“Pak
sampiyan dikeluarin dari grup ya, kenapa?. Padahal setahu saya grup ini belum
resmi dibentuk tapi kok sudah main pecat ya,” Tanya seorang teman sambil
nyengir nyukurin.
“Gak
tau ya kenapa, dulu yang memasukkan saya ke grup juga mereka, dan kini wajar
jika mereka mengeluarkan saya karena diangap mengganggu stabilitas ketenangan grup,”
jawab saya sekenanya.
“Ya,
ternyata grup ini tidak demokratis, pro kemapanan, tidak suka dengan suara yang
berbeda. Padahal semua anggotanya adalah orang terdidik, para pembelajar dan
suka memberdayakan masyarakat melalui program pendidikan luar sekolah,” Kata
yang lain yang tidak dikeluarkan seperti saya karena tidak pernah berkomentar.
Ya,
grup WA dari alumni PLS lintas kampus dengan nama lucu dan nyeleneh ini
ternyata otoriter, tebang pilih
kepada yang bersuara nakal. Artinya tidak semua yang kritis ditendang
(istiahnya diistirahatkan dulu), apalagi jika yang bersuara kritis itu alumni
yang telah menjadi pejabat, pengusaha atau penguasa.
Grup WA
yang belum punya aturan (masih dalam tataran ide), belum pernah bersemuka
(katanya setelah umroh akan kopi darat, nyatanya…..pret, omong doang). Rekruitmen
anggotanya pun berbasis nomor hand phone,
langsung dimasukkan grup tanpa persetujuan. Sehingga keberadaannya di grup hanya
‘pupuk bawang’ diam tanpa suara,
hanya kasih jempol tanpa komentar yang menginspirasi. Itu tandanya, mereka mau
ikut karena sungkan dan rasa hormat kepada mantan dosennya.
Kalau tidak
salah, nawaitu membuat grup WA ini adalah gagasan pribadi yang mendapat respon
dari beberapa alumni untuk menjadikan WA sebagai media silaturahim, tukar
informasi membangun sinergi yang solid untuk menyatukan alumni agar PLS kuat
dan memiliki ‘Nilai Tawar’. Sehingga keberadaannya
diakui, dan semakin diterima dibanyak lapangan pekerjaan, baik negeri maupun
non negeri.
Untuk menguatkan
wacana PLS yang semakin bermutu dan diakui keberadaannya, maka diperlukan
postingan dan komentar yang positif, konstruktif dan solutif dari alumninya
yang beragam tingkat intelektualitasnya, pekerjaannya, jabatannya, posisinya,
dan peran sosialnya di kantor, di kampus, pun di kampung.
Dari beragam
kepala itu tentunya aneka gagasan/ide meluncur deras dan bebas tanpa batas. Ada
yang normatif, ada yang standar akademisi, ada yang kritis tapi konyol, karena
asal komen, ada yang bermain dengan teori, ada yang berfatwa dan berharap, dan
suara sumbang lainnya, termasuk posting gambar yang penuh arti.
Maka perang
komentar menjual gagasan/ide pun bersahutan semakin tajam, dan saling
menyudutkan. Sementara yang terpaksa menjadi anggota, hanya diam kayak sapi
tolol, hanya mengamati aneka komen yang menguntungkan bagi kepentingannya. Untuk
kemudian pasang tanda jempol sebagai pengganti lisannya yang takut bersuara.
Dikarenakan
perkembangan komennya yang semakin segar dan liar, membuat penggagas WA
khawatir semua orang penting (yang punya kuasa, jabatan dan uang) akan lari
keluar dari grup. Padahal mereka (bersama sapi tolol) adalah asset potensial
yang bisa disambati untuk mendukung kepentingan grup. Misalnya, diajak patungan
membeli tanah untuk yayasan alumni, tarikan sukarela untuk santunan warga binaan,
sumbangan untuk mengadakan acara hebat utuk sahabat, dan ajakan sejenis lainnya
yang dibungkus demi kebersamaan alumni, demi kemaslahatan alumni, demi
keberkahan hidup alumni, demi alumni mati masuk surga dan demi demi lainnya.
Untuk itulah
mereka bertindak cerdas dan tegas, membuang pemilik suara sumbang yang membikin
onar tatanan grup WA (padahal belum punya aturan yang mengikat anggotanya,
seperti AD/ART), sehingga semua aturan disesuaikan dengan seleranya sendiri,
dan subjektif sekali.
Tindakan
ini pun bisa jadi sebagai warning bagi anggota yang lain agar tidak nakal,
harus menjunjung tinggi keseragaman, tidak boleh ada suara berbeda dengan
senior. Selamat berorganisasi wahai para alumni pendidikan luar sekolah, semoga
amanah dan tidak ada dusta diantara anggota. [Kang Ebas]
Selamat berorganisasi atau selamat berarogansi???
BalasHapus😃😀
Selamat berorganisasi atau selamat berarogansi???
BalasHapus😃😀
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusYa kita harus introfeksi juga mas ebas sudah sukses blum
Hapusalumni pls sulit dibentuk karena tdk dikondisikan sejak mahasiswa baru memasuki jurusan pls. jadinya ketika dicoba wadahi dlm satu ikatan maka yg aktif dan berani juncul hanyalah mereka alumni yg sukses jadi pejabat pedagang pengusaha dan sudah kaya, sementara yg masih belum kaya ya sungkan ......
BalasHapus