan adalah, anggota mapala itu pemalas, jarang mandi, suka mabuk, kemproh,
seenaknya sendiri, bolosan, kurang pandai, tidak berprestasi, tidak suka
mengikuti kegiatan forum (seminar dan diskusi yang ada di kampus), slengek’an,
nyantai dan seabrek anggapan minor lain.
Walaupun anggapan tersebut tidak
semuanya salah, namun tidak sedikit anggota mapala yang pintar, sukses hidupnya,
berhasil menjadi pendidik (dosen, guru, dan guru ngaji), dengan gelar akademik
yang membanggakan, dan rata-rata alumni mapala itu ulet, kreatif dan cerdik
dalam mensiasati kehidupan. Hal ini dibuktikan bahwa alumni mapala Jonggring
Salaka, hidupnya mapan semua dengan segala pernak pernik nasibnya.
Artinya, kalian masuk bergabung di
dunia kepecinta alaman itu tidak ada ruginya. Karena, disitulah kalian bias
berlatih berorganisasi, belajar mengembangkan diri dan belajar cari duit secara
mandiri. Di Sekretariat Jonggring Salaka kalian berkesempatan mengembangkan
bakat, kreativitas dan hobi serta mengasah kepekaan sosial (yang terkait dengan
nilai-nilai kemanusiaan dan lingkungan alam). Semua itu akan berguna kelak bila
saatnya hidup bermasyarakat, membangun rumah tangga yang dapat melahirkan
generasi muda yang tangguh.
Banyak contoh pengetahuan dan
keterampilan yang berguna saat menghadapi permasalahan hidup bermasyarakat.
Banyak kisah dari berbagai lintas alumni yang diceritakan saat ‘Sambang Sekretariat’ melepas kangen dan
mengingat kenangan ama yang tak terlupa. Dimana, cerita yang disampaikan secara
guyonan (kadang sedikit sombong), jika kita bisa memilih dan memilah, banyak
wawasan yang bisa menginspirasi, membuka wawasan dan kesempatan untuk membangun
jejaring mengembangkan silaturahim. Tanpa dirasakan, cerita-cerita yang
mengalir tanpa skenario, sambil nyeruput kopi dan teh panas pun bisa menjadikan
kita semakin tahu dan paham akan pengalaman dan karakter sesama anggota dan
alumni.
Ada kata mutiara yang mengatakan bahwa
bangsa cerdas dan maju adalah yang menulis dan membaca. Untuk itulah, mungkin
ke depan, alangkah indahnya jika masing-masing angkatan dengan sebutannya yang
khas itu diwajibkan membuat ‘catatan’
yang berisi catatan perjalanan dalam melaksanakan program kerja kepengurusan
selama satu tahun. Catatan itu bias berbentuk narasi (artikel, dan kolom),
karya puisi, gambar, sketsa dan foto yang kemudian dibukukan.
Sehingga masing masing angkatan
mempunyai dokumentasi yang bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya sebagai
catatan sejarah bahwa kita pernah berkiprah bersama merajut cita citra dan
cinta dalam naungan panji-panji Jonggring Salaka. Ingat kata Cicero, filsuf
Prancis, yang mengatakan ‘Historia
magistra vitae, nuntia vetustatis’, yang artinya, sejarah adalah guru
kehidupan, pesan dari masa lalu. Masa lalu bisa diketahui jika ada
peninggalannya, baik berupa tulisan maupun dokumentasi lainnya. Sejalan dengan
itu, WS. Rendra, melalui konser Kantata Tawa, mengatakan bahwa ‘orang-orang harus dibangunkan dan Kenyataan
harus dikabarkan’.
Yakinlah, banyak alumni, khususnya yang
berprofesi sebagai pendidik, biasa menulis, sering menyusun karya tulis ilmiah, jago membuat
proposal, rutin membuat laporan dan sejenisnya, termasuk membuat cerpen, puisi dan sketsa, sehingga dapat dipastikan mau dan mampu jika dimintai untuk
mengajari bagaimana cara ‘menulis’. Tinggal bagaimana pengurus dan anggota aktif mengkomunikasikan
dengan para alumni yang memiliki kepakaran untuk berkenan berbagi ilmu sambil
jagongan nyruput kopi di depan sekretariat Jonggring Salaka yang teduh, asri
dan bersih.
Melalui tulisan sederhana ini mari kita
bersama mulai menuliskan sejarah tentang kiprah kita, tanpa pedulikan tata
bahasa serta gaya tuturan yang sederhana, sedikit ngawur. Tidak apa-apa tidak
sempurna, yang penting berani memulai menulis tentang kita, apapun hasilnya.
Karena sesungguhnyalah kalau bukan kita siapa yang peduli?. Selamat bergabung
di republik Jonggring Salaka, semoga barokah. Wallahu a’lam
bishowab.*[eBas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar