Sabtu, 17 Maret 2018

PEGIAT LINGKUNGAN DAN PECINTA ALAM DALAM PRBBK


       Kawan-kawan pegiat lingkungan dan pecinta alam, selalu punya cara sendiri yang kreatif dalam upaya mengingatkan masyarakat akan pentingnya pelestarian alam (flora dan fauna). Misalnya, peringatan Hari Air Sedunia. Sebagai upaya mengingatkan bahaya krisis air jika sumber mata air dibiarkan hilang karena tidak dijaga kelestariannya.

         Begitu juga halnya kegiatan peringatan Hari Hutan Internasional yang diselenggarakan oleh R-KomPAS (Rumah Komunitas Pecinta Alam Senusantara). Pasti pesan yang disampaikan adalah ajakan melakukan konservasi, dan melestarikan hutan untuk menjaga keanekaragaman hayati sebagai penopang kehidupan.

Dalam peringatan ini, kawan-kawan secara kreatif mengemas program kampanye penyadaran dalam berbagai bentuk. Seperti gerakan pembersihan sungai dari sampah, penanaman pohon, gerakan mangrovisasi, penghijauan lereng gunung dan hutan akibat nafsu pembalakan yang brutal, serta bakti sosial dan kegiatan lain yang misinya menegur sekaligus menghibur.

Dalam khasanah penanggulanagan bencana, seperti yang penulis baca dan sering mendengar paparan diskusi selama ini, apa yang dilakukan oleh mereka yang mengatasnamakan pegiat lingkungan dan pecinta alam, itu sejalan dengan semangat PRBBK (pengurangan risiko bencana berbasis komunitas).

Secara umum PRBBK bertujuan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana mengenal potensi-potensi bencana yang ada disekitarnya, bagaimana masyarakat memetakan wilayah-wilayah yang rawan bencana di lingkungannya, serta bagaimana tindakan preventif yang harus dilakukan masyarakat sebagai tindakan pencegahan dan mitigasi bencana.

Program PRBBK ini dilaksanakan dengan dasar pemahaman bahwa masyarakat yang tinggal didaerah rawan bencana adalah yang paling pertama berhadapan dengan bencana yang apabila tidak dibekali dengan informasi dan pengetahuan tentang bencana maka akan memiliki tingkat kerentanan yang besar dan ketahanan masyarakat terhadap bencana akan sangat rendah.

Dengan demikian, bolehlah dikatakan bahwa PRBBK itu upaya membangun kapasitas untuk menggerakkan sumber daya komunitas dalam mengelola risiko bencana tanpa harus menunggu bantuan dari luar.

Termasuk mendorong komunitas melakukan kegiatan-kegiatan untuk mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian komunitas yang tepat, dan efektif. Seperti, penyiapan sarana komunikasi, pos komando dan penyiapan lokasi evakuasi. Didalam usaha kesiagaan ini juga dilakukan penguatan sistem peringatan dini.

Untuk itulah, pagelaran yang dirancang para pegiat lingkungan dan pecinta alam sebagai relawan kemanusiaan itu, masuk pada ranah kegiatan pra bencana, diantaranya, Mendampingi/menginspirasi Komunitas melestarikan lingkungan alam, Mengedukasi warga yang berdomisili di daerah rawan bencana agar bisa hidup berdampingan dengan risiko.

Apapun istilahnya, bagaimanapun bentuk kegiatannya, ujung-ujungnya adalah para pegiat lingkungan dan pecinta alam itu  berupaya mengajak khalayak ramai untuk melestarikan alam serta membangun kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana, agar tidak terjadi petaka yang mengganggu keberlangsungan hidup makhluk-NYA. Selamat menyongsong Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, 26 April 2018. “Siap Untuk Selamat”. Salam Rimba, salam Lestari, Salam Tangguh, Salam Kemanusiaan. [eBas/sabtu legi]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar