Minggu, 08 Mei 2016

WISATA ALAM GUNUNG BROMO, HARUSKAH DILESTARIKAN ?

Siapa yang tidak mengenal keindahan alami yang disajikan tempat wisata yang satu ini ?. Ya, Bromo merupakan gunung berapi aktif yang berada di kawasan Jawa Timur. Terletak di perbatasan kabupaten Lumajang, Malang, Pasuruan dan Probolinggo. Gunung yang mempunyai ketinggian 2392 m dpl memang layak dikunjungi sebagai destinasi wisata alam.

Bromo tidaklah sebesar gunung - gunung lain di Jawa Timur, seperti Semeru, Argopuro, Welirang, Arjuno Ijen dan Raung, tetapi pesonanya yang indah sudah terkenal kemana-mana sejak lama. Bromo termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ( TNBTS ) dan nama Gunung Bromo sendiri konon berasal dari kata Brahma yang merupakan salah satu dari Dewa dalam agama Hindu, yang banyak dianut oleh masyarakat Bromo, yang dikenal dengan nama suku Tengger keturunan dari kerajaan Majapahit.
Untuk menikmati pemandangan indah alami gunung Bromo, diantaranya melihat matahari terbit, yang bisa dinikmati di seputaran lokasi yang bernama Penanjakan. Sekarang, sudah ada beberapa paket untuk menikmati indahnya kawasan Bromo, yang dikelola oleh organisasi Jeep Toyota Land Cruiser (karena anggotanya terdiri dari pemilik/penggemar Jeep buatan Jepang yang gagah melegenda di Indonesia). Ada sekitan 700 kendaraan Jeep yang siap mengantar berpetualang mengobok obok kawasan indah Bromo, yang terkenal dengan upacara kasodonya.
Tujuan paket wisata itu diantaranya ke bukit cinta, bukit kingkong, bukit teletabis, padang savanna kawah Bromo, kawasan pasir berbisik, dan daerah lain yang bisa di negosiasikan dengan para pemilik Jeep dengan konsep ‘wani piro, podho penake podho senenge’.
Sungguh, keindahan panorama Bromo membawa berkah bagi masyarakat di sekitarnya. Potensi ekonomi berputar dengan berbagai jenis usaha. Disamping peternakan dan pertanian, kini ada usaha lain yang cukup menjanjikan, seperti jadi calo hotel, calo kendaraan carteran, tukang parkir, persewaan kendaraan garden ganda, tukang ojek, asongan dan pedagang bunga edelweiss, si bunga abadi, usaha penginapan, toko, warung dan usaha sektor informal lainnya. semuanya membawa kemakmuran warga setempat.
Mungkin yang perlu diperhatikan oleh masyarakat penerima manfaat langsung kekayaan alam Bromo (masyarakat Tengger), adalah masalah kebersihan lingkungan wisata dari sampah pembungkus makanan yang dibawa pengunjung, juga limbah pedagang maupun residu tai kuda yang bergelundungan dimana-mana, khususnya di hamparan lautan pasir menuju kawah Bromo, yang baunya semriwing ditiup angin gunung.
Di samping itu perlu juga para pemangku kuasa kawasan Bromo mengajak warganya melakukan mitigasi untuk mengurangi dampak bencana serta melestarikan lingkungan pegunungan tengger agar kawasan Bromo tetap lestari keindahan alamnya.
Sungguh, kini banyak lereng perbukitan yang digunduli diubah pemanfaatannya menjadi hamparan tanaman sayur mayur yang bernilai ekonomi. Kanan kiri jalan menuju Bromo pun sudah mulai jarang ditumbuhi tanaman keras. Dibiarkan gersang meranggas merusak alam lingkungan dan iklim, yang berpotensi memunculkan bencana kekeringan dan longsor. Konon, beberapa hewan liar khas hutan gunung Bromo telah sulit ditemukan dan didengar suaranya. Akankah nanti tinggal cerita penghantar tidur bagi anak cucu pewaris negeri ini?.
Tidak ada salahnya jika pemangku kuasa kawasan Bromo mendorong peran serta para pengojek motor, ojek kuda, komunitas Jeep serta pedagang yang mengais rejeki di situ untuk berperan serta dalam upaya pelestarian, perlindungan dan pemeliharaan lingkungan pegunungan Bromo, dengan menanami pepohonan khas gunung Bromo agar flora dan fauna yang menghuninya tidak punah.  
sehingga potensi wisata Bromo akan tetap bisa dinikmati oleh wisatawan, masyarakat Tengger. Pemda Probolinggo pun turut kecipratan rejeki dengan naiknya pendapatan pajak pariwisata untuk membangun daerah Probolinggo, termasuk infrastruktur yang mempermudah akses perputaran ekonomi daerah di seputaran gunung Bromo. Salam Lestari. [Kang eBas-8516]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar