Siapa yang tidak mengenal keindahan alami yang
disajikan tempat wisata yang satu ini ?. Ya, Bromo merupakan gunung berapi aktif
yang berada di kawasan Jawa Timur. Terletak di perbatasan kabupaten Lumajang,
Malang, Pasuruan dan Probolinggo. Gunung yang mempunyai ketinggian 2392 m dpl
memang layak dikunjungi sebagai destinasi wisata alam.
Bromo tidaklah
sebesar gunung - gunung lain di Jawa Timur, seperti Semeru, Argopuro, Welirang,
Arjuno Ijen dan Raung, tetapi pesonanya yang indah sudah terkenal kemana-mana
sejak lama. Bromo termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (
TNBTS ) dan nama Gunung Bromo sendiri konon berasal dari kata Brahma yang
merupakan salah satu dari Dewa dalam agama Hindu, yang banyak dianut oleh
masyarakat Bromo, yang dikenal dengan nama suku Tengger keturunan dari kerajaan
Majapahit.
Untuk
menikmati pemandangan indah alami gunung Bromo, diantaranya melihat matahari
terbit, yang bisa dinikmati di seputaran lokasi yang bernama Penanjakan. Sekarang,
sudah ada beberapa paket untuk menikmati indahnya kawasan Bromo, yang dikelola
oleh organisasi Jeep Toyota Land Cruiser (karena anggotanya terdiri dari
pemilik/penggemar Jeep buatan Jepang yang gagah melegenda di Indonesia). Ada sekitan
700 kendaraan Jeep yang siap mengantar berpetualang mengobok obok kawasan indah
Bromo, yang terkenal dengan upacara kasodonya.
Tujuan
paket wisata itu diantaranya ke bukit cinta, bukit kingkong, bukit teletabis, padang
savanna kawah Bromo, kawasan pasir berbisik, dan daerah lain yang bisa di
negosiasikan dengan para pemilik Jeep dengan konsep ‘wani piro, podho penake podho senenge’.
Sungguh,
keindahan panorama Bromo membawa berkah bagi masyarakat di sekitarnya. Potensi ekonomi
berputar dengan berbagai jenis usaha. Disamping peternakan dan pertanian, kini
ada usaha lain yang cukup menjanjikan, seperti jadi calo hotel, calo kendaraan
carteran, tukang parkir, persewaan kendaraan garden ganda, tukang ojek, asongan
dan pedagang bunga edelweiss, si bunga abadi, usaha penginapan, toko, warung
dan usaha sektor informal lainnya. semuanya membawa kemakmuran warga setempat.
Mungkin
yang perlu diperhatikan oleh masyarakat penerima manfaat langsung kekayaan alam
Bromo (masyarakat Tengger), adalah masalah kebersihan lingkungan wisata dari
sampah pembungkus makanan yang dibawa pengunjung, juga limbah pedagang maupun
residu tai kuda yang bergelundungan dimana-mana,
khususnya di hamparan lautan pasir menuju kawah Bromo, yang baunya semriwing ditiup angin gunung.
Di samping
itu perlu juga para pemangku kuasa kawasan Bromo mengajak warganya melakukan mitigasi untuk
mengurangi dampak bencana serta melestarikan lingkungan pegunungan tengger agar
kawasan Bromo tetap lestari keindahan alamnya.
Sungguh,
kini banyak lereng perbukitan yang digunduli diubah pemanfaatannya menjadi
hamparan tanaman sayur mayur yang bernilai ekonomi. Kanan kiri jalan menuju
Bromo pun sudah mulai jarang ditumbuhi tanaman keras. Dibiarkan gersang
meranggas merusak alam lingkungan dan iklim, yang berpotensi memunculkan bencana
kekeringan dan longsor. Konon, beberapa hewan liar khas hutan gunung Bromo
telah sulit ditemukan dan didengar suaranya. Akankah nanti tinggal cerita penghantar
tidur bagi anak cucu pewaris negeri ini?.
Tidak
ada salahnya jika pemangku kuasa kawasan Bromo mendorong peran serta para
pengojek motor, ojek kuda, komunitas Jeep serta pedagang yang mengais rejeki di
situ untuk berperan serta dalam upaya pelestarian, perlindungan dan
pemeliharaan lingkungan pegunungan Bromo, dengan menanami pepohonan khas gunung Bromo agar flora dan fauna yang menghuninya tidak
punah.
sehingga
potensi wisata Bromo akan tetap bisa dinikmati oleh wisatawan, masyarakat
Tengger. Pemda Probolinggo pun turut kecipratan rejeki dengan naiknya pendapatan pajak pariwisata
untuk membangun daerah Probolinggo, termasuk infrastruktur yang mempermudah akses perputaran ekonomi daerah di seputaran gunung Bromo. Salam Lestari. [Kang eBas-8516]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar