Sabtu, 12 September 2015

BERSIH-BERSIH GLADAK KEMBAR KOTA JEMBER



oleh edi basuki

“kami mengajak teman-teman semua, baik pribadi maupun komunitas untuk turun bersih-bersih sungai sepanjang Gladak kembar, Jember, pada hari sabtu, 12 september 2015, mulai jam 06.30. meeting point di sisi Gladak jalan Sumatra. Registrasi/pembagian masker, handscoen (disediakan). Silahkan cari tenda atau teman panitia turun ke sungai. Perlengkapan pribadi; baju lapangan, alas kaki yang agak tebal dan tidak licin. Ditunggu partisipasinya ya. Bagimu Negeri Mari Berbagi”.

Begitulah bunyi postingan Reza di group Whatsapp Komunikasi Relawan, sebagai bentuk kepedulian sekaligus ajakan untuk membersihkan lingkungan Gladak kembar dari sampah. Masih kata Reza, kegiatan ini didukung oleh Grebeg Sedekah Komunitas Trail Dak Tjakol, Warung Kopi Cak Wang, Coffe Toffe, Kedai Bee Juice, Nglembong Adventure, Repri Outdoor Service, I-DERU, Yon Armed 8, KODIM 0824/JBR, POLRES Jember, dan Pemkab jember.

Sungguh mulia mereka yang mempunyai inisiatif menggulirkan acara ini. Jelas mereka mempunyai kemampuan berkomunikasi yang hebat yang mampu menterjemahkan idenya kedalam bahasa masyarakatnya sekaligus memobilisasi semua potensi yang ada untuk mensukseskan kegiatan peduli sampah di seputaran Gladak kembar, Kota Jember. Mungkin inilah salah satu peran komunitas sebagai ‘agent of change’. bagi masyarakatnya. Wallahu a’lam.

Inisiatif dari masyarakat inilah yang seharusnya mendapat apresiasi dari pemerintah setempat, sehingga apa yang dilakukan itu benar-benar sebagai wujud rasa melu handarbeni, dalam hal ini turut menjaga lingkungan alam secara mandiri. Disini, peran pemerintah hanya memfasilitasi jika ada yang tidak bisa disediakan oleh komunitas. Misalnya menyediakan kendaraan dan peralatan pendukung lain jika diperlukan dan tidak dimiliki oleh komunitas.

Karena, sesungguhnyalah tidak mudah menyatukan langkah dari aneka seragam dan bendera (ideologi dan visi misi) masing-masing organisasi untuk membuat acara bersama, karena ego sektoral yang melatarinya. Tapi nyatanya mereka, para relawan yang tergabung dalam berbagai komunitas,  bisa berbuat bersama melibatkan semua komponen Kota Jember, dan sukses luar biasa, sehingga layak untuk dilanjutkan kebersamaan ini, demi Kota Jember.

Jelas ada aktor hebat yang bisa membangun kesadaran bersama, bahwa, jika lingkungan hidup (dalam hal ini daerah seputaran Gladak kembar) kotor oleh aneka sampah, bisa menimbulkan masalah. Seperti, pendangkalan sungai, tersumbatnya aliran sungai bedadung yang bisa mengakibatkan banjir, menurunnya baku mutu air karena tercemar oleh limbah rumah tangga maupun limbah isdustri. Yang jelas, jika sampah banyak berserak di sungai bedadung, akan merusak pemandangan Kota Jember dan bau yang tidak sedap sebagai sumber penyakit.

Hasil resik-resik berjamaah itu tentulah terkumpulnya berkilo-kilo sampah yang dimasukkan ke dalam tas kresek warna merah. Alangkah bijaknya jika sampah dipilah dulu, mana yang bisa dijual untuk di daur ulang, mana yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, dan mana yang harus dimusnahkan (cara praktis memusnahkan sampah adalah dibakar, namun tetap harus dijaga agar tidak terjadi kebakaran yang merugikan).

Mungkin, teman-teman relawan yang tergabung dalam komunitas pemerhati lingkungan dan pekerja kemanusiaan yang terlibat dalam perhelatan ini, bisa menindak lanjuti dengan menghijaukan bantaran sungai bedadung, khususnya di daerah Gladak kembar, bekerjasama dengan pihak pertamanan dan perhutani, agar tidak ditumbuhi gubuk hunian liar. Serta menanami tumbuhan pelindung yang rindang dimana akarnya akan menyimpan air tanah sekaligus berfungsi sebagai plengsengan.

Sungguh, upaya membudayakan kebiasaan hidup bersih, dan hidup sehat kepada masyarakat bukanlah pekerjaan mudah. Perlu waktu, perlu keteladanan dan pengulangan kegiatan yang berulang-ulang. Termasuk para pejabatnya yang punya kuasa memainkan dana rutin, hendaknya berkenan duduk bersama membuat regulasi sekaligus mencantumkan anggarannya dalam APBD.

Yang terpenting lagi, jangan sampai inisiatif murni dari komunitas masyarakat ini lantas ditunggangi oleh kepentingan proyek, kepentingan politik maupun kepentingan pencitraan individu dengan memanfaatkan mobilisasi masyarakat secara gratisan. Semoga kegiatan ini bukan menjadi yang terakhir, namun ada kegiatan lanjutan sebagai upaya mempercantik Kota Jember dengan berbagai tanaman produktif di berbagai sudut Kota. Semoga. *[pemerhati masalah sosial dan lingkungan]

1 komentar:

  1. sampah memang telah menjadi masalah sendiri yg belum disadari oleh kita

    BalasHapus