oleh edi basuki
“kami mengajak
teman-teman semua, baik pribadi maupun komunitas untuk turun bersih-bersih
sungai sepanjang Gladak kembar, Jember, pada hari sabtu, 12 september 2015,
mulai jam 06.30. meeting point di
sisi Gladak jalan Sumatra. Registrasi/pembagian masker, handscoen (disediakan). Silahkan cari tenda atau teman panitia
turun ke sungai. Perlengkapan pribadi; baju lapangan, alas kaki yang agak tebal
dan tidak licin. Ditunggu partisipasinya ya. Bagimu Negeri Mari Berbagi”.
Begitulah bunyi
postingan Reza di group Whatsapp Komunikasi Relawan, sebagai bentuk kepedulian
sekaligus ajakan untuk membersihkan lingkungan Gladak kembar dari sampah. Masih
kata Reza, kegiatan ini didukung oleh Grebeg Sedekah Komunitas Trail Dak
Tjakol, Warung Kopi Cak Wang, Coffe Toffe, Kedai Bee Juice, Nglembong
Adventure, Repri Outdoor Service, I-DERU, Yon Armed 8, KODIM 0824/JBR, POLRES
Jember, dan Pemkab jember.
Sungguh mulia mereka
yang mempunyai inisiatif menggulirkan acara ini. Jelas mereka mempunyai kemampuan
berkomunikasi yang hebat yang mampu menterjemahkan idenya kedalam bahasa
masyarakatnya sekaligus memobilisasi semua potensi yang ada untuk mensukseskan
kegiatan peduli sampah di seputaran Gladak kembar, Kota Jember. Mungkin inilah
salah satu peran komunitas sebagai ‘agent
of change’. bagi masyarakatnya. Wallahu a’lam.
Inisiatif dari masyarakat
inilah yang seharusnya mendapat apresiasi dari pemerintah setempat, sehingga
apa yang dilakukan itu benar-benar sebagai wujud rasa melu handarbeni, dalam
hal ini turut menjaga lingkungan alam secara mandiri. Disini, peran pemerintah
hanya memfasilitasi jika ada yang tidak bisa disediakan oleh komunitas. Misalnya
menyediakan kendaraan dan peralatan pendukung lain jika diperlukan dan tidak
dimiliki oleh komunitas.
Karena, sesungguhnyalah
tidak mudah menyatukan langkah dari aneka seragam dan bendera (ideologi dan
visi misi) masing-masing organisasi untuk membuat acara bersama, karena ego
sektoral yang melatarinya. Tapi nyatanya mereka, para relawan yang tergabung
dalam berbagai komunitas, bisa berbuat
bersama melibatkan semua komponen Kota Jember, dan sukses luar biasa, sehingga
layak untuk dilanjutkan kebersamaan ini, demi Kota Jember.
Jelas ada aktor hebat
yang bisa membangun kesadaran bersama, bahwa, jika lingkungan hidup (dalam hal
ini daerah seputaran Gladak kembar) kotor oleh aneka sampah, bisa menimbulkan
masalah. Seperti, pendangkalan sungai, tersumbatnya aliran sungai bedadung yang
bisa mengakibatkan banjir, menurunnya baku mutu air karena tercemar oleh limbah
rumah tangga maupun limbah isdustri. Yang jelas, jika sampah banyak berserak di
sungai bedadung, akan merusak pemandangan Kota Jember dan bau yang tidak sedap
sebagai sumber penyakit.
Hasil resik-resik
berjamaah itu tentulah terkumpulnya berkilo-kilo sampah yang dimasukkan ke
dalam tas kresek warna merah. Alangkah bijaknya jika sampah dipilah dulu, mana
yang bisa dijual untuk di daur ulang, mana yang bisa dimanfaatkan sebagai
pupuk, dan mana yang harus dimusnahkan (cara praktis memusnahkan sampah adalah
dibakar, namun tetap harus dijaga agar tidak terjadi kebakaran yang merugikan).
Mungkin, teman-teman relawan
yang tergabung dalam komunitas pemerhati lingkungan dan pekerja kemanusiaan yang
terlibat dalam perhelatan ini, bisa menindak lanjuti dengan menghijaukan
bantaran sungai bedadung, khususnya di daerah Gladak kembar, bekerjasama dengan
pihak pertamanan dan perhutani, agar tidak ditumbuhi gubuk hunian liar. Serta menanami
tumbuhan pelindung yang rindang dimana akarnya akan menyimpan air tanah
sekaligus berfungsi sebagai plengsengan.
Sungguh, upaya
membudayakan kebiasaan hidup bersih, dan hidup sehat kepada masyarakat bukanlah
pekerjaan mudah. Perlu waktu, perlu keteladanan dan pengulangan kegiatan yang
berulang-ulang. Termasuk para pejabatnya yang punya kuasa memainkan dana rutin,
hendaknya berkenan duduk bersama membuat regulasi sekaligus mencantumkan
anggarannya dalam APBD.
Yang terpenting lagi, jangan
sampai inisiatif murni dari komunitas masyarakat ini lantas ditunggangi oleh kepentingan
proyek, kepentingan politik maupun kepentingan pencitraan individu dengan
memanfaatkan mobilisasi masyarakat secara gratisan. Semoga kegiatan ini bukan
menjadi yang terakhir, namun ada kegiatan lanjutan sebagai upaya mempercantik
Kota Jember dengan berbagai tanaman produktif di berbagai sudut Kota. Semoga.
*[pemerhati masalah sosial dan lingkungan]
sampah memang telah menjadi masalah sendiri yg belum disadari oleh kita
BalasHapus